Forty Three [BSHvSMP]

4 2 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!!

Sebelum baca, shalawatan dulu, yuk!
Allohumma solli 'alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad. Allohumma solli 'alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad. Allohumma solli 'alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad.

Alhamdulillah, jangan lupa shalawatan tiap hari, yya!

Selamat membaca ya, Calon orang sukses~

🎬🎬🎬

Hari telah berganti, kini mestinya lomba dimulai. Namun, Nadya baru saja mendapat kabar yang membuatnya mengelus dada.

"Au, ah, gelap! Untung, gue sabal anaknya."

Nadya memberi pesan di grup sekbid-nya, tidak ada satupun yang merespon. Terpaksa ia harus ke sana sendiri. Beruntungnya, ada Soraya di sana. Ia melambaikan tangan begitu menemukan keberadaan Soraya.

"Ploposal yang kemalin, Kamal titipin ke kamu, Ya?"

Aya nama panggilan gadis manis bernama asli Soraya. Biar lebih mudah dipanggil.

"Eh?" Soraya mencerna pertanyaan Nadya dengan suara pelan. "Gak tau, deh. Kayaknya nge-print ulang."

"Bentar, telpon Kamal dulu. Kertasnya ada di dia."

Tidak membutuhkan waktu lama, telepon tersambungkan. "Agata, kertasnya ada di elo, 'kan?"

Agata-nama panggilan lain Kamal yang hanya sebagian orang memanggilnya demikian.

"Ohh oke-oke, ditunggu, ya."

Setelah mendapat pesan terbaru, Nadya lantas pergi ke depan sekolah. Menyebrangi jalanan yang luas.

"Nih!" Nadya menerima file berwarna hijau yang berisi tumpukan kertas.

"Nad, caption-nya udah dibuat?"

"Hah?" kaget Nadya mendapat pertanyaan tidak terduga. Gelengan kepala sudah menjadi jawaban.

"Caption perlu dibuat juga, ya? Gue kira yang megang ig yang bakal bikin caption."

Sorot mata Kamal menajam, rahangnya mengeras. Ia menghela nafas gusar. "Abis ini cepetan buat, terus kirim ke Harish. Gue minta bener-bener mateng ya, Nad. Yang fix gitu, loh. Karena udah hari ini lombanya."

"Iyaa."

"Panggilin Aya ke sini, ya."

Nadya hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia menyebrangi jalan dan memasuki area sekolah.

"Aya, dipanggil sama Kamal."

"Aku? Mau ngapain?"

"Gak tau juga, deh."

Soraya langsung bergegas pergi menemui ketua OSIS. Alih-alih menunggu Soraya, Nadya memainkan kakinya sembari mengamati orang-orang di sekitar.

"Nadya, Bu Nab kayaknya di lab. Coba ke sana aja," ujar Soraya yang baru kembali dari luar.

Bu Naba-guru agama sekaligus menjawab sebagai wakil kepala sekolah.

"Lah, ini gue sendiri gitu ke sana? Gue kira Aya bakal nemenin."

"Aya!"

Panggilan Nadya menghentikan Soraya yang hendak melangkah. "Iya, kenapa?"

"Eumm ... boleh minta tolong temenin ke lab?"

Meskipun ragu, Nadya tetap harus meminta Soraya menemaninya. Karena ia belum seberani itu meminta tanda tangan wakil kepala sekolah seorang diri.

"Ya udah, yuk!"

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang