Chapther 23

2K 67 3
                                    

Hayyy

Bingung ai mau nanya apa..
Mendingan kalian aja.. mau nanya apa nihh??

Gabut soalnya, hehe...

Cussss... baca atuhhh

|

Klekkkk...

Jujur. Jika diucapkan, Zea hanya ingin sendirian terlebih dahulu, tidak ada seseorang siapapun yang mengganggunya. Siapapun itu!

Zea berharap, orang yang datang dari balik tirai ini, tidak membuat mood-nya semakin menurun.

"Zee.." sapa Gilang, setelah menampakan dirinya dari balik tirai.

Perlahan Zea membuka matanya, menatap seseorang yang memanggilnya. Ia tak perlu menduga, ia tidak akan kaget.

Gilang mulai berjalan ke samping ranjang. Duduk dikursi samping ranjang itu.

"Kenapa?" Tanya Gilang. Melihat raut wajah Zea berbeda dari sebelumnya.

"Harusnya gw yang nanya bukan Lo!" Saut Zea.

"Lo ngga papa kan?" Tanya Gilang lagi.

"Apa-apaan sih! Lo liat gw lagi mati ya?!" Justru dibalas tanya lagi oleh Zea.

"Ngga.. bukan gitu ihh Zea!" Sentak Gilang. Plisss, jangan bawa-bawa kematian jika sedang berdua seperti ini, Gilang tak sanggup mengingatnya lagi.

Zea hanya merotasikan matanya.

"Gw nanya boleh?" Tanya Gilang lagi lagi.

"Sok' atuh.." Jawab Zea menyilahkan untuk bertanya.

"Plisss, gw minta maaf..." Ucap Gilang. Empat kata yang nantinya akan menjadi beberapa kata lebih banyak lagi, bertambah-tambah.

Ini bukan nanya Gilang!!!😖

"Untuk?" Tanya Zea, menaikan satu alisnya.

"Semuanya," jawab Gilang.

Kenapa kondisinya semakin canggung diruangan ini. Gilang sedang berhadapan dengan perempuan seharusnya ia bisa lebih rileks, dan tenang. Tapi, untuk kali ini tidak, pikirannya kesana kemari, perasaannya resah sana sini, ia sama sekali bingung dengan situasi seperti ini.

Siapa sangka? Gilang yang tidak pernah mempunyai perasaan seperti ini saat sedang berhadapan dengan perempuan. Tiba-tiba datang begitu saja, sebelumnya saja belum pernah datang sama sekali, dan sekarang datang dengan begitu saja. Perasaan ini sungguh mempersulit Gilang, jika saja dirinya boleh berteriak, maka ia akan berteriak sekarang juga tanpa memikirkan telinga seseorang yang nantinya akan ditutup rapat-rapat karenanya.

Zea menyunggingkan senyumannya.

"Semua?! Semuanya atas perbuatan Lo waktu dekat ini?!" Tanya Zea tersenyum miring.

Gilang hanya menganggukkan pertanyaan dari Zea.

"Gw terima maaf Lo, ..." Zea sengaja menggantungkan kalimatnya.

Gilang menunggu kalimat yang akan dilanjutkan oleh Zea. Jujur, Gilang ingin sekali menggenggam tangan Zea, tapi niatnya selalu terundurkan karna suasana seperti ini.

"Okee gini..."

"Gw suka sama bulan dan bintang, bahkan gw kalau disuruh milih, gw bingung mau milih yang mana. Mereka terlalu indah kalau dilihat, sampai Tuhan menakdirkan mereka selalu bersama saat malam..."

"Mungkin kalau kita sama kaya mereka, kita juga bakal menjadi takdir yang selalu bersama. Tapi, kita ngga tau, rencana Tuhan selanjutnya gimana..." Jelas Zea.

GILANG [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang