Bismillah ...
Assalamu'alaikum, annyyeong!
Tetap semangat, ya. Ada masa depan yang harus diperjuangkan, ada orang tua yang harus dibuat senyum, dan ada mulut-mulut jahat yang harus dibungkam.
Happy reading~
🎬🎬🎬
Hari ini entah kenapa Warda tidak banyak bicara seperti biasanya, membuat Nadya dan beberapa yang ngeuh terheran. Bahkan gadis itu belum menjelaskan perihal kemarin. Menyebalkan bagi Nadya, ingin memaki rasanya percuma membuang tenaga.
Sesudah mempertimbangkannya, Nadya memutuskan akan menghampiri.
"Kemalin kenapa pada gak dateng, sihh? Masa tiba-tiba ada ulusan mendadak. Aku nunggu satu setengah jam di sini. Emang penting banget ulusannya sampe gak bisa dateng? Penting mana sama nilai dan pendidikan?" Datang-datang Nadya langsung melemparkan banyak pertanyaan, meluapkan unek-uneknya.
Warda diam membisu, ia melirik Indira dan Nadya bergantian. Indira menekuk sedikit wajahnya sambil membenarkan jilbab.
"Ya mau gimana lagi, Nad? Itu penting bagi Mama aku, ya aku ikut lah."
Kini mata Nadya melirik Warda yang masih belum bersuara. "Kenapa, Wal? Lo kok diem aja dali tadi? Tumben."
"Gue abis pututs."
Nadya membungkam mulutnya, berusaha memasang wajah datar agar tidak tertawa.
"Ohh. Tapi, tetep aja. Masa cuman putus doang sampe bikin gak dateng? Katanya mau ngajalin dance-nya."
"Apa, sih? Pututs aja baru semalem. Kemarin tsebenernya gue mau dateng, tapi gue ngira yang nanyain itu Nadya sodara gue. Pas gue nyadar, lonya udah pulang."
Kringgg.
Mendengar bel istirahat, si imut kembali ke tempat duduknya. Ashafi tidak ada di tempat, mungkin dia sudah ke kantin. Nadya membereskan buku pelajaran tadi dan menggantinya dengan buku mata pelajaran setelahnya. Ia menoleh ke belakang, ada Lova sendirian tengah menata tempat pensilnya. Nadya menghampiri gadis itu dan duduk di kursi Eritha.
"Tau gak sih, Lop?"
Lova yang sedikit terkejut, segera menutup tempat pensilnya untuk mendengarkan omongan Nadya.
"Tau apa?"
"Waktu itu si Walda pelnah celita kalo dia punya pacal yang sahabatan sama Kak Hilo. Dia juga katanya pelnah mimpi double date. Dia sama pacalnya, telus Dila sama Kak Hilo. Aku gak pelcaya, 'kan. Tapi, Dila bilang kalo dia juga mimpiin hal yang sama. Begitupun sama pacalnya Walda dan Kak Hilo."
"Masa sih bisa mimpi samaan gitu? Cuman khayalan mereka doang kali. Mimpi 'kan, ada yang bisa kita atur, ada juga yang emang bener-bener mimpi di bawah alam sadar."
Nadya bercerita pada Lova, entah itu disebut mengadu, gibah, gosip, atau sejenisnya. Namun, yang dipikirkan Nadya saat itu, ia hanya bercerita sesuai apa yang terjadi. Sekaligus mengeluarkan keluh kesahnya terhadap seorang Warda dan Indira.
"Benel, sih. Tapi ...,"
Lova mengubah posisi badannya menghadap Nadya. Biar lebih fokus dan lebih enak bergosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Novela JuvenilBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...