Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!
Jangan lupa berterima kasih pada diri sendiri, ya. Karena diri kamu hebat banget. Apresiasi pencapaian orang mulu. Padahal diri kamu juga butuh diapresiasi.
Happy reading bestie~
🎬🎬🎬
"Apapun yang kalian impikan, cita-cita kalian, kalian harus tetap memiliki tanggungjawab, kedisiplinan, dan sikap kepemimpinan yang tinggi. Ibadah dan orang tua juga tidak boleh dilupakan. Sebanyak apapun ilmumu, tetap jaga attitude. Terutama terhadap yang lebih tua darimu,"
Pak Munif menghela nafas panjang lalu melanjutkan ucapannya. "Saya mau tau dong, apa sih cita-cita kalian kalau sudah besar nanti?"
Nadya mengusap kepalanya kala teringat ucapan Pak Munif kemarin sore saat pembinaan dan games sore hari. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur merah.
"Sebenelnya gue kalau udah besal nanti mau jadi apa, sih?"
Si imut mulai bermonolog menatap langit-langit kamar.
"Gue belajal aja gak tentu alahnya ke mana, gak tau cita-cita gue mau jadi apa. Belajal mah belajal aja udah. Dapet nilai bagus alhamdulillah, enggak juga gak jadi masalah buat gue. Toh, Ummi sama Abi juga gak pelmasalahin nilai."
Tanpa aba-aba Nadya bangun dari rebahannya, menatap dirinya yang ada di kaca lalu menunjuknya. "Eh, elo yang di kaca, ental kalau udah gede lo mau jadi apa?"
"Dulu waktu sd sih, gue kepengin jadi gulu, ngajalin olang gitu. Tapi sekalang ...," Nadya tampak berpikir serius. 'Tak biasanya dia bisa se-serius ini. "Kayaknya kalo gue jadi pengusaha kayak Bunda Khadijah, selu kali, ya?"
Jari telunjuk di tangan kanannya terangkat, berarti bahwa ada ide yang baru muncul di otak.
"Ah iya, kalo bisa jadi semuanya, kenapa halus pilih salah satu?"
****
Di hari Seninnya, siswa-siswi sudah harus melaksanakan upacara bendera. Padahal badan masih pegal-pegal butuh istirahat. Tidak ada libur bagi mereka. Meskipun lelah fisik, mereka harus menurut dan mengikuti.
Badan Nadya sedari tadi tidak bisa diam. Sesekali menjahili Ashafi dan Lova. Cowok berponi memperhatikannya sambil tertawa-tawa sendiri. Entah apa yang lucu, author juga tidak tahu.
"Heh, kenapa lo, Ped? Kesambet lo?" tanya Qamar menyenggol lengan Naveed sambil tersenyum menggoda. Mereka berada di paling belakang, saat barisan masih belum teratur.
Naveed menoleh, memberhentikan tawanya dan menatap Qamar sewot.
"Gak, apaan sihh, yeuu!"
"Heleh, tadi ketawa-ketawa sendiri," Qamar mengendikkan bahu. "Hih, serem ah!"
"Gue bukan setan, ya!" sewot Naveed memukul pelan bahu Qamar.
"Ono, noh! Mbah Kunti ngapain, tuh?" tunjuk Qamar mengalihkan pembicaraan.
Sontak arah pandang Naveed beralih pada apa yang Qamar tunjuk. Ada Nadya yang tengah tertawa, sepertinya tengah membicarakan kejadian sewaktu LDKS kemarin pada Lova. Nadya menceritakan yang bahagianya, tidak dengan luka yang padahal sampai saat ini masih melekat di hati.
"Yeuu, langsung noleh 'kan lo!" ledek Qamar menertawakan Naveed.
Naveed mengacuhkannya, memilih mendekati si imut. Ia berpura-pura berbaris di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Novela JuvenilBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...