Bismillah ...
Assalamu'alaikum, annyeong!
Sukses selalu untuk orang baik yang selalu mendukung aku dan cerita ini. Doa terbaik untukmu.
Happy reading~
🎬🎬🎬
"Nah, 'kan! Tau, dong. Udah ketebak, lo cuman mau nunjukkin ke olang kalo lo juga bisa kuliah. Nih, Bang. Dengelin, ya. Kuliah tuh halus udah mandili, ada sklipsi segala macem. Bahkan yang gue dengel, dosennya juga gak bakal seling ngejelasin. Jadi, kita dituntut belajal sendili."
Aziel langsung bergeming, menatap lurus ke depan memikirkan ucapan sang Adik.
"Satu lagi, kalo lo mau sama Ghea, perbaiki dulu akhlak dan agama lo. Sama-sama perbaiki diri. Tapi, niatnya karena Allah, jangan karena makhluknya. Kalo karena makhluk atau sesuatu yang duniawi, pahalanya bisa hangus, loh. Terus, belom tentu makhluk itu bakal jadi milik kita. Sedangkan kalo karena Allah, dunianya dapet, akhiratnya juga dapet. In syaa Allah, kalo lo sama Ghea berjodoh, pasti bakal Allah satuin lagi," timpal Izzah ikut menambahkan. "Sekarang, lo perbaiki diri dulu. Lo harus bertekad kuat buat bener-bener sembuh dari segala penyakit. Entah itu penyakit jiwa, fisik, otak, maupun hati."
Jleb. Kepala Aziel kini tertunduk malu. "Tapi, gimana calanya?"
"Deketin Allah. Dengan cara ubah lagu yang sering kamu denger jadi kajian atau murottal. Berusaha semaksimal mungkin agar gak melakukan larangan-Nya, ikutin tuh sunnah-sunnah Rasul. Ibadahnya diperkuat lagi."
Bukan Izzah yang menjawab, melainkan Abi yang baru pulang dan ikut menimbrung di samping Aziel. Semua menoleh ke arah kepala keluarga yang tengah tersenyum hangat.
"Bersikaplah sebagaimana umurmu dan berakhlaklah sesuai tuntunan Rasul. Buang rasa malasmu, ubah dengan tekad kuat untuk berubah demi masa depan yang lebih baik lagi."
****
"Abi, bantu bikin teks belpidato, Bi," rengek Nadya masuk ke dalam kamar Abinya.
"Buat apa, Dek?" Abi yang asik membalaskan chat dari mahasiswa bimbingannya, mendongakkan kepala menatap wajah imut Nadya.
"Buat lomba, Dede ikut lomba pidato."
Nadya mengerutkan kening melihat Abi yang langsung menaruh ponselnya dan beralih mengotak-atik rak buku.
"Nah, ini aja, Dek! Cari aja di sini banyak topik pidato dan ceramah. Abi biasa pakai ini kalo pas khotbah Jum'at. Tinggal cari tema yang mau dibahas." Abi menyodorkan sebuah buku tebal berukuran mini bersampul biru.
"Kan, ujung-ujungnya pasti disuruh nyari sendiri. Sabar aja gue mah."
Tangan Nadya terulur menerima buku tersebut.
"Ihhh, emang boleh?"
"Boleh, lah. Buat jadi referensi doang."
Setelah pergi bersiap-siap lantaran adzan Dzuhur sebentar lagi akan berkumandang, Abi kembali ke kamarnya untuk mengambil peci. "Udah itu aja. Abi mau ke masjid, udah mau Dzuhur."
****
Nadya tengah mengetik naskah di ponsel sembari merebahkan tubuh. Naskah pidato diketik sendiri olehnya untuk keperluan lomba berpidato. Di bulan Ramadhan ini, Nadya banyak memiliki waktu luang yang bisa digunakan mengikuti lomba-lomba. Nadya melirik sekilas saat Umminya baru memasuki kamar.
"Dya, Dya! Ini ada lembaga yang ngadain lomba tahfiz loh!" seru Ummi menepuk pundak Nadya.
"Pasti diminta ikut lombanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Novela JuvenilBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...