31 || Arion Kumat

9.2K 780 44
                                    

Happy reading~

"Lo mau bunting anak gue?" tanya Arion dengan suara rendah nya.

Vana tak kuasa menahan air mata nya, "hiks kita udahan aja."

Arion menggeleng tegas. "kasih tau alasan yang jelas."

"H-harusnya lo sadar."

Arion menghela nafas pelan, lalu ia menggendong Vana bak koala, "kasih tau gue biar gue sadar."

Arion duduk di ranjang Vana, sedangkan Vana ada di pangkuannya, "udah gue bilang kita udahan aja."

"Ana pliss, gue gak bisa dan gak akan bisa," Arion kembali menegaskan.

"Gue udah gak mau lagi," Vana tetap tak mau, karena ia tak mau merasakan sakit lagi.

"Why? "

"Rasanya terlalu sakit buat gue," gumam Vana yang masih di dengar oleh Arion.

"Kasi tau gue semuanya."

"Lo ngapain aja di perpus?" tanya Vana dengan nada pelan.

Ahh..perpus Arion sekarang paham, jadi gadisnya ini sedang cemburu.

"Kalo ngomong itu tatap orang nya."

Vana menatap mata Arion, lalu di detik berikutnya Arion langsung memangut bibir Vana dengan lembut, Vana masih kaget dengan tindakan Arion bahkan otaknya sekarang masih nge lag, dan jantung nya rasanya ingin merosot ke jempol kaki.

"Balas," bisik Arion tepat di depan bibir Vana.

Namun Vana tetap saja tak membalas ciuman itu, ia hanya diam saja.

Lalu Arion kembali melumat bibir Vana dengan lembut dan sesekali menggigit bibir bawah Vana agar gadisnya itu mau membuka mulutnya.

Lidah Arion mengabsen semua isi mulut Vana, sedangkan Vana yang kehabisan oksigen pun segera memupuk dada Arion, agar bayi singa nya ini melepas ciumannya.

Nafas Vana masih ngos-ngos an, akibat Arion tentunya, "oke kita resmi putus."ucap Vana.

Dengan gerakan cepat Arion membalikkan tubuh Vana dan ia segera menindih tubuh gadis nya ini, "lo yang maksa gue berbuat lebih."

Arion mulai melepas kancing baju seragam nya satu-persatu, seragam tersebut terlepas sekarang Arion sedang bertelanjang dada.

Vana semakin ketakutan air mata nya semakin deras, Vana tak suka jika Arion sudah seperti ini.

Lalu Arion kembali menindih badan Vana, "gue gak mau putus! Gak ada penolakan!" Arion kembali menegaskan bahwa dirinya tak mau putus.

"Gue gak sukua dipaksa!" bentak Vana tak kalah kerasnya.

Vana memukul dada bidang Arion dengan kencang.

"Anjeng! Bangsat! Babik! Tai! Monyet! Sampah! Berengsek! Pangeran tolongin gue!!" teriak Vana frustasi.

"Siapa yang ngajarin?" tanya Arion saat mendengar Vana berbicara kasar.

"Pergi!!"

Arion bengkit ia mecekal tangan Vana yang hendak keluar kamar.

Badan Vana menabrak dada bidang Arion dengan keras hingga hidung mancung nya sakit karena terlalu keras menabrak dada bidang Arion.

Arion memeluk Vana erat bahkan sangat erat, yang pasti Arion tak mau kehilangan gadis nya ini.

Vana menangis sejadi-jadinya di pelukan Arion sesekali memukul dada bidang Arion.

Arion tak keberatan dengan hal itu ia membiarkan gadisnya ini memukulinya semau dan sepuas nya.

𝐀𝐑𝐈𝐎𝐍 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang