Ten [BSHvSMP]

15 1 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, anyeong!

Jangan lupa tersenyum, karena senyum itu ibadah Apalagi senyumanmu yang indahh<33.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Beberapa alat dan bahan sudah Nadya letakkan di atas meja. Yang dipikirkannya adalah ini hanya percobaan, Nadya juga bingung membawa minuman apa. Alhasil, ia membawa kopi pahit. Nadya menatap sekelilingnya, ada yang membawa teh, susu, p*p ice, dan aneka minuman lainnya. Nadya menekuk wajahnya. Menyesal karena membawa kopi pahit. Ashafi melirik dengan senyuman tipis.

"Gak pa-pa, Nad. 'Kan pengin dilihat doang berhasil atau enggaknya. Kalo berhasil terus kamu gak mau minum, kamu kasih aja ke yang lain. Ke anak cowok tuh, biasanya 'kan cowok pada suka kopi," ucap Ashafi menenangkan.

Sebenarnya Nadya juga pecinta kopi. Ia suka meminum kopi sedari SD. Namun, yang menyukai kopi pahit biasanya hanya Bapak-bapak.

Gadis lugu itu hanya mengangguk pasrah. Naveed menghampirinya membuat tatapan-tatapan tidak suka kembali menyerang Nadya.

"Ini apa? Oli? Kecap?"

Kegalauan Nadya sirna digantikan tawa. "Bukan lahh, ini tuh kopi pahit. Mau coba gak nanti?"

Mulut Naveed sedikit terbuka, ia menggeleng cepat.

Sampai Bu Nasira memasuki kelas dengan senyuman khas. Membuat para makhluk yang tersasar, kembali ke habitatnya.

"Wuih, udah pada siap, ya! Tugas yang kemarin taruh di meja Ibu dulu," pinta Bu Nasira membuat siswa-siswi mengumpulkan tugas sesuai perintah.

"Oke, langkah pertama ... minuman yang sudah di plastikkan taruh di tempat pengocokan dan tambahkan es batu. Taruhkan sejumput garam ke dalamnya. Jangan di minumannya, ya. Di luar aja, nanti minumannya jadi asin kalo ditaruh di dalam," instruksi Bu Nasira diikuti murid-murid yang langsung mempraktekkan.

"Selanjutnya, dikocok terus sampai si minumannya ini jadi es. Kalo mau gak berantakan, kocoknya di luar kelas aja boleh."

Semua mengangguk. Nadya dan beberapa yang lainnya ke luar kelas membawa minuman yang siap dikocok. Nadya kumpul bersama Indira dan Warda. Ketiga gadis itu tampak serius mengocok minumannya masing-masing. Lengan Nadya basah lantaran es batunya mencair tercampur garam hingga menjadi air garam.

Mata Nadya menyapu sekeliling, banyak yang hampir jadi dan sudah menunjukkan pada Bu Nasira. Sedangkan esnya, belum mengeras sedikitpun. Apa kocokannya masih kurang kencang? Atau, kopi pahit ini tidak mau berubah wujud menjadi es?

"Capek," keluh si imut memanyunkan bibir.

"Baru tsegini lho, gimana kalo ngocok tsebatskom?" ejekan Warda tidak Nadya gubris.

"Sabar, Nad. Emang lama." Indira menimpali.

Hanya anggukan yang Nadya balas, ia lanjut mengocok sebisanya. Namun, kehadiran seseorang yang tidak terduga, merebut paksa tempat sosis yang ia gunakan untuk mengocok kopi.

"Coba sama gue!"

Naveed mulai menggoyangkan tempat sosis lalu melirik ke Nadya yang tengah memperhatikan dengan tampang lugu.

"Jangan geer, gue cuman mau bantu."

Nadya membuang muka. Menyebalkan sekali.

"Heh, daripada lo bengong gak jelas kayak bocah bloon, mending bantu ngocokin teh gue yang tinggal dikit lagi jadi es," saran Naveed menunjuk toples plastik miliknya.
Tanpa penolakan, Nadya mengangguk menuruti saran dari cowok berkaca mata.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang