Fifty Three [BSHvSMP]

3 0 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Semangat untuk hari ini, esok, dan nanti. Harus pantang nyerah sebelum berhasil mencapai mimpi yang cerah.

Happy reading~

🎬🎬🎬

"U-udah dateng, dia bawa bingkisan juga loh! Bolu keju pulak bingkisannya."

Izzah langsung menaruh ponselnya dan bergegas mengganti pakaian.

"Tapi, dia gak pake jas, pakainya batik."

"Apa sih, lo, Dya? Ya gak pa-pa kali, emang harus kemana-mana pakai jas gitu? Enggak, 'kan?" Nadya memanyunkan bibir dan membuang muka mendapat respon yang tidak sesuai harapannya.

Mereka berdua bersembunyi di balik dinding, menunggu Ummi atau Abinya meminta Izzah keluar. Nadya merekam Izzah yang tengah membaca buku seputar ta'aruf. Kakaknya itu sangat mempersiapkan diri supaya nanti ia bisa menjawab ketika ditanya. Izzah juga memilih pertanyaan yang sesuai untuk ditanyakan saat ta'aruf kali ini.

"Ngapain sih lo? Masih gugup ye, baca-baca buku telus? Waktu membaca mah udah selesai, tinggal diplaktekkan," goda Nadya sambil berselfie-selfie ria.

"Ssttt, diem lo, Dya! Nanti kedengeran Bang Cemal gimana?"

"Ayo, Kak! Sini, keluar!"

Nadya ikut mendorong pelan Izzah yang malu-malu menampakkan dirinya. Sebagai tes awal, Ummi meminta Cemal membacakan surah Al-Fatihah sesuai permintaan Izzah. Nadya yang iseng, mengabadikan momen itu dalam sebuah video. Izzah turut membaca surah yang sama sesuai perintah Ummi dengan alasan Cemal pasti pengin denger suara Izzah juga.

"Bagusan Izzah, Bu," puji Cemal setelah surah Al-Fatihah selesai terlantunkan indah dari bibir Izzah.

"Ah, sama-sama bagus, kok. Bang Cemal juga bagus bernada, enak didengar," puji Abi balik.

Satu pertanyaan Izzah membuat seluruh manusia yang mendengarnya tidak berkutik. "Bang, gimana pandangan Bang Cemal tentang poligami?"

"Aduh, ya Allah. Bisa gak sih Kakak gue, kalo nanya tuh pertanyaannya jangan yang aneh-aneh gitu. Kasihan yang ditanya, beban pikirannya jadi nambah. Udah kayak lagi wawancara," batin Nadya menjerit. Entah kenapa, setiap pertanyaan yang terlontar dari Izzah jutsru yang malu itu dirinya.

"Eumm ... saya punya istri aja belom. Poligami memang diperbolehkan dalam Islam dengan beberapa syarat tertentu. Tapi, in syaa Allah, saya satu istri sudah cukup. Satu istri aja pasti gak mudah, apalagi kalo lebih dari satu," jawab Cemal, ia terkekeh pelan di akhir kalimat.

Aziel yang baru bangun, keluar kamar ke ruang tamu tanpa membasuh muka terlebih dahulu. Dengan celana pendek yang ia kenalan, Aziel menonjolkan diri dan menanyakan sesuatu pada Ummi.

"Ummi, salapan pake apa?"

Semua mata tertuju kepadanya, Abi menatapnya tajam mengisyaratkan agar pergi dari situ.

"Ohh, ini yang mau ta'aluf sama Kak Ijjah? Halo, Bang! Salam kenal, saya Aziel. Adik gantengnya Kak Ijjah," sapa Aziel dengan penuh percaya diri menunjukkan giginya.

"Bang, heh!" tegur Nadya menarik Aziel pelan ke ruang tv.

"Balu bangun belom cuci muka, belom sikat gigi, masih pake celana pendek. Dengan pedenya kelual nanyain salapan? Kak Ijjah lagi ta'aluf. Jangan ganggu deh." Nadya sengaja memelankan suara agar tidak terdengar Cemal.

Sehari setelahnya, Cemal mengabarkan kalau ia tidak bisa melanjutkan ta'aruf dengan Izzah. Izzah yang tidak terlalu berharap, hanya bisa menghela napas dan menerima dengan lapang dada. Selepas salat, telinga Izzah dibuat panas oleh celotehan Eyang Uti dan Ummi.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang