Bismillah ....
Asalamu'alaikum, annyeong!
Kali ini aku mau kasih love aja dehh buat kamuu yang sudah hebat dan baik hatinya 💗💗💗💗💗.
Happy reading~
🎬🎬🎬
"Sebelumnya, saya pernah bilang ke Ibu kalau penyebab sakitnya Aziel karena obat yang over dosis. Lalu, Ibu bilang kalau dia rutin minum obat dari psikiater. Kemungkinan, mental dan otaknya kambuh secara bersamaan. Jiwanya terguncang, Bu. Akibat dari over dosis ternyata gak hanya berpengaruh pada fisik Aziel saja, setelah diteliti lagi, rupanya ini juga menyebabkan gangguan jiwa yang lebih serius."
Hati Ummi teriris mendengar penjelasan dari dokter. Ia merasa gagal sebagai seorang Ibu yang dapat memahami perasaan anak-anaknya. Kepalanya tergeleng, takut tidak sanggup menghadapi beban yang lebih berat.
"Dokter, jangan bercanda, ya. Gangguan jiwa yang lebih serius, maksudnya apa, Dok? Anak saya gila, gitu?"
"Bukan begitu, Bu. Saya juga kurang mengerti, karena saya hanya mendapat sedikit gambaran. Untuk lebih jelasnya, mungkin Ibu bisa konsultasi dengan psikiater. Atau, bisa juga langsung ke rumah sakit jiwa agar Aziel dapat dirawat dengan intensif selama beberapa pekan, sampai Aziel sembuh."
****
Esok hari mereka akan melaksanakan ujian akhir semester satu. Sebagai murid yang rajin, mereka membantu membersihkan dan merapikan kelas untuk persiapan ujian. Dari mulai menyapu dan mengepel, mengelap meja-meja. Serta menempelkan nomor urut di tiap-tiap meja.
Jangan ditanya, anak cowoknya hanya beberapa yang membantu. Tentu Naveed termasuk siswa rajin yang membantu membersihkan kelas. Yang lainnya? Dengan santai bermain bola di lapangan.
"Napeed, bantu angkatin bangku sinii!" panggil Safiya meminta cowok itu membantunya. Karena satu-satunya cowok yang gampang disuruh hanyalah Naveed.
Tentu dengan senang hati Naveed mau membantu. Namanya juga cowok langka, tidak seperti yang lain. Nadya dan Lova ikut membantu mengangkat bangku ke atas meja. Hampir selesai mengangkati bangku, Lova membuka ponselnya kembali dan dengan jahil memvideokan Naveed yang tengah mengangkat bangku.
"Bwahahaha!" Nadya tertawa saat menyadari Lova memideokan cowok menyebalkan, sampai mengalihkan fokus Naveed.
"Kenapa lo?"
Tidak ada raut marah, Naveed malah ikut tertawa. Aneh sekali, tetapi itu kenyataannya saat Lova menunjukkan rekaman videonya tadi seraya menutup mulutnya dengan tangan kiri.
"Eh, yang username ig-nya nadyakila itu siapa, dah?" tanya Irene tiba-tiba menghampiri, matanya melirik Nadya. "Kamu, ya?"
Nadya yang memiliki kapasitas otak lambat waktu itu, mengangguk ragu.
"Nadya banyak banget tau postingannya, followers-nya juga lumayan banyakk," imbuh Safiya yang masih memegang gagang sapu.
"Iya woy, tiga ratus lagi bisa seribu tuh followers-nya."
"Iyaa, emang banyakk. Tapi, like di postingannya dikit-dikit," Naveed ikut menimpali dengan lirikan mata meledek Nadya. "Lagian sih, apa bae di-posting."
"Coba deh, kamu jarang-jarang bikin postingan. Pasti banyak yang nge-like," saran Irene.
Bukan manusia namanya yang tidak sakit hati dengan omongan manusia berisik. Nadya tentu merasakannya. Kenapa mereka ribet sekali? Padahal itu platform umum, tidak ada larangan. Lagipula, yang Nadya posting ada kata-kata dan potongan video dakwah. Apakah salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Teen FictionBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...