Chapther 5

4.6K 149 0
                                    

Hay guys.
Ketemu lagi yaa!

Pasti kepo sama kelanjutannya?

Kekerasannya kayanya ada disini deh guys! Coba baca aja deh.

Jangan lupa sukanya sayang!!

|

"Muncul juga kamu." Doni menatap bawah, melihat Gilang. Dengan senyuman remehnya.

"Om, plis banget, maafin aku, maafin aku om." Gilang terus memeluk kaki Doni dengan erat. Sembari ia menangis sesenggukan.

"Apa?kamu bilang maafin!! Bisa apa kamu ha?"

"Kamu udah celakain anak kesayangan om, anak perempuan satu-satunya om, anak yang selalu menjadi penyemangat om, anak yang selalu om rindukan walau om bertemu dengannya setiap hari! kamu bilang om maafin kamu?" Ucap Doni menunjuk ruang UGD.

"Om nyesel udah nyetujuin pertunangan ini semua! OM NYESEL GILANG!!" Semua dibuat kaget oleh teriakan Doni. Doni berusaha untuk menahan air matanya, agar tidak lolos.

Apakah Doni akan menjadi sosok orang pertama yang memarahi, dan membuat nangis Gilang?

Gilang yang termasuk beruntung, dilahirkan dari keluarga yang kaya raya akan hartanya, bahkan keluarganya bisa melakukan apapun yang mereka mau. Tidak semua orang asal berani memarahi atau membuat sakit hati anak-anak keluarga bagas. Siapa orang yang belum mengenal keluarga Arenster, keluarga yang sudah terkenal dengan hartanya itu. Keluarga Arenster juga dikenal dengan keturunan laki-laki nya yang jago bela diri semua. Keluarga Arenster paling banyak laki-laki, paling sedikit pula perempuan. Okee, Semua hanya butuh duit ya ngga?!

"Pah udah pah, ini dirumah sakit," Sarah dibuat panik oleh suaminya. Ia berusaha menenangkan suaminya itu. Bagas hanya bisa memeluk bahu istrinya itu, agar istrinya juga ikut tenang. Ika takut saja jika Gilang diperlakukan seperti itu.

"Ohh,"

"Untuk bapak Bagas, apakah pertunangan ini bisa diputuskan sekarang juga?!" Doni menatap Bagas yang sedang menatapnya juga sedari tadi.

"NGGA." Sentak Gilang dengan cepat, sebelum Bagas menjawab pertanyaan Doni.

"Plis om plis, jangan plis, hiksss." Ucap Gilang mendongak menatap wajah Doni. Wajah Gilang sudah basah karna keringat dan air matanya yang terus mengalir.

"BANGUN." Perintah Doni memegang bahu Gilang. Namun Gilang malah semakin mengeratkan pelukannya pada kaki Doni.

"Plis om, jangan om, hiksss."

"BANGUN GILANG, OM SURUH KAMU BANGUN, BERDIRI!!" perintah Doni sekali lagi saja, ia benar benar tidak bisa mengendalikan emosinya.

Gilang yang mendengar perkataan Doni, langsung saja ia berdiri dan melepas pelukannya dari kaki Doni. Tubuh Gilang bergetar hebat saat ini juga. Ia tak berani menatap mata Doni, ia hanya bisa menundukkan pandangannya.

"O- om, kalau mau hukum aku, hukum aku aja om." Gilang mebuka suaranya pada Doni yang sudah menatapnya tajam.

"TATAP MATA OM!!" Doni.

GILANG [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang