Chapther 7

3.4K 132 1
                                    

Haii guys!!

Pokoknya harus tetep semangat membaca😌

Maaf, kalau sedikit kecewa sama part yang ini.

|

Gilang belum terbangun dari tidurnya pagi ini. Pantas saja belum bangun, ia sangat lelah, tubuhnya yang tidak banyak energi.

Ddrrr....ddrrrrr......

Getaran dimesin monitor itu tiba-tiba berbunyi. Tubuh Zea yang semula tenang, sedikit kejang-kejang. Gilang yang merasakan ada yang ganjal dengan tidurnya, akhirnya ia terbangun dari tidurnya.

Sungguh Gilang bangun sudah dibikin cemas oleh keadaan Zea sekarang. Ia segera menelfon dokter dengan telefon pribadi diruang itu.

"Ze, tahan yaa..." Rintihan air mata Gilang mengalir begitu cepat, melewati pipinya. Tidak bisa ditahan lagi untuk rasa saat ini.

"DOKK, CEPETT.." tangisan Gilang histeris didalam ruangan. Orang yang berada diluar tidak mungkin mendengarnya, ruangan ini saja kedap suara. Jika Gilang menghampiri orang diluar, ia tak mungkin meninggalkan zea-nya sendirian.

Tak lama kemudian dokter dan kedua suster datang berlari masuk kedalam ruangan.

"Dok, cepet dok. Selamatan Zea DOKK," ucap Gilang menatap sendu dokter yang sedang menyiapkan beberapa alat yang akan digunakan.

"Baik, bisa Aden menunggu diluar sebentar, agar kami yang akan mengurusnya." Ucap dokter itu mengarahkan tangannya pada pintu.

"Mari saya antar den." Ajak suster pada Gilang, ingin saja suster itu menggandeng tangan Gilang, tapi sudah dulu ditepis olehnya. Suster itu hanya bisa memahami perasaan Gilang, ia keluar dari ruangan menatap bawah kosong.

"Sayang kenapa?" Tanya Ika langsung menghampiri Gilang dengan raut wajah cemas. Ia tadi melihat dokter dan suster lari cepat masuk kedalam ruangan, ia ingin saja tau apa yang terjadi didalam. Saat ini semua tidak ada yang bisa berfikir positif. Semua hanya menatap tertuju pada Gilang.

"Gilang," lirih Ika mengambil kedua telapak tangan Gilang "kenapa?" Susah-susah Ika menahan air matanya agar tidak jatuh didepan anaknya.

Tangan Ika beralih menangkup kedua pipi Gilang, agar Gilang mau menatap matanya. Kedua tangan Gilang terangkat mengelus lembut punggung tangan Ika.

"Bun?..." Lirih Gilang, namun didengar oleh Ika. Ika hanya mengangkat satu alisnya, mendengarkan anaknya yang sedang berbicara selanjutnya.

"Zea sembuh kan?"

"Kenapa tanya begitu?"

"Aku nanya, Zea sembuh kan?"

Ika menganggukan kepalanya, tanda mengiyakan perkataan anaknya satu ini. Senyuman tulus tercipta jelas dibibir Gilang. Ika yang melihatnya pun ikut tersenyum.

Beberapa detik kemudian senyum Gilang memudar, ia terduduk lemas dilantai tepat didepan pintu ruangan. Kembali menundukkan kepalanya.

"Bun.." Ika berjongkok menyesuaikan tingginya dan anaknya yang sedang terduduk.

"Takutt,"

"Kenapa takut sayang?" Ika mengelus surai rambut Gilang.

"Bunda, Zea ngga akan ninggalin aku kan?," Ucap Gilang, tangis Gilang semakin menjadi-jadi. Gilang takut saja jika Zea akan kenapa-kenapa.

"Ngga, Zea bakal selalu ada buat kamu." Senyuman tulus dari Ika untuk Gilang.

Ceklekk

Suara pintu UGD terbuka, dokter dan satu suster ingin berlari cepat, tetapi terhalang kan oleh Gilang yang terduduk.

GILANG [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang