Seventy Nine [BSHvSMP]

8 0 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Ingin lebih baik dari orang lain emang gak boleh, tapi kita semua berhak melakukan yang terbaik buat diri sendiri. Sesekali pikirkan hatimu sendiri gak pa-pa. Itu bukan egois, tapi, menghargai dan menyayangi diri sendiri. Tapi, jangan berlebihan. Kamu harus bisa memilih kapan waktu untuk memikirkan diri dan kapan waktu untuk memikirkan orang lain.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Dua keluarga besar berkumpul dalam satu rumah. Hiasan bunga terpampang cantik di setiap sudut ruangan. Tidak seperti lamaran orang lain yang mewah hingga memasang backdrop dengan inisial calon pasangan. Bagi keluarga mereka, lamaran bukanlah sesuatu yang harus dimewahkan. Sebab memang tidak ada lamaran, dalam Islam yang ada hanyalah khitbah. Di mana seorang lelaki yang siap menikah mengutarakan niat baik kepada wanita yang dipilihnya.

Rombongan Aziel datang sepuluh menit sebelum waktu yang telah dijanjikan. Syukurnya, Allah melancarkan perjalanan mereka. Ummi dan Abi duduk bersisian dengan Aziel. Selesai pembukaan acara, Abi mengawali pihak lelaki. Sebelum akhirnya Aziel mengutarakan niat baiknya.

"Bismillah, jika Allah mengizinkan, saya ingin menjadikan putli Bapak yang belnama Ghea sebagai istli saya, menemani setiap langkah perjuangan saya, dan sebagai latu yang in syaa Allah akan saya jaga dan saya bahagiakan. Kalena jujul, dali awal saya mengenal Ghea, saya melasa telah menemukan olang yang tepat yang akan menyempulnakan sepaluh agama saya. Saya ingin menyampaikan ketulusan hati saya bahwa saya mencintai Ghea," Aziel menghela nafas sebagai jeda dari ucapan indahnya.

"Maksud dan tujuan saya berselta kelualga datang ke sini ingin meminta lestu Bapak untuk melamal Ghea dan menjadikan dia sebagai istli saya. Izinkan kehadilan saya mewalnai hidup anak Bapak dan izinkan saya mengajak Ghea ke jenjang yang lebih selius dengan menikahinya. Bagaimana pendapat Bapak atas niat baik saya mengkhitbah Ghea? Belsedia 'kah Bapak dan Ghea menelima lamalan saya?"

Ghea yang sudah terduduk manis di sebelah Ghani sedari tadi menundukkan kepalanya. Pada momen spesial seperti ini, bayangan Ghea justru tertuju pada Mamanya. Ingin rasanya memeluk dan menangis di pundak Mama, meluapkan rasa haru serta terima kasih atas segala kebaikannya selama ini. Butir-butir air mata memenuhi bola mata indah Ghea. Batinnya terisak, dadanya amat sesak mengingat momen lamaran orang lain yang begitu haru karena orang tuanya yang masih lengkap.

"Ma, anak gadis Mama dilamar orang, nih. Mama di mana di saat-saat bahagianya Ghea? Rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran Mama. Ma, gak lama lagi, Ghea bakal jadi istri orang. Mama bakal punya menantu yang ganteng dan baik hatinya. Ghea yakin, Mama pasti seneng dan lagi tersenyum indah di surga melihat Ghea yang lagi berbunga. Terima kasih, ya, Ma. Udah ngajarin Ghea gimana jadi istri dan Ibu yang baik. In syaa Allah, Ghea mau mengikuti jejak baik Mama. Jadi istri salehah dan Ibu terbaik bagi anak Ghea nanti."

"Maasyaa Allah, terima kasih atas niat baiknya, Nak Aziel. Bapak sangat merestui hubungan kalian. Apalagi niat baik yang datang dari hati bersih Nak Aziel yang ingin menikahkan putri saya, Ghea. Tapi, keputusan tetaplah ada di tangan Ghea. Sekarang saya serahin keputusannya pada Ghea," Ghani menoleh ke arah putrinya yang masih belum mengangkat kepalanya.

"Ghea, ada cowok saleh yang berniat menjadikanmu istri sahnya. Bagaimana, Nak? Apa kamu menerima lamarannya?"

Perlahan gadis cantik itu mendongak. Menatap lekat mata seorang pria paruh baya yang sangat berjasa. Lalu, ia memilih menghapus air mata dahulu dengan tisu yang sudah ada di tangannya. Ghea kembali menatap Ghani, sesekali melirik ke keluarga Aziel. Ia mulai membuka suara dengan nada sedikit bergetar.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang