43. RENCANA SECARA DIAM-DIAM

5.3K 270 11
                                    

"Emily, terima kasih atas pertemuan makan malam kali ini, walaupun cukup singkat tapi aku menyukainya."

Emily mendapatkan sebuah pesan singkat dari Rafael. Terlihat rupanya pesan tersebut telah dikirimkan oleh Rafael sejak dua satu jam yang lalu sehingga ia cukup terlambat untuk membalasnya. Sejak tadi Emily memang menghabiskan waktunya untuk merendam tubuhnya itu di dalam bath up yang berisikan air hangat.

"Bagaimana jika Rafael rupanya telah pergi untuk beristirahat?" gumam Emily seorang diri. Ia tak begitu yakin terhadap dugaannya itu karena Rafael jarang sekali untuk pergi tidur di bawah pukul 10 malam. Ia selalu beranjak untuk tidur di atas pukul 2 dini hari. Tentu saja dengan semua pekerjaan yang harus ia selesaikan sebagian di malam itu, begitu kata Rafael sejak tadi.

Tak perlu memikirkan banyak hal lagi, ia pun memutuskan untuk menghubungi Rafael di seberang sana. Semoga saja pria itu tak sedang sibuk, terutama untuk keesokan harinya. Tentu saja mengenai pertemuan mereka yang di rencanakan secara diam-diam, walaupun Rafael belum memberitahukan mengenai jawabannya.

Ia juga tak melihat mobil milik Liam, itu berarti pria tersebut masih berada di luar sana, entah ke mana perginya tapi yang jelas ia sudah meninggalkan penthouse itu sejak satu jam yang lalu. Tak ada waktu yang tersisa lagi untuk menghubungi Rafael.

"Halo, Emily. Aku mengira bahwa kau sudah pergi untuk beristirahat tadinya."

Emily yang mendengar suara dari Rafael di seberang sana pun seketika tersenyum senang. Ah, beruntung sekali pria itu menerima sambungan panggilannya malam ini, "Tidak, aku baru saja selesai mandi. Maaf karena terlambat untuk membalas pesanmu itu. Aku tak membawa ponselku tadi."

"Tak masalah. Oh iya, aku ingin memberitahukan kepadamu bahwa besok aku sangat luang sekali. Bagaimana jika kita menjadwalkan pertemuan yang sudah kau usulkan saat makan malam tadi?"

Ah, ini dia yang di tunggu sejak tadi, "Baiklah, ide yang bagus. Kalau begitu beri tahu aku tempat yang aman untuk kita. Kau pasti begitu paham bagaimana kondisi di antara kita semua sampai sejauh ini."

"Baiklah, tapi tetap jaga ponselmu, atau jika ingin lebih aman lagi maka aku akan mengirimkan alamat tempat pertemuan kita besok melalui e-mail, bagaimana?"

"Ide yang bagus. Terima kasih."

Emily melihat ke arah bawah sana dan tentu saja sebuah mobil sport milik Liam baru saja memasuki pekarangan penthouse itu. Ia pun segera memilih untuk menyudahi semua obrolan mereka untuk malam ini.

"Baiklah, Rafael, aku tutup dulu. Liam baru saja tiba. Sampai jumpa."

Setelah mengatakan hal tersebut tanpa menunggu sahutan dari Rafael di seberang sana, Emily pun segera memutuskan panggilan di antara mereka dan menyimpan ponselnya itu di bawah bantalnya. Ia akan memeriksanya lagi malam nanti, atau mungkin keesokan harinya. Tak lupa juga untuknya agar menonaktifkan ponsel miliknya itu untuk sementara waktu.

"Ah, kenapa aku seperti sedang mengalami KDRT saja? Padahal jelas-jelas aku bisa memainkan ponselku kapan pun yang aku inginkan," gumam Emily seorang diri setelahnya. Tapi, agar semakin memudahkan pertemuan di antara dirinya dan juga Rafael keesoka  harinya, maka mau tidak mau ia harus melakukan hal tersebut untuk sementara waktu.

Di sisi lain, terlihat Rafael yang duduk dan terdiam sejenak di tepi tempat tidurnya itu. Ia cukup bingung dengan ucapan Emily tadinya.

