Eight [BSHvSMP]

20 5 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!!

Inget ya bestie, sesibuk apapun kamu hari ini, jangan sampai lupa ibadah. Karena yang punya waktu kan Allah. Masa menyempatkan waktu sebentar saja untuk ibadah tidak bisa?

Selamat membaca~

🎬🎬🎬

Ini sudah pukul setengah dua belas malam, sedari tadi Nadya mencoba memejamkan mata. Sudah bergeser sana ke sini, tetap saja tidak bisa tertidur. Pikiran Nadya masih pada Aziel dan bagaimana kondisinya.

"Bang Aziel!"

Ummi, Om Junayd dan Aziel baru memasuki pintu gerbang. Nadya bangun dari tidurnya dan berlari menuju halaman rumah. Tanpa kata, ia memeluk Aziel erat. Tidak peduli seberapa bau badan Aziel yang belum mandi dari pagi. Air matanya mengalir, Nadya terisak dalam pelukannya. Aziel diam terhanyut, tangannya mengelus-elus puncak kepala si imut.

"Gak diapa-apain sama Bapak-bapak itu, 'kan?" tanya Nadya melepas pelukan.

Dengan seulas senyum, Aziel menggeleng. "Enggak, kok, Adik cantiknya Bang Aziel."

"Aziel!"

Belum lama Abi beristirahat, dan kini bangun dari tidurnya untuk memastikan keadaan Aziel Abi baru pulang dari kampus sekitar pukul 22.30 WIB. Selain mengajar di SMK, Abi juga menjadi dosen di sebuah Universitas.

"Alhamdulillah kamu gak kenapa-napa, Ziel. Bahaya lho, di luar sana banyak orang jahat. Bersyukur kamu, Allah masih izinkan kamu pulang dan kumpul lagi sama keluarga. Tau gak, kamu? Ummi sama Abi sampai keluar duit demi kamu bisa pulang. Makanya kamu tuh jangan suka ngelawan sama orang tua yang udah berkorban banyak buat kamu," cakap Abi panjang lebar sambil menepuk-nepuk pundak Aziel. Aziel tidak membalas, wajahnya ditekuk pertanda tubuhnya lelah.

"Gimana ceritanya bisa nyasar? Kaget Abi, lagi ngajar di teleponin. Gimana kronologisnya?"

Rata-rata guru dan dosen itu bawel, ya. Berbicara terus tanpa henti. Contohnya Ummi dan Abi, yang sepertinya menular ke diri Nadya.

"Udah, Bi. Biarin Aziel istirahat dulu. Ummi yang bakal ceritain kronologisnya gimana bisa kejadian begini."

Abi mengangguk, Aziel memasuki kamarnya agar dapat berbaring di atas kasur empuk. Nadya pun ikut bergegas ke kamarnya, merebahkan tubuh di atas kasur. Namun, matanya tidak langsung terpejam. Ia masih ingin mendengarkan cerita Ummi.

"Jadi, Aziel tuh abis di-bully sama temennya, terus dia ngendarain sepeda sambil bengong karena mikirin kejadian di sekolahnya. Eh pas berhenti, tau-tau udah sampai stadion Bekasi dan ketemu sama Bapak-bapak itu. Ditanyain dari mana mau ke mana, terus dibawa ke rumah Kakaknya si Bapak yang gak jauh dari situ. Akhirnya yang nolongin ini nelepon Ummi. Aziel di sana dikasih makan, nonton tv. Tapi sayang, Bapaknya minta imbalan sebagai tanda terima kasih," cerita Ummi.

"Ya alhamdulillah ada orang baik, walaupun tetep minta upah."

"Oh iya, terus sepedanya dimana?"

"Sepedanya Ummi taruh di rumah sodara, gak jauh dari sana."

Dari dalam kamar Nadya membatin, "Bener kata Abi tadi, Allah masih sayang sama Bang Aziel. Setidaknya, Bang Aziel masih bisa pulang. Padahal penculikan dan kejahatan itu lagi maraknya. Kayak di film sama berita gitu."

****

Pagi weekend ini Nadya bersama Ummi, Abi dan Aziel ke pesantren Izzah-Kakak cewek Nadya.

Setibanya di sana, Nadya langsung menghamburkan diri dalam pelukan Izzah. Dia Kakaknya Nadya sekaligus teman berantem, teman curhat, dan tukang beberes rumah. Sudah lama ia tidak bertengkar dengannya.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang