Eighteen [BSHvSMP]

17 4 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Aiyyo, semangat! Jangan ditunda-tunda, karena kalau ditunda itu entar jadi lebih berat. Kamu bisa kok, Cantik. Kamu juga bisa kok, Ganteng.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Nadya menghela nafas berat, seolah beton menimpa tubuhnya yang mungil. Ia menyandarkan bahunya ke kursi Eritha. Si imut kini duduk di sebelah Lova dan Ashafi duduk di depannya—kursi Qamar. Batagor kuah yang dibeli tadi belum dihabiskan, selera makannya tidak ada.

"Waktu kejadian itu kamu dipaksa ikut atau gimana?" tanya Lova hati-hati sehabis menelan batagornya.

"Gak dipaksa, akunya emang mau kalena 'kan aku ngilanya mau seneng-seneng lebahan di lelumputan. Tapi, aku masih setengah sadal pas dibawa ke lapangan. Tau-tau pas bangun, lihat itu deh," sahut Nadya lalu mengaduk-aduk batagor.

"Aku langsung lali, balik ke balak. Meleka gak ada tuh ngejal aku, bahkan sampe sekalang meleka kayak gak ngelasa belasalah," lanjut Nadya.

Matanya menatap Lova, sementara tangannya dengan kesal memasukkan sesendok batagor beserta kuah ke mulutnya.

"Oalahh. Tapi, kok bisa ada pacar Warda di situ? Dia dateng tengah malem apa gak ketahuan?" Ashafi membuka suara, menanyakan hal yang masih ia bingungkan.

Tubuh Nadya langsung menyondong ke depan. Merasa tertarik dengan topik kali ini.

"Itu yang aku bingungin, aku yang ada di situ aja gak paham."

"Aku curiga deh, kayaknya mereka emang udah ngerencanain gak, sih? Sama Hiro juga. Tapi, mungkin bisa jadi Indira emang gak tau dan gak ikut-ikutan soal itu. Dia juga dijebak, biar kamu patah hati terus benci sama Indira."

"Nah, bisa jadi tuh, Kil."

Nadya mengendikkan bahunya. "Mungkin. Tapi, aku masih gak pelcaya aja, sih. Masa iya Kak Hilo ikut-ikutan?"

Tangan Nadya mengambil lagi sendok dan menyuapkan batagornya ke mulut, manik matanya sempat bertemu dengan seseorang yang tengah berjalan ke arah mejanya.

Byurrrr.

"Bwahahaha ... uhuk! uhuk!"

Baru saja ingin menertawakan, Nadya langsung kualat sendiri. Ia tersedak kuah batagor. Kini gantian Naveed yang menertawakannya.

"Makanya, jangan ngetawain. Kualat 'kan, lo!"

Setelah meminum air putih, Nadya melanjutkan tawanya. Lova dan Ashafi juga ikut tertawa puas melihat ekspresi Naveed tadi.

"Makanya, kalo jalan tuh lihat-lihat! Udah tau bawa makanan, ini malah bengong. Sukulin, tumpah kuahnya!" sahut Nadya tidak mau kalah.

"Udah udah, mending urusin diri sendiri aja tuh kuah batagornya tumpah, Ped. Untung gak semua tumpahnya. Cepetan beresin, keburu ngerembes ke buku entar!" tegur Ashafi menengahi.

"Elo sihh, Mbah Kun!" tunjuk Naveed menggunakan lirikan mata. Tangannya merogoh tas yang terdapat stok tisu. Biasalah, cowok rajin tasnya bak kantong ajaib Doraemon yang semua barang ada di dalamnya.

"Lah, kok gue? Gue 'kan tadi cuman ngoblol sama Ashapi sama Loplop, lonya aja yang galfok telus nguping oblolan kita kali."

Sebelum membersihkan tumpahan kuah, Naveed memonyongkan bibir menirukan gaya Nadya yang setiap kali meledeknya. Kelakuan Naveed mendapat tatapan iblis dari Nadya.

"Dasar, pacarnya Hiro!"

"Bisa gak, stop ngomongin si Hilo?"

****

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang