Seventy Seven [BSHvSMP]

6 0 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Kamu keren bangett, udah sejauh ini langkahmu. Terus berjuang dan memperbaiki diri, ya? Sampai tiba di garis finish —kematian.

Happy reading~

🎬🎬🎬

"Ehh!"

Untungnya seseorang datang tepat waktu dan menahannya dengan tangan yang sengaja ia ulurkan. Berniat membantu tanpa menyentuh gadis itu. Nadya segera membenarkan posisinya agar dapat kembali berdiri tegak.

"Wuhhh, payah! Kamu gak guna! Masa gitu aja gak bisa, sih."

Perkataan anak kecil terkadang bisa sepedas itu jika tidak diberi garam atau gula. Hanif menatap Yusuf, tidak suka dengan sikap Adiknya.

"Dekk, siapa yang ngajarin begitu? 'Aa gak pernah ngajarin kamu menghina orang, ya. Wajar Teh Nadya gak bisa nangkap. Orang puasa kekuatannya gak sekuat yang gak puasa. Lagian, Dek. Tiap orang punya keahliannya masing-masing. Gak semua bisa main bola, gak semua punya bakat di bidang olahraga. Teh Nadya mungkin gak bakat di olahraga, tapi bisa jadi prestasinya di akademik atau kemampuan menulisnya jauh lebih baik dari kamu. Stop merendahkan ataupun menghina orang kayak gitu, ya?"

Yusuf langsung menunduk malu. Ia juga meminta maaf pada Nadya.

"Gak pa-pa, Sayang. Tapi, lain kali jangan diulangi lagi, ya? Sama siapapun, kita gak boleh melendahkan apalagi menghina."

"Iyaa, Teteh cantik. Yusup janji."

****

Ini hari pertama ujian sekolah. Sama seperti simulasi kemarin, perkelas dibagi menjadi dua ruangan. Nadya datang sedikit telat dari biasanya. Sebab ujian dimulai pukul 07.30 WIB. Si imut mengikuti Jazlyn duduk di halte menunggu jam ujian. Tidak sengaja matanya melihat dua sejoli yang tidak jauh dari halte tampak asik berbincang.

Emran tertawa, tampak akrab dengan gadis tersebut. Sementara Nadya dari halte membatin. "Dih, dia friendly sama cewek lain, kok sama gue cuek? Gak ada tuh ngajak kenalan lebih, cuman follow-followan doang."

Si imut melirik ke sebelah, Jazlyn malah asik mengobrol dengan Naveed. Hatinya akan sesak jika terus berada di sana. Segera Nadya pergi kembali ke kelas tanpa pamit terlebih dahulu. Ia duduk di samping Parida yang sedang membaca-baca buku.

"Kenapa, Nad? Kok kayak buru-buru?"

"Hah? Gak, gak pa-pa. Kamu udah belajal?"

"Belom semua. Kamu pasti udah, ya?"

Gelengan polos Nadya berikan. "Balu sedikit."

Nadya pindah ke kursi asalnya di paling belakang. Samping mejanya ada Naveed dan depannya Jazlyn. Beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, Jazlyn dan Naveed kembali ke kelas. Jazlyn duduk di kursi depan Nadya, tetapi badannya menghadap ke belakang.

"Nad, lo tau, gak, sih?"

"Apa?" Nadya langsung mendongak dan menyimpan ponselnya.

"Tadi temen gue pada ngomongin Emran. Pada bilang kalau Emran lagi deket sama Adiknya si Icha yang kemarin foto bareng Emran."

Bibir Nadya tertarik, ia tersenyum penuh tekanan. "Ohh, ya udah bialin aja. Dia 'kan emang fliendly sama cewek."

"Enggak, tapi yang ini beda. Mereka katanya baru beberapa hari ini deket. Deketnya tuh bukan kayak temen, Nad. Gue sering ngelihat mereka berduaan. Ihh, padahal tuh cewek udah punya pacar."

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang