Fourty One [BSHvSMP]

6 2 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Ahay, udah chapter segini aja. Sebelumnya, terima kasih banyak kamu. Karena kamu udah membaca sejauh ini, pasti kamu pun udah berjuang bahkan mungkin lebih jauh dari ini. Tetap jadi orang baik, yya?

Happy reading, calon orang sukses~

🎬🎬🎬

Meskipun terlihat sudah bangkit, Nadya masih tetap membutuhkan healing. Seperti saat ini, Nadya duduk manis menyaksikan acara tv favoritnya. Sinetron yang membuatnya merasakan suasana sekolah dalam rumah.

"Gue suka sama lo, lo gak peka banget, sih."

"Lomeo sama Juliet saling suka, tapi meleka gengsi buat mengungkapinnya. Meleka sama-sama polos dulu, suka saling jahilin. Yang paling jahil si Lomeo, telus Julietnya galak. Tapi, Juliet lebih seling celia. Gemessin ya meleka," Nadya menceritakan kembali kesimpulan kisah dari couple favoritnya dalam sinetron yang ditonton. Ia menceritakan sesuatu tanpa ada yang mendengarkan. Ya, Nadya sering melakukannya.

Nadya pun ikut senyum-senyum sendiri menontonnya. Seperti ikut merasakan menjadi tokoh dalam sinetron tersebut.

"Tapi, tunggu ... kok gue kayak gak asing sama kisahnya? Gue kayak pelnah ada di posisi ini juga. Waktu sama ... Napeed?"

Mata Nadya beberapa kali mengerjap lucu. Sedetik setelahnya, gelak tawa si imut pecah.

"Lucu ya kita. Kita juga gitu kayaknya deh. Lo gengsi 'kan, Peed? Ha-ha-ha, gue tau. Panggilan-panggilan kita dulu, itu panggilan kesayangan yang sengaja lo buat bial nandain kalo gue tuh lo anggep lebih dali sekedal temen. Lo seneng liat laut wajah gue pas lagi malah, makanya lo seling meledek gue," Nadya tersenyum manis. "Iya, gue juga gengsi. Selama ini gue nutupin pelasaan gue yang sebenelnya dengan bilang kalo gue suka sama Kak Hilo. Padahal, gue cuman teltalik ngebucin. Gue seling salting di depan lo tanpa sadal. Dan waktu Safiya cie-ciein kita, sejujulnya, ada lasa seneng dalem lubuk hati gue. Gue akui itu."

"Makasih, Lomeo, Juliet. Kalian bikin gue flashback dengan kenangan-kenangan belsama dia. Tetep kayak gini, ya? Buat ngobati lindu gue. Ya, anggap aja, gue jadi Julietnya. Dan Napeed jadi Lomeo."

****

"Bismillahirrahmanirrahim ... Ar-Rahmann."
Mulai hari ini hingga beberapa hari ke depan Ghea belajar mengaji di rumah Aziel, berguru dengan Umminya.

"Kamu udah bisa kok baca Al-Qur'annya, cuman sedikit terbata-bata," komentar Ummi usai mendengar bacaan Ghea.

Sedari TK, Ghea sudah tamat iqro'. Namun, sejak menginjak remaja dirinya terpengaruh oleh teman-temannya yang lebih senang menghabiskan waktu di mall ketimbang di masjid. Ghea lalai dalam mengaji, bahkan salatnya pernah bolong-bolong. Syukurnya, gadis itu mulai terketuk hatinya semenjak Mama meninggal beberapa bulan yang lalu. Mama juga memberinya pesan terakhir yang membuat Ghea banyak merenung.

"Kalo Mama udah gak ada, kamu harus tetep inget ibadah, ya, Dek. Anak gadis Mama 'kan udah dewasa, harus bisa ngatur waktu. Jadi anak salehah ya, biar bisa kasih syafaat buat Mama. Jangan lupa doain Mama dan Papa selalu dalam setiap sujudmu." Begitu kira-kira pesan terakhir dari Mamanya.

"Alhamdulillah, Ma. Sebenernya Ghea udah belajar iqro' dari TK, cuman ya ... karena Ghea jarang ngaji, jadi terbata-bata deh bacanya," balas Ghea sedikit lirih. "Tapi, Ghea janji. Ghea bakal rajin ngaji abis ini, biar Mama gak sering-sering benerin bacaan Ghea."

Ummi tersenyum mendengar perkataan Ghea. Ia sangat senang melihat semangat mengaji orang yang benar-benar niat belajar. Daripada yang sudah bisa, tetapi tidak dibiasakan mengaji tiap hari.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang