Seventy Five [BSHvSMP]

2 1 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Ucapkan yang baik-baik, doa yang baik-baik, dan lakukan yang terbaik. In syaa Allah, Allah mudahkan niat baikmu 🤍.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Ujian praktek telah selesai. Namun, Nadya masih ada urusan OSIS. Nadya, Malaika, Kamal, dan tiga orang lainnya janjian di sekolah. Mereka akan menyelesaikan proposal dan laporan kegiatan tim mereka hari ini.

Mereka akan mengerjakannya di kafe depan sekolah. Berjalan berpasangan menuju kafe, Nadya dan Malaika yang jalan beriringan. Selama perjalanan, ada saja yang Malaika bicarakan.

"Nadya, kemarin drama, yang bikin koreonya kamu, ya?" tanya Malaika.

"Iya. Jelek, ya, koleonya?"

"Ihh, baguss tauu, kerenn!"

Nadya membalasnya dengan kekehan.

"Nad, lo jatoh beneran kemarin, ya? Sakit pasti. Bunyinya gini 'gubrakk'. Apalagi lo kurus, jadi tulang ketemu panggung. Gila sih, sampai guru-guru sama orang tua murid pada bangun. Gak tega lihatnya, mau nolongin lo."

Sedikit terkejut karena Kamal ikut bergabung dalam pembicaraan mereka. Namun, yang lebih mengejutkan apa yang Kamal bilang. Semenyeramkan itukah adegan jatuh dan suaranya hingga memacu rasa belas kasih dari semua? Padahal Nadya yang merasakan biasa saja, hanya ngilu sedikit dan sekarang juga sudah hilang.

"Iya, 'kah? Sampai segitunya. Padahal mah santai aja kali, namanya juga akting. 'Kan kalo akting, halus plofesional. Jatoh, ya halus jatoh benelan. Gue sendili yang minta temen buat dolongnya jangan nanggung-nanggung."

"Tapi, kerenn tau, Nadya! Akting kamu juga bagus menurutku. Pantas sih, kelas kamu menang," Malaika melirik Kamal yang mulai senyum-senyum ingin mengucapkan terima kasih. Sebelum rautnya berubah mendengar lanjutan ucapan si cerdas. "Kelas 9'1 sesi dua maksudnya, yang sesi satu mah melempem. Soalnya ada Kamal."

Mereka berhenti mengobrol saat menyebrangi jalan hingga tiba di dalam kafe. Sambil menunggu makanan ringan dan kopi, mereka menyicil mengetikkan kata demi kata pada proposal dan laporan kegiatannya.

Malaika dan temannya bagian bab pembuka sampai penutup proposal. Dua teman lainnya bagian bab pembuka hingga penutup laporan. Dan Nadya yang menyisipkan foto-foto dokumentasi kegiatan. Sementara Kamal hanya membantu mendikte.

"Ini pesanannya." Waiters datang membawa semua pesanan.

"Taruh di meja sebelah aja, Kak. Makasih, yaa."

Selepas menaruh pesanan di meja sebelah, waiters pergi. Mereka tidak ada satupun yang menyentuh makanan sebelum semua selesai. Hanya dalam beberapa jam, mereka telah menyelesaikan semuanya. Sehingga dapat makan dan minum secara tenang tanpa beban apapun lagi.

Sembari menyeruput kopi, Kamal membahas sesuatu yang membuat jantung Nadya tidak aman.

"Di akun menfess banyak banget yang bucin, dah. Orang confess pake second account biar gak ketahuan. Yang followers-nya satu, dua, bahkan gak ada sama sekali tuh rata-rata cuman follow akun menfess sekolah. Sengaja bikin ig baru biar bisa confess tanpa ketahuan identitas asli."

"Ohh, jadi lo admin barunya, Kam?" sahut salah satu di antara mereka. Mereka memang membedakan panggilan Kamal dan Malaika. Kamal yang dipanggil 'Kam' sementara Malaika biasa dipanggil 'Mal'.

"Lah, lo baru tau gue adminnya? Gue yang bikin malah tuh akun, bukan admin baru. Iseng-iseng aja awalnya, eh ternyata banyak juga yang follow."

Sedari tadi hati Nadya tidak aman, ia menyeruput kopinya dengan tangan bergetar. Bahkan mimik wajahnya tidak dapat ia kontrol, seperti orang yang takut ketahuan mencuri. Padahal Nadya tidak melakukan kesalahan apapun, hanya takut Kamal membahas menfess darinya.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang