Fifty Eight [BSHvSMP]

1 0 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!!

Semangat selalu, yaa. Mungkin kamu bosen denger kata 'semangat', tapi satu kata itu berarti bagi sebagian orang yang jarang mendapat support. Aku ada di sini untuk men-support-mu, kita saling support, yaa 💗.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Sebagai Adik, Nadya tidak mau kalah cantik dengan Izzah. Meskipun Izzah harus lebih cantik saat acara lamaran besok, setidaknya ia tidak burik. Maskeran di malam hari kadang-kadang saja Nadya lakukan saat tidak ada rasa malas. Namun, gadis imut itu akan menjadi rajin skincare-an saat ada acara-acara tertentu.

Besok jadwal masuk kelas 9'1. Di mana besok Nadya akan bertemu dengan sosok Genderuwo monyong setelah setahun lebih 'tak berjumpa. Sebelum tertidur seperti malam-malam anak remaja pada umumnya, waktu terbaik untuk overthinking. Nadya menyiapkan hati agar kuat menghadapi esok hari.

"Semoga gue beneran bisa jadi Nadya yang baru. Nadya yang ramah dan aktif di kelas, juga Nadya yang cuek sama cowok. Khususnya Naveed. Sorry, Ved. Gue harus cuek ke lo, gue gak mau nambah dosa dengan kembali mengakrabkan diri atau sekadar bercanda seperti dulu lagi."

****

Matahari mulai meninggi, waktu Dhuha sedang berlangsung. Nadya menyempatkan diri untuk mendirikan salat Sunnah Dhuha dengan seragam muslim sekolah yang sudah melekat di tubuhnya. Ia mengenakan masker duckbil agar dirinya lebih percaya diri. Lamaran Izzah akan berlangsung siang hari, jadi, tidak ada alasan bagi Nadya untuk tidak berangkat hari ini.

Nadya duduk di halte menunggu sesi 1—yang berisi anak-anak absen awal—pulang. Ia belum menemukan yang dikenal, karena sesi 1 belum waktunya pulang. Sepertinya ia terlalu bersemangat untuk bertemu dengan teman-teman. Ah, maksudnya, bertemu dengan Naveed.

Ia meruntuki dirinya sendiri mengapa datang terlalu pagi. Hanya bisa melihat guru dan siswa yang berlalu lalang. Di samping Nadya ada segerombol cewek anak kelas delapan yang sedang asik mengobrol.

"Dia kelas berapa? Lo kenal, gak?"

"Gak tau, deh. Coba tanya aja."

"Eh, kamu yang tas ungu!"

Merasa terpanggil, Nadya menoleh ke arah tiga cewek yang tadi berbisik-bisik.

"Kelas berapa? Tujuh, ya?"

"Sembilan."

Mereka saling menyenggol temannya. Menyalahkan satu sama lain. "Kakak kelas, cuy!"

"Ohh, maaf, ya, Kak."

Tidak mau memperpanjang percakapan, Nadya hanya menganggukkan kepala.

"Apaan, dah, dekel zaman sekarang? Gak sopan nunjuk-nunjuk, mentang-mentang badan gue kecil kayak anak kelas tujuh. Gue dianggap sepantaran kali ye sama mereka."

Bel pulang sesi 1 berbunyi nyaring. Nadya berdiri dari duduknya, mencari seseorang yang ia kenali.

"Lea!" Nadya melambaikan tangan pada Lea.

Lea membalas lambaian tangannya dan berjalan menghampiri Nadya.

"Kamu nunggu siapa, Nad?"

"Gak nunggu siapa-siapa, aku 'kan, sesi dua."

Cewek itu menepuk jidatnya pelan. "Ohh iya, kamu emang absen berapa?"

"Dua empat."

Lea menepi, mengotak-atik ponsel entah untuk apa. Nadya celingak-celinguk mencari teman sekelasnya, tetapi tidak kunjung temu.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang