Twenty Three [BSHvSMP]

15 2 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Sebelum baca, dzikir dulu, yuk!

Subhanallah, subhanallah, subhanallah.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Maasyaa Allah, alhamdulillah dapet pahala lagi. Dzikirnya dibaca terus, yaa. Biar selalu inget Allah, jangan doi mulu yang diinget.

Happy reading~

🎬🎬🎬

"Itu Kak Naveed!"

Sontak semua menoleh mengikuti si kecil. Terutama Nadya yang jantungnya senam tidak karuan. Ia takut, kalau Naveed benar-benar akan ke sini. Entah apa yang gadis imut takutkan.

Padahal jika Naveed datang, justru bakal membantu. Mungkin ia malu datang karena cowok sendiri di kelompok. Namun, Naveed akan tetap berpatungan.

"Mana?"

"Supir galonnya mirip Kak Naveed, Kakk."

"HA-HA-HA-HA, ADEK!"

****

Sesudah membuat kue bersama untuk tugas kelompok mereka, kini empat gadis duduk manis di depan tv. Menonton sebuah film horor bersama. Nadya menggenggam tangan Lemmy erat, begitupun dengan Lemmyy. Keduanya juga memeluk bantal erat.

Kerap beberapa kali bersembunyi di belakang Lova, atau berlari menjauhi ruang tv saat tubuh manusia di film dikuasai oleh hantu. Bola mata yang seperti ingin lepas, tatapannya kosong ke arah depan dengan bibir pucat seperti mayat. Suaranya memasuki gendang telinga Nadya.

"Aku ingin menyantapmu."

"AAAAAAAA! LOPLOP, TOLONGIN!" Nadya bersembunyi di balik badan besar Lova dan menutup telinganya.

"Gak pa-pa, Kil. Ini baru manusia yang kerasukan. Belom kepala yang bo—"

"Sstttt, jangan ngomong lagi! A-aku sebenelnya gak takut, cuman kaget aja tiba-tiba nongol gitu."

Eritha menyindirnya dengan kekehan. "Kayak anak kecil aja lo. Padahal udah gede, masih takut setan."

"Gue gak takut! Gue cuman kaget!" balas Nadya sewot. Ia tidak ingin dicap 'penakut'.

Sungguh, Nadya sangat berharap jika suatu saat ia akan menonton film horor lagi, maka ada pelukan seorang cowok yang akan menenangkannya. Mungkin kali ini, tidak seperti biasanya yang lebih sering menutup mata. Nadya dapat lebih berani menontonnya, meski sesekali ia bersembunyi. Kadang pula tertawa karena tingkah kekonyolan si tokoh. Walau begitu, Nadya yakin sekali bahwa apa yang ditonton akan terbayang di dalam kamar mandi atau ketika malam hari.

"Tapi, gue bersyukur, sih. Bisa ngerasain nobar di rumah temen kayak gini. Bahkan, gue akrab sama keluarganya . Sebelumnya, gue belom pernah ngerasain semua ini."

****

Pulang dari rumah Lova, Nadya ikut pergi bersama Ummi dan Abi menjemput Aziel dari rumah sakit jiwa. Ia tidak sempat mengganti pakaian, keburu hari semakin gelap.

Ini pertama kali dan Nadya berharap terakhir kalinya menginjakkan kaki di lantai sebuah bangunan yang sebagian orang mengira tempatnya orang-orang gila. Padahal tidak semua begitu. Hanya sebuah rumah pengobatan bagi orang yang memiliki gangguan mental.

Hati Nadya tersayat melihat kanan-kiri ramai manusia dengan beragam tingkah. Ada yang marah-marah hingga melempar berbagai benda di sekitar, ada yang tertawa sendiri berbicara dengan boneka, ada yang meringkuk memukuli diri sendiri dengan air mata yang berlinangan, bahkan ada yang nyaris menghilangkan nyawanya.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang