Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!!
Jangan lupa tersenyum hari ini!😼💗.
Happy reading~
🎬🎬🎬
Jaringan telepon tersambung dengan seorang gadis di seberang sana yang masih berada di pondok pesantren. Tumben sekali Izzah menelepon, padahal jadwal menelepon orang tua hanya seminggu sekali. Ummi mulai merasa cemas mendengar suara berat Izzah.
"Mi, Izzah capek. Izzah gak kuat di sini. Izzah mau pulang."
"Kenapa, Kak? Kakak diapain emang? Ada masalah lagi sama Adek kelas di sana? Atau apa?"
"Gak ada masalah apa-apa, Ummi. Tapi, Izzah gak bisa lanjut mondok di sini lagi. Izzah mau keluar, boleh, ya?"
Ummi menggeleng tidak percaya. "Gak mungkin kalo gak ada apa-apa, cerita dulu baru Ummi putusin boleh atau enggaknya."
"Ihh Ummi, masa Izzah paling gede di sini? Izzah malu, Mi. Lagian, kemarin 'kan bertahan di sini karena mau ngejar paket. Buat apa lanjutin lagi? Menghafal bisa di rumah, 'kan, Mi?"
"Yakin kamu di rumah bisa ngafal?"
"In syaa Allah kalo Ummi izinin Izzah keluar dari sini."
Sang Ibu bertatapan dengan Ibundanya—Eyang Uti yang berada di depannya. Eyang Uti dan Nadya mendengar semua percakapan dari awal telepon, sebab Ummi menyalakan tombol speaker. Sama bingungnya dengan Ummi, Eyang menggeleng-geleng. "Terserah kamu sama Abinya itu mah, Ibu gak mau ikut-ikutan."
"Abi bawa makanan, nih!" Merasa panggilannya tidak ada yang merespon, Abi menengoki rumah sebelah.
"Siapa?" tanya Abi begitu mengetahui istrinya tengah bertelepon dengan seseorang.
"Izzah minta keluar, Bi. Katanya dia paling tua di situ, malu. Gimana, Bi? Iyain atau gimana?"
Beberapa menit Abi gunakan untuk berpikir. Memikirkan baik dan buruknya jika Izzah keluar dari sana. Abi menghela nafas panjang setelah menemukan jawabannya.
"Kita jemput malem ini juga, suruh Izzah siap-siap."
"Asikkk, gue gak kesepian lagii."
****
Kabar virus yang semakin gencar menakutkan para manusia biasa yang memiliki ketakutan. Semakin banyak yang terpapar virus corona, membuat pemerintah memutuskan lockdown. Mereka baru dikabarkan akan libur selama dua Minggu, karena dikira virus bakal hilang dalam jangka waktu dua pekan.
"Besok libur dua pekan ya anak-anak, masuk lagi tanggal enam April."
Dengan bodohnya, siswa-siswi termasuk Nadya malah senang impian mereka libur lama telah tercapai. Selama perjalanan pulang usai pengumuman libur, Nadya berjalan tidak seperti biasa. Melompat-lompat kegirangan bak anak kecil.
"Hehh, Mbah Kun!" panggil Naveed dari seberang sana, membuat Nadya berhentikan langkah dan menoleh.
"Seneng amat lo."
"Iya lah, siapa sih yang gak seneng libul?"
Mulut Naveed menunjukkan tawa, beda dengan hatinya. Lalu ia membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya dalam sebuah gang samping jembatan. Tidak dengan Nadya, ia memilih diam sesaat menatap punggung Naveed yang terhalang tas merah. Ujung bibirnya tertarik membentuk lekungan kecil.
****
Mata Nadya mendelik mengetahui pengumuman dari sekolah dan dinas pendidikan. Pengumuman bahwa mereka akan belajar di rumah lebih lama lagi sampai waktu yang belum dapat ditentukan. Belajar dari rumah? Apa ia bisa? Belajar di sekolah saja terkadang otaknya masih lemot menerima pelajaran. Sekarang? Ia dan teman-temannya harus belajar dari rumah? Apa materi akan masuk ke otak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Novela JuvenilBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...