Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!
Tetap semangat ya, Bestie. Ada mimpi yang harus diwujudkan, ada orang tua dan keluarga yang harus dibanggakan, dan ada omongan jahat dari orang yang harus dibungkam dengan keberhasilan.
Happy reading~
🎬🎬🎬
"Woy, bocah! Maen nyenolong gitu aja, Kakaknya ditinggal!"
Izzah mencebik seraya menyejajarkan langkahnya. Nadya menoleh ke samping, lantas menyemburkan tawa.
"Lo bukan bayi yang gak bisa ditinggal. Lagian, lo gak sendilian, di situ ada Ammah, ada Dek Yusup. Ngapain ngikutin gue?"
"Yeuu, si bocah! Gue tuh takutnya lo nyasar terus ngilang. Entar bisa-bisa gue diamuk Abi Ummi."
Nadya berdecak, memutar bola mata hitam pekat miliknya. "Gue bukan anak kecil yang suka nyasal dan ngilang."
"Terserah lo, deh. Lo bosen ya nontonin Ammah main capitan?"
"Iya lah bosen, udah gitu ada olang lain. Mending gue mutel-mutel aja, dalipada plango-plongo kayak olang gila."
Tidak bisa dihitung oleh jari, ke berapa kalinya mereka mengitari mall yang luas ini. Mereka memutuskan kembali ke area permainan capit boneka.
"Ini buat Yusuf!" Rona menyodorkan segelas kopi susu yang baru saja dibelinya.
Di luar dugaan, Yusuf malah geleng-geleng kepala lalu bersembunyi di balik tubuh Nadya.
"Yeuu, malu-malu Yusup," ledek Izzah terkekeh pelan.
"Dekk, itu dikasih sama Teteh. Telima dong, kasian Tetehnya udah beli mahal-mahal."
"Hei, ganteng! Ini aku beli buat Yusup, diminum, ya?"
Rona berjongkok dan menyelipkan gelas tersebut di lengan Yusuf.
"Bilang apa, Dek? Maka—"
"Sih." Bukannya Yusuf, malah Nadya yang melanjutkan ucapan Izzah. Yusuf membuka kepalan tangan Nadya dan menaruh gelas kopi susu itu di atas telapak tangan Nadya. Lalu berlari dan menghampiri Zakia.
"Makasih, Mi. Ona izin pulang duluan, ya. Makasih bonekanya."
Sedari tadi yang memainkan mesin capit hanyalah Zakia. Rona dan saudaranya bagian menambahkan dana. Kemampuan Zakia dalam permainan capit memang tidak perlu diragukan. Banyak boneka yang sudah dibagikan, tetapi rumahnya masih dipenuhi dengan boneka hasil capit.
Usai kepergian Rona, Nadya memberikan segelas kopi susu tadi pada Zakia. Yusuf merajuk ingin Umminya terus memainkan mesin capit itu. Sementara Zakia tidak lagi memiliki uang receh.
"Tadi satunya ngapain Ummi kasih si Ona, sih?"
"Huss, Teteh Ona! 'Kan, Yusup udah punya boneka unicorn. Biarin buat Teh Ona, Yusup cari yang belom punya."
Yusuf mengerucutkan bibirnya, kakinya melangkah setengah dihentak-hentakkan.
"Teh, tolong tukarin uang pecahan lima puluh ribu dua, dong!" Zakia menyerahkan selembar uang kertas merah sebesar seratus ribu rupiah pada Nadya.
Rasanya sayang kalau memakai mata uang berwarna merah. Terlebih, sebentar lagi mereka akan menyudahi permainan ini karena hari semakin gelap. Nadya linglung, kepalanya mendadak terlalu berat untuk berpikir. Ia berjalan ke sana kemari hanya untuk mencari orang baik yang mau menukarkan uangnya.
Sesi bermain di mall diakhiri dengan mengabadikan momen dengan tiga boneka berukuran sedang yang ada dalam dekapan Yusuf. Mereka berempat segera kembali ke rumah Nenek Kareema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Ficção AdolescenteBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...