"Kenapa Liam baru saja tiba di rumah? Padahal pertemuan di antara kita sudah berlalu dan itu hampir 2 jam yang lalu. Apakah ia sedang mencoba untuk mencari tahu mengenai pertemuan di antara diriku dan juga Emily lagi secara diam-diam?" gumam Rafael seorang diri. Ah, rasanya rumit sekali jika berada di posisi Emily. Ia bahkan bisa merasakannya sendiri.

Namun, ada sesuatu hal yang lebih penting lagi kali ini, yaitu menjadwalkan pertemuannya dengan Emily besok siang, atau mungkin besok pagi setelah Rafael pergi ke kantornya itu.

Tapi sebelum itu, Rafael memutuskan untuk mencari cara agar pesan e-mail yang ia kirimkan tak terlalu mencolok sekali. Mungkin ia bisa menyelipkan beberapa informasi seputar diskon sebelum Emily membacanya. Hanya untuk berjaga-jaga saja, siapa tahu Liam mampu mengetahuinya dan membuat pertemuan di antara mereka berdua menjadi gagal.

"Baiklah, aku akan memilih tempatnya sekarang, mungkin harus berada jauh di sekitaran kota agar tak terlalu di lihat oleh seseorang, apalagi Liam merupakan salah satu orang penting, ia pasti memiliki banyak mata-mata di luar sana," gumam Rafael kemudian.

Beberapa saat berlalu, seketika itu juga Rafael teringat akan suatu tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia juga yakin bahwa tempat itu sangat aman dan nyaman.

"Aku akan membawanya ke sana besok," gumam Rafael seraya tersenyum.

***

Emily tengah berjaga-jaga kali ini. Ia hanya takut jika nantinya Liam seketika masuk ke dalam kamarnya itu dan meminta jatahnya. Ah, tentu saja akan membuatnya sedikit kesulitan untuk membaca pesan dari Rafael yang bahkan sampai sekarang belum juga ia terima. Apakah pria itu melupakannya?

Tok! Tok!

Emily menatap ke arah pintu kamarnya itu, ia terlihat begitu mempersiapkan dirinya kali ini.

"Itu pasti Liam," gumam Emily seorang diri yang saat ini telah menyembunyikan ponsel miliknya itu kembali di bawah bantal tidurnya itu.

Beberapa saat menunggu, ia pun telah dikejutkan oleh kehadiran Rose yang rupanya telah memasuki kamarnya itu.

"Ah, aku kira kau sudah tertidur, Emily," gumam Rose sambil menutup kembali pintu kamar Emily saat ini.

Pandangan Emily lantas masih tertuju ke arah Rose sampai saat ini. Ah, kenapa ia tiba-tiba saja datang ke dalam kamarnya? Bahkan ia tak mengetahui kapan Rose tiba di sana.

"Aku tidak bisa tidur," jawab Emily seraya tersenyum. Untung saja terdapat dua ranjang di dalam kamar yang saat ini tengah Emily tempati itu.

"Baiklah, aku memiliki teman mengobrol untuk sementara waktu kalau begitu," ujar Rose seraya terkekeh dan menempati ranjang berukuran queen size yang berada di sebelah Emily saat ini.

Emily tersenyum saat mendengarnya. Ah, tentu saja tak masalah baginya, tapi rasanya begitu aneh sekali dengan kehadiran Rose di sini.

Sambil mengobrol dengan Rose, ia terlihat memeriksa e-mail yang masuk dan rupanya Rafael telah memenuhi ucapannya itu. Lihatlah, ia juga memberikan sebuah diskon fake agar menutupi isi pesan yang telah ia kirimkan kepadanya, menarik sekali.

Namun, satu hal yang membuat Emily bingung kali ini. Kenapa Rose tiba secara mendadak di penthouse ini?

Apakah ia benar-benar telah mengetahui semuanya?

"Tapi, ia hanya mengetahui salah satu dari sekian banyak penthouse yang dimiliki oleh Liam. Apakah ia hanya mengetahui penthouse ini saja? Atau justru ia mencari tahu seorang diri mengenai segalanya?" gumam Emily seorang diri, mungkin ia bisa menanyakan hal ini juga dengan Rafael besok pagi, lebih tepatnya setelah Liam pergi ke kantornya itu.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang