Thirty Eight [BSHvSMP]

8 3 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!!

Tetap semangat, yya. Kamu hebatt sudah sejauh ini, iya, buktinya kamu masih baca tulisan ini. Aku gatau apa yang lagi kamu alami, tapi, aku cuman mau bilang kalau kamu itu lebih hebat dari apa yang kamu pikirkan ♡.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Terbesit rasa kecewa merasa usahanya sia-sia. Pengumuman sudah hampir selesai, tinggal satu nama lagi. Namun, Nadya sudah pasrah merasa namanya tidak akan disebut.

"Gue kulang di mana, ya? Gimana kemampuan gue mau belkembang kalo gue gak tau letak kesalahannya di mana?"

"Terakhir, congratulation buat ...,"

Si imut memainkan kukunya, ia tidak minat lagi menyimak siapa nama terakhir yang akan disebut.

"Nadya Shakila."

Merasa namanya disebut, Nadya justru linglung. Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan bingung. Jangan-jangan ... dirinya ditegur lantaran tidak menyimak pengumuman dengan baik?

"Ada apa, ya, Kak? Kenapa nama saya dipanggil?" Belum sempat MC menjawab pertanyaannya, Nadya bersuara kembali. "Ohh, mau dikoleksi naskah saya? Alhamdulillah. Kesalahan penulisan saya di mana aja, Kak?"

Pemateri, MC bahkan peserta yang lain tertawa mendengar tingkah kepolosan si imut. Nadya mengerutkan kening kembali bingung.

"Naskah kamu termasuk salah satu yang terbaik, kesalahannya cuman di bagian nama kota yang seharusnya kata depannya pakai huruf kapital. Selamat bergabung jadi divisi scriptwriter di rumah produksi kami, Dek."

Bola mata Nadya hampir copot mendengar penuturan pendiri rumah produksi tersebut. Ia terpilih? Benarkan? Atau hanya mimpinya?

"S-saya? Abang yakin gak salah pilih? Beda Nadya kali, Bang."

"Bener kok, ini naskah kamu, 'kan?"

Agar pasti, Adam-pendiri rumah produksi muslim menunjukkan sebuah naskah pada share-screen. Nadya menutup mulutnya, masih tidak percaya bahwa yang terpampang di layar adalah naskahnya.

"T-tapi, Abang yakin saya bisa? Saya masih tellalu kecil buat ngambil tanggung jawab ini."

"Gak ada yang namanya terlalu kecil atau terlalu muda untuk mengembangkan diri. Saya yakin kamu bisa belajar dan berkembang dengan potensi yang kamu miliki."

"Adik kecil, kamu tuh umurnya aja yang kecil. Aku aja yakin kamu bisa, kesempatan bagus loh buat melatih diri kamu. Aww, Nadya bakal jadi scriptwriter cilik! Dia nih masih SMP loh, Bang," timpal Chavia ikut menimbrung.

Seketika riuh suara tepuk tangan dari seluruh peserta yang hadir. Hati Nadya berbunga, matanya berkaca-kaca dengan senyuman lebar. Terharu dengan apa yang telah ia raih.

"Telima kasih, Bang, Kak, dan semuanya."

"Telima kasih banyak atas kepelcayaan dan suppolt-nya, jazakumullah khoir."

Izzah menoleh mendengar suara isak tangis bahagia Adiknya. Ia segera mengambil jilbabnya dan mendekap Nadya. Tangan Izzah menepuk pundak Nadya penuh kebanggaan. Ummi dan Abi masih mengajar, biarkan Izzah mewakili kebanggaannya terhadap si bungsu.

"Selamat, Sayangkuu! Ini baru awal, semangatnya dijaga terus, ya? Semoga amanah, doa Kakak selalu yang terbaik buat kamu."

Kakaknya juga memiliki sisi manis, bukan bisanya hanya mengelek dan memarahi Nadya. Ledekan dan kegalakannya hanya agar Nadya bersemangat menunjukkan kemampuannya. Kakak kamu begitu juga tidak?

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang