Chapther 3

5.5K 189 0
                                    

Buat kalian yang penasaran sama cerita selanjutnya, bisa langsung baca di bawah kelanjutannya!!

*****

Beberapa menit lagi mobil Gilang sampai di Rumah Sakit Bangsa yang terkenal gedungnya yang besar dan mempunyai lantai 3 dengan luas bangunan 10.500 m², beberapa kamar tidur -+ 300. Dokter-dokternya yang sudah ahli semuanya dan khusus. Jangan ditanyakan lagi kalau soal bayaran, di Rumah Sakit Bangsa perbulan untuk dokter khusus dibayar 75jt per-orang, untuk dokter umum dibayar 50jt per-orang, untuk yang lainnya 25jt per-orang. Semua akses disana sudah lengkap, bahkan tidak ada yang kurang. Yokk, yang mau jadi dokter? Siapa tau ada yang mau di Rumah Sakit Bangsa??.

Semua suster, dokter dan orang-orang sedang berjalan dari sana ke sini, untuk berbagai urusan yang mereka tuju masing-masing di rumah sakit itu. Lima orang penjaga didepan rumah sakit, dan delapan orang menjaga didepan gerbang bagian luar dan bagian dalam. Semua keamanan disana sangat ketat, bahkan CCTV pun disana ada -+100 yang terpasang di Rumah Sakit Bangsa. Beberapa keyakinan diri sendiri pun disana sudah lengkap. Taman dan beberapa kolam ikan yang luas untuk anak-anak yang suka bermain, dan orang-orang yang sakit agar tidak jenuh di dalam ruangan. Itu buat anak kecil yang ngga suka main, terserah mau main apa aja boleh!! Renang dikolam ikan sekalian juga boleh!!

Semua orang suka dengan rumah sakit itu bukan karna tempatnya yang bagus dan mewah, tapi ada beberapa kesopanan dan keindahan yang ter-khas ditampilkan di rumah sakit itu.

_

Mobil Gilang sudah sampai tepat didepan rumah sakit, melintang menutupi jalan.

"Lang Lo mendingan bawa Zea kedalem dulu buat ditanganin, gue mau parkir mobil dulu." Ucap elang menghadap Gilang yang duduk dibelakang.

"O-oke," singkat Gilang. Gilang langsung mengangkat tubuh Zea bridal style.

"Udah, ngga usah nangis." Ucap elang menatap mata Gilang yang sedikit menyipit karna dari tadi ia tak kunjung berhenti menangis.

"I-iyaa ell." Gilang langsung keluar dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah sakit.

Elang langsung saja memarkirkan mobilnya ditempat parkir, untung saja tempat parkirnya tidak terlalu jauh. Lalu ia keluar dari mobil dan mengejar Gilang agar ia tak sendirian.

"SUS, SUSTER," Gilang berteriak diambang-ambang pintu kedua rumah sakit. Tubuh ia sangat lemas.

"SUUSSSS," teriak Gilang sekali lagi, karna tak kunjung didengar oleh suster lain.

"Gimana? Suster-nya udah dateng??." Tanya elang yang tiba-tiba saja ia sudah berada disamping Gilang.

"Belum ell." Tubuh Gilang semakin lemas, ia gemetar tak karuan.

'ish bisa-bisanya rumah sakit Segede gini susternya ngga ada sama sekali yang ngerespon.' batin elang berkata dengan jantungnya yang berdetak kencang.

"Ini gimana ell?" Rengek Gilang.

"Bentar-bentar," elang mencoba mensabarkan Gilang.

"SUSTER..DOKTER....." Teriak elang dengan suara terkencangnya, sedikit menggema di seluruh penjuru ruangan.

Gilang sedikit tercengang mendengar suara teriakan dari elang, bisa-bisanya elang yang terlihat sedikit kalem, malah mempunyai suara khas terkencang yang dimilikinya.

Tiba-tiba saja satu dokter dan tiga suster berlari cepat menghampiri Gilang, elang, dan Zea yang tak sadar.

"Sus, cepat ambil brankar," perintah dokter setelah sampai diambang-ambang pintu, yang sedari tadi ada Gilang.

GILANG [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang