Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!
Jangan lupa untuk selalu menyemangati diri sendiri, ya. Karena diri kita juga butuh disemangati. Semangat dari luar saja enggak cukup. Kita harus memberi asupan semangat pada diri sendiri agar tetap kuat.
Happy reading~
🎬🎬🎬
Semua duduk berhadapan dengan kawan di depannya. Ayam goreng, nasi, sayur sop, semangka dan segelas air dalam kemasan menunggu disantap. Di depan Nadya ada Ashafi, sebelah kanannya ada Indira, dan sebelah kirinya terdapat Safiya. Warda? Entah kemana gadis itu. Tadi saja mereka berpisah.
Wajah siswa-siswi sudah memelas. Seperti sedang dipanggang, panasnya matahari mendukung untuk memanggang semua yang ada di lapangan. Sudah capek mendaki, makan susah, panas pula. Mungkin ini azab karena selama ini tidak pernah benar kalau belajar.
"Kita kasih waktu lima menit untuk kalian makan hening, tanpa suara. Tidak boleh lebih dari waktu yang telah ditentukan," intruksi Pak Munif—Panglima TNI. "Dimulai dari sekarang!"
Sontak semua mata mendelik kaget. Sungguh, tidak masuk akal! Disuruh makan secepat itu? Protes pun rasanya akan sia-sia, alhasil mereka pasrah dan mulai menyantap makanan yang tersedia dengan terburu-buru. Karena jika dalam waktu lima menit belum habis juga, bisa kena hukuman nanti.
Apalagi bagi seorang Nadya Shakila, yang selalu lambat kalau makan. Kecuali kalau menu favoritnya. Untung Nadya tidak mengambil terlalu banyak. Jadi, tidak perlu memakan waktu lebih lama untuk menghabiskan makanan. Walaupun ada rasa menyesal juga, kalau tahu akan disuruh makan cepat seperti ini pasti ia akan mengambil makan lebih sedikit lagi. Satu sendok nasi mungkin sudah cukup mengisi perut.
"Eh, copot, copot! Giginya copot!" teriak orang-orang.
Nadya lihat, gigi Berliana sampai copot hanya karena makan ayam yang masih ada tulangnya dengan cepat. Pengin tertawa, tetapi ia urungkan karena takut entar malah giginya ikut copot akibat karma menertawakan orang. Mau menangis, tetapi lagi makan. Mulut Nadya penuh dan matanya berkaca-kaca karena kepenuhan makanan dalam mulut.
****
Bintang bertaburan di atas langit, bersama bulan yang turut menyinari malam. Bekerlap-kerlip membuat siapapun yang melihatnya tampak terkesima. Termasuk Nadya, ia tampak senang sekali dengan senyum yang tidak luntur ataupun pudar dari wajah imutnya.
Mereka salat Maghrib sekaligus Isya di lapangan yang luas. Membiarkan udara malam menerpa bebas wajah mereka. Salat belum dimulai, masih menunggu yang belum berbaris membentuk shaf. Indira mengajak duduk di barisan cewek paling depan. Tadinya Nadya sempat ingin menolak, tetapi akhirnya ia menyetujui begitu melihat keberadaan Hiro tidak jauh dari sana.
"Seru banget ya, malam yang indah. Ada bintang, ada pula cogan," gumam Indira menatap Hiro tanpa henti.
Warda yang ikut bersama mereka juga tertawa kecil melihat kelakuan kedua temannya. Bahkan Nadya lebih pantas disebut orang gila yang hobinya cengar-cengir sendiri.
"Kak Hilo gantengnya nambah pas malem-malem gini. Nikmat yang lual biasa bisa natap cowok ganteng cuman beljalak bebelapa metel," seru Nadya masih dengan senyuman.
Gadis berkaca mata di sebelahnya mengangguk setuju. "Iya, bener banget. Gak boleh dilewatkan kesempatan emas ini. Sungguh, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?"
Nadya tidak membalas, bahkan mendengar balasan temannya saja hanya samar-samar.
Di otaknya sekarang ini ada dirinya dan Hiro yang tertidur di padang rumput sembari menikmati angin malam yang menyentuh kulitnya. Mereka menatap bintang-bintang dari bawah. Mulutnya tidak berhenti menceritakan banyak hal di bawah sana, bercanda dan tertawa puas tanpa adanya beban yang dipikirkan. Sungguh indah, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Teen FictionBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...