Bismillah ...
Assalamu'alaikum, annyeong!
Hayoo, jangan inscure, ya? Kamu hebat, kamu unik, kamu sempurna di mata orang yang tepat. Di mata aku juga ><.
Happy reading~
🎬🎬🎬
Ini hari Sabtu, di mana para siswa kelas 7 akan memulai ekskul. Nadya sudah menentukan pilihannya.
Pilihan ekskul-nya jatuh kepada ....
Rohis. Alasannya simple, Nadya tidak mau ribet seperti ekskul yang lain. Sekaligus belajar ilmu agama lebih dalam, sebagai pengganti pesantren.
Nadya duduk di kursinya, jam sudah lebih dari pukul 07.00 pagi. Namun, belum ada panggilan untuk berbaris di lapangan. Tadi Eritha memberitahukan kalau kumpulnya pukul 07.30 WIB. Si imut memukul keningnya sendiri beberapa kali, teringat kejadian semalam yang Menyebalkan.
"Gue semalem ngapain coba? Ya Allah Nad, lo kayaknya mulai gak walas gala-gala Kak Hilo. Bisa-bisanya lo ngehaluin dia nembak lo? Hilih, halu lo kejauhan. Sampe diguyul ail 'kan, sama Ummi. Belom tentu bisa kenyataan, tapi diguyulnya udah duluan. Nasib, nasib." Nadya bermonolog pelan pada dirinya sendiri.
"Tapi, kalau misal bisa kenyataan? Gila, udah pingsan kali tuh gue."
Angan-angan yang semalam, Nadya coba putar kembali.
Malangnya, kehadiran Naveed mengganggu fokus Nadya yang akhirnya beralih pada cowok berkaca mata. Begitu tiba di samping meja, Naveed membuka halaman buku tulis Nadya yang kosong untuk mengurangi kegugupan. Niatnya buku itu akan Nadya pergunakan khusus buat mencatat materi di rohis.
"Lo ekskul apa, Nad?" Kini matanya beralih menatap Nadya.
"Lohis, lo?"
Raut wajah Naveed berubah sedikit masam. "Bultang."
"Yuk Ped, ke lapangan! Udah pada baris noh," ajak Qamar dari bangkunya.
Yang diajak mengangguk dan langsung menutup buku tulis Nadya. Kemudian bergegas pergi keluar kelas bersama Qamar.
***
Semua sudah berbaris di barisan masing-masing ekstrakurikuler yang dipilih. Nadya berbaris di barisan rohis, ia celingukan karena tidak ada cewek di barisan rohis. Apa iya, Nadya cewek sendiri di rohis angkatannya?
Nadya sudah rela baris di paling depan, tetapi ia tidak rela jika dirinya perempuan sendiri. Banyak Kakak-kakak kelas yang sibuk dengan ekskul-nya, ada pula yang bercanda di depan lapangan. Termasuk Hiro. Dengan tampang cool-nya, Hiro memainkan basket tepat di depan Nadya.
"Mampus gue! Gila, omaygat! Semoga dia lupa sama gue." Nadya meruntuki dirinya sendiri dalam hati sambil mencoba mencari objek lain yang dapat dilihat. Walau ujung-ujungnya ia hanya memandangi tong sampah.
Hiro tertawa bersama Areez, matanya melirik Nadya yang memandang ke arahnya. Nadya tertangkap basah tengah curi-curi pandang pada cowok itu. Tidak mungkin Nadya terus menatap tong sampah. Raut wajah Hiro berubah datar, Nadya langsung memalingkan wajah dan kembali menatap objek yang biasa menampung sampah. Tong sampahnya mungkin cakep, jadi Nadya betah memandanginya.
"Nah 'kan, tambah cakep kalo dali deket. Ya ... walaupun gak deket-deket banget, sih," ucap Nadya pelan.
'Tak lama di sana, Hiro pergi menghampiri Husni yang sibuk mengatur barisan PMR sembari memegang bola basket di kanan kirinya. Nadya menghela nafas, antara lega dan tidak lega. Ups, bagaimana bisa ia tidak lega? Apa karena kurang asupan ketampanan Hiro?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Fiksi RemajaBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...