Fifty Four [BSHvSMP]

3 0 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Stay strong, Sayang-sayangnya akuu. Sampai haluan dan mimpi-mimpi kita tercapai. Mari saling menguatkan 🫂.

Happy reading~

🎬🎬🎬

"Eh, bukannya lo belom putus dali Bang Didin? Maksudnya, belom ada kata putus di antala kalian, 'kan?"

"Belom, sih. Tapi, itu udah lama banget kali. Lagian, waktu itu kita masih sama-sama bocil. Jadi, ya ... anggap aja udah terputus oleh waktu. Dianya juga gak tau sekarang di mana."

"Gak bisa gitu, tetep aja. Itu altinya, lo belom putus dali Bang Didin. Kalena belom ada kata putus yang telucap."

"Ck, udah, sih. Anggap aja udah. Dia aja gak peduli. Palingan udah punya pacar baru. Atau malah, bisa jadi udah nikah."

"Gak bisa gitu, lo mending ke Pandeglang, deh. Telus lo cali tuh lumahnya Bang Didin, lo bilang langsung ke dia kalo mulai hali ini kita putus. Balu deh, kalian lesmi putus."

Izzah menggeleng tidak setuju. "Enggak-enggak. Ngapain coba? Kurang kerjaan amat. Kesannya kayak gue gak bisa move on dari dia, sampe dicari-cari. Didin aja udah gak peduli, dulu dia pergi gak pamitan sama gue. Tau-tau, gue dapet kabar dia ke Pandeglang dan sampe sekarang belom balik."

Begitulah perdebatan Adik-Kakak yang sama-sama keras. Izzah lebih sering mengalah karena Nadya tipekal anak yang mempertahankan argumennya selama itu benar. Kalau argumennya salah, ia pasti akan merasa sendiri dan langsung mengakhiri perdebatan.

****

"Ummi, batle hp Dede belmasalah lagi ...," keluh Nadya dengan muka masam.

"Dede gak bisa ngejal talget buat ngasih kado ulang tahun ke dili sendili dengan menyelesaikan cerita Dede. Gimana mau nulis, hpnya aja mati-mati mulu, Mi. Telus, tulisan Dede seling kehapus sendili gala-gala hpnya mati tanpa pelmisi."

Ummi menyimpan ponselnya di samping, menatap mata Nadya dan mendapat kesedihan di bola hitam indahnya.

"Ummi beliin hp baru aja, ya?" Ummi menawarkan sebuah kesempatan yang belakangan ini Ummi lakukan.

Selama ini, orang tua Nadya tidak pernah membelikan gadget dan semacamnya secara cuma-cuma. Namun, semenjak Izzah dibelikan handphone baru karena handphone lamanya sudah lemot dan baterainya bocor, Ummi juga ingin melakukan hal yang sama pada kedua anaknya lagi.

"Gak, Dede gak mau ganti hp lagi. Banyak kenangan di hp ini, Mi. Lagian, ini belom ada setahun, kok. Emang gak bisa dipelbaiki?"

"Lah, kemarin sudah coba diperbaiki, beli baterai yang baru. Tapi, apa, Dek? Rusak lagi, 'kan? Padahal belom ada sebulan."

Kepala Nadya menunduk, menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Apa ia tidak bisa menjaga hp hingga sering rusak seperti ini?

"Iya, sih. Padahal Dede benel-benel menjaga bial gak nge-chalge hp semalaman. Paling kecolongan pas lagi lupa doang, itupun cuman sekali," jujur Nadya dengan wajah polos.

"Udah, gih, Dek! Mumpung Ummi lagi baik noh, mau beliin hp. Daripada pas lo lagi belajar atau nulis, hpnya mati-mati mulu. Lo juga butuh penyimpanan yang besar buat download aplikasi menulis, editing, belajar. Masa mau minjam hp gue sama Ummi mulu? Lo butuh hp yang lebih mendukung, Dya. Jangan gak enakan gitu, Ummi sendiri kok yang nawarin," bujuk Izzah. Ia mengerti, Adiknya sangat tidak enakan dan tidak mau merepotkan orang. Padahal jelas-jelas dia tidak meminta, tetapi ditawarkan.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang