Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!
Huaaa maasyaa Allah, tetap setia baca cerita ini sampai ending, yaa. Jangan pernah bosan:)
Happy reading~
🎬🎬🎬
Bugh.
Sialnya, saat hendak memasuki kelas, ia bertabrakan dengan anak cowok sesi 1 yang baru keluar dari kelas 9'1. Hal tersebut mengalihkan fokus Emran. Setelah meminta maaf, Nadya segera melengos masuk.
"Ckk, ngapain sih anak sesi satu pada ke sini? Kalo udah selesai foto, mending pulang deh. Ganggu," gerutu Nadya pelan.
"Nadyaa!" panggilan Jazlyn memekakkan telinga Nadya. Kalimat selanjutnya Jazlyn memelankan suara. "Crush lo lagi main games di luar, noh!"
"Iya tau, ngapain coba tuh cowok? Main games di lumah juga bisa kali."
"Paling dia mau numpang WiFi."
Jazlyn duduk di sebelahnya tanpa permisi. Ia menyerongkan badan menghadap Nadya. "Eh, Nad, lo waktu kemarin foto diomelin gak? Lo gak cerita ke Ummi lo, 'kan?"
"Ssttt, jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Nanti kedengelan yang di lual."
"Ya elah, santai. Pada fokus masing-masing juga."
"Gue celita sih ke Ummi. Soalnya gue anaknya gak bisa kalo gak celita. Belasa ada beban gitu. Jadi, semuanya gue celitain. Bial gak ada lahasia di antala gue sama Ummi. Tapi, untungnya Ummi gue gak malah."
Dua temannya tertawa. Iya, Parida mendengarkan dari belakang.
"Nadya tuh anaknya jujur kalo sama orang tua, Lynn. Gak kayak kitaa," sambar Parida ditambah dengan kekehannya.
"Ehh, dali tadi suala gue gak kenceng, 'kan? Takut kedengelan, ihh."
"Gak kok, suara lo sedeng. Gak kecil, gak gede juga."
Bodohnya Nadya malah melengok ke jendela, memastikan Emran masih ada di situ atau sudah pulang. Lebih parahnya lagi, saat itu juga Emran tengah memandangi kaca jendela. Jadilah mata mereka beradu kembali. Bola mata Nadya membulat, ia langsung menyembunyikan kepalanya dan kembali duduk.
"Bego banget sumpah lo, Nadd! Lagian, si Emran ngapain sih lihat-lihat kaca? Ngarep banget gue ngelihatin dia dari dalem kali, ya? T-tapi ... emang iya, sih. Arghhh, au ah! Nyebelin."
****
Ini hari paling bersejarah, hari terakhir Nadya dan teman OSIS seangkatannya mengenakan pakaian putih-hitam dan blazer. Mereka datang Subuh-subuh sebelum murid lain datang. Nadya duduk sendirian di pinggir taman UKS. Ia datang sedikit telat tadi, tetapi masih banyak yang lebih telat darinya. Untungnya Nadya sudah menyiapkan semua dari malam, jadi hari ini tidak ada yang ketinggalan.
Malaika mendekatinya dengan tongkat bendera merah-putih yang dipegang buat latihan. Ia memperhatikan Nadya dari atas hingga bawah.
"Nadya bawa pin nama, gak?"
"Aku gak punya pin nama. Waktu itu 'kan aku telakhil dibagiin blazelnya, nah di blazel gak ada pinnya. Biasanya yang lain ada, 'kan? Di aku gak ada. Benel-benel cuman blazel doang."
"Yahh, masa, sih? Kamu jadi gak punya pinnya, dong? Kamal kelupaan kali, ya?"
"Iya mungkin."
Sorot mata gadis pintar menapakkan belas kasih. "Tapi, kamu emang gak pa-pa gak ada pin? Gak mau coba tanya Kamal dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Fiksi RemajaBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...