Sixty Seven [BSHvSMP]

4 0 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Semangat selalu, yaa. Kamu hebat!

Selamat membaca~

🎬🎬🎬

"Kak Ghea, menulut Kak Ghea cowok yang baik dilihat dali apanya, sih? Kak Ghea lihat Bang Aziel dali apa? Kok bisa suka sama Abangnya Nadya?"

Ghea tertawa kecil mendengar pertanyaan Nadya yang tidak biasanya. Sedangkan Aziel yang juga mendengarnya memasang muka masam.

"Jujur, kalo dulu, Kak Ghea lihat cowok dari fisik dan hartanya. Tapi, semenjak ada kecenderungan belajar Islam lebih dalam, Kak Ghea jadi lihat cowok dari agamanya. Sama kayak dulu pertama kali gak sengaja dengar Bang Aziel ngaji, maasyaa Allah merdunya. Dari situ Kak Ghea suka sama Abang kamu dan pengin belajar ngaji lagi."

Si imut mengangguk-angguk mengerti. Ia tersenyum jahil ke arah Abangnya. "Bang, kapan mau lamal Kak Ghea? Gue pengin cepet-cepet tinggal selumah sama Kakak cantik ini."

"Nanti setelah gue saljana. Lo tau sendili kemalin gue ngulusin belkas-belkas daftal jadi mahasiswa di kampusnya Abi. Doain aja semoga lancal kuliah dan nabungnya, bial bisa ngelamal Ghea."

"Ah, Abang, kelamaan nunggu saljana mah. Nanti keduluan yang lain gimana? Booking dulu aja, sih."

"Sabal. Nikah butuh modal juga, Dek. Gak cuman sekedal cinta dan cinta."

Ummi, Abi, dan Eyang yang menyimak saling berpandangan dengan senyuman yang tidak pudar dari bibir mereka. Senang rasanya melihat keakraban Adik Abang ini.

"Nah, gitu akur, Abi seneng lihatnya. Tapi, Ziel, apa yang dibilang Nadya benar juga, loh. Sekarang ... gini, deh. Coba tanya ke Ghea langsung, dia siap gak kalo nunggu kamu sampe sarjana?"

"Bang, kuliah emang penting. Tapi, buat kamu yang udah punya usaha sendiri, apa lagi yang dicari? Tabungan kamu Ummi rasa udah cukup buat modal nikah. Lebih cepat dihalalkan lebih baik, Nak. Agar gak timbul fitnah nantinya."

"Dengerin nasehat orang tuamu, Ziel. Cewek juga butuh kepastian, gak mau kalo terus-terusan disuruh menunggu. Kuliah bisa dilanjut setelah kamu nikah nanti, 'kan?"

Aziel dan Ghea bertatapan, Aziel dapat memahami tatapan Ghea yang menaruh banyak harapan padanya. Tidak berlangsung lama sebab Ghea memutuskannya dan menunduk.

"Ghe ... kamu mau dilamal kapan?" tanya Aziel serius menatap gadis di depannya yang langsung mendongakkan kepala.

"Sebenernya, Ghea gak keberatan kalo harus nunggu. Tapi, Ghea gak bisa menjamin kalo tiba-tiba nanti ada cowok lain yang datang dengan niat baik ingin melamar Ghea. Bukan berarti Ghea gak janji bisa setia, cuman ... bener yang dibilang Ummi, Abi dan Eyang. Secepatnya, Ghea siap in syaa Allah."

"Beberapa bulan lagi, tunggu aku datang ke lumahmu."

****

Pagi ini, Nadya sama sekali tidak berniat ikut ke sekolah mengambil rapor. Namun, karena info mendadak Kamal menyuruh anak OSIS ke sekolah dengan memakai seragam putih biru. Nadya ditugaskan menjaga kelas 9'2 yang ternyata wali kelasnya adalah Bu Bina—guru matematika. Ia tidak berani masuk ke dalam, bukan karena takut dengan Bu Bina. Hanya saja, Nadya malu karena harus sendirian menjaga.

"Orang tuanya mana, Nak?" tanya Bu Bina menatap intens Nadya yang sedari tadi berdiri di luar.

"Bukan, Bu. Saya bukan mau ambil lapol. Tapi, saya ditugasin buat jaga kelas."

"Ohh, mau jaga kelas toh. Sini atuh masuk! Jangan berdiri aja di depan."

"Iya, Bu."

Perlahan, langkah Nadya memasuki ruang kelas 9'2. Yang pertama Nadya kagumi begitu masuk kelas, kerapihan dan hiasan-hiasan yang mempercantik ruang belajar.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang