Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!!
Sebelum baca chapter ini, coba tarik kedua sudut bibirmu. Jaga selalu senyuman indahmu itu, ya?
Happy reading~
🎬🎬🎬
"Yang tenal belum tentu hebat, tapi yang hebat akan tenal di akhilat. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam, Kakak-kakak semuanya!"
Nadya senang, walaupun hanya sedikit yang merespon permintaannya untuk mengetes semangat mereka dengan menanyakan kabar. Mungkin terlihat seperti anak kecil, tetapi bagi Nadya hal tersebut bukanlah sebuah masalah. Karena tujuannya adalah untuk mengetes semangat mereka.
Ia belajar dari Yasmin, agar tidak terkesan menggurui, kita perlu mengganti kata 'kalian' dengan 'teman-teman' atau sesuai dengan usia audience. Rata-rata peserta hari ini berusia di atasnya, Nadya menyapanya dengan 'Kakak-kakak'.
Si imutmenjawab pertanyaan yang masuk sesuai dengan ilmu yang ia miliki. Hingga di penghujung acara, tepatnya pukul 21.30 WIB. Nadya menutup kajian di malam ini dengan sebuah pantun.
"Lihat bulung cendelawasih, beltelbangan di Papua. Cukup sekian telima kasih, semoga belmanfaat buat kita semua. Aku pamit undul dili, maaf bila ada salah kata. Yang benal dali Allah, yang salah dali aku sendili. Selamat belistilahat Kakak-kakak, jangan lupa Sunnah-sunnah sebelum tidul. Jangan lupa juga, telapin tips dali aku kalo Kakak-kakak mau tenal dunia akhilat belsama-sama."
Setelah mengucap salam, satu persatu peserta keluar dari gmeet. Begitupun dengan Nadya. Si imut tidak langsung tepar, ia tersenyum-senyum sendiri mendapat pesan dari beberapa Kakak dan teman online-nya. Membaca pesan tersebut, serasa sedang membacakan testimoni peserta.
Mereka bahkan mengunggah status, screenshot-an saat kajian tadi berserta intisari materinya. Ini kali pertama Nadya tampil sebagai narasumber sekaligus moderator. Nadya amat bersyukur, pengalaman pertamanya ini berjalan sukses walaupun di awal sempat ada kendala.
"Telima kasih, Allah."
*****
Tiap pagi lepas salat Subuh, Ummi selalu mengajak keluarganya membaca buku hijau. Sebuah buku Al-Ma'tsurat sekaligus buku yasin Alm. Eyang Kung. Tiga Kakak beradik mulai rajin mengikuti pengajian rutin keluarga, walaupun mata sesekali terpejam sebab virus kantuk yang masih menyerang.
"Nadya tuh semalem ngisi kajian, paginya tetep bangun. Pola pikir Nadya udah kayak orang dewasa, udah pantas jadi mahasiswa. Tapi, umurnya 'kan belum nyampe. Kalo boleh mah, Abi mau ngajuin beasiswa buat kuliah Nadya," celoteh Abi.
"Tapi, Dede gak mau kuliah di tempat Abi. Maunya di Kolea."
Aziel mengucek matanya yang belum terbuka sempurna. Raganya duduk, tetapi jiwanya masih mengantuk. "Mimpi lo, Dya!"
Seringaian kecil Nadya membuat siapapun yang melihatnya akan ngeri sendiri. Nadya menelan tiga kata yang barusan terlontar untuk dirinya.
"Sana cuci muka, gih!" Melihat tatapan elang Abinya, Aziel lantas bangkit pergi ke kamar mandi.
"Dek, sering-sering jadi pemateri. Sampai diundang sana-sini. Nanti mah, bukan kamu lagi yang bayar. Tapi, kamu yang bakal dibayar, Dek," harap Abi pada Nadya.
"Aamiin. In syaa Allah, segela."
****
"Aaaaaaa, ada yang vote celita gue!"
Untuk kesekian kalinya, Nadya mencoba kuat. Kenapa mereka meninggalkan vote dengan meminta imbalan vote balik di cerita karangan mereka? Rasanya Nadya ingin memukul harapannya yang pupus sudah. Promosi sana sini tidak meningkatkan viewers ceritanya. Kalaupun meningkat, mereka hanya menjadi pembaca gelap tanpa meninggalkan jejak berupa vote dan komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Ficção AdolescenteBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...