175. SEBUAH PESAN DARI SESEORANG

80 4 0
                                    

Kedatangan Lucy kali ini lantas membuat Emily begitu senang sekali. Hal tersebut karena Emily merasa cukup kesepian ketika Liam tengah sibuk dengan pekerjaannya. Walaupun ia tak pernah datang terlambat untuk kembali pulang, namun tetap saja rasanya begitu kesepian, apalagi Rose saat ini juga sibuk dengan pekerjaannya untuk membantu Glen yang telah menjabat sebagai seorang CEO di kantor cabang yang berada di New York ini.

"Bagaimana dengan hasil kontrol pada minggu ini? Semuanya baik-baik saja, bukan?" tanya Lucy secara perlahan. Emily mengangguk dan setelah itu mereka pun kembali mengobrol seperti semula.

"Syukurlah kalau begitu. Sejak berada di Minnesota, Ibu selalu merasa bahwa Liam tak akan bisa dan tak akan mampu untuk memberikan waktu kepadamu. Tapi, dari apa yang Ibu dengar secara langsung darimu, sekaligus dari beberapa asisten pribadi Liam, rupanya apa yang Ibu pikirkan dan duga selama ini sangatlah salah. Liam rupanya benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia begitu beruntung mendapatkanmu, Nak," ujar Lucy kemudian. Entah mengapa ketika berbicara seperti ini bersama dengan Lucy, rasanya ia seperti memiliki sebuah rumah yang lainnya yang begitu nyaman setelah Liam.

"Aku sangat bersyukur sekali karena telah di pertemukan oleh Liam, ia memang benar-benar melaksanakan semuanya dengan baik. Bahkan, Liam selalu mengambil pekerjaan rumah untuk membantu asisten rumah tangga di sini," ujar Emily kemudian dan tentu saja mendengar hal tersebut lantas membuat Lucy menatapnya begitu terkejut sekali.

"Mengambil pekerjaan rumah? Apakah kau benar-benar yakin?" tanya Lucy yang masih nampak terkejut sekali rupanya. Tentu saja Emily tak berbohong kali ini. Ia mengangguk kembali setelahnya.

"Tentu saja. Ia bahkan tak ingin jika aku mengambil pekerjaan yang berat-berat, tapi semuanya diambil alih oleh Liam secara keseluruhan. Ia cukup berlebihan tapi Liam mengatakan bahwa akan melakukan hal yang terbaik untukku dan juga calon anak kami. Itu yang membuatku begitu merasa spesial dengannya," jawab Emily kemudian.

Lucy masih tak menyangka dengan apa yang saat ini Emily ceritakan kepadanya itu, "Liam bahkan tak pernah mengambil pekerjaan rumah sedikit pun ketika belum bertemu denganmu. Ia bahkan sangat anti sekali, dan mengatakan tak akan menikah, ia hanya ingin menyendiri saja sampai kapan pun. Dan lihatlah sekarang, ia sudah sangat mencintai orang yang tepat, ia begitu mencintaimu, Emily. Senang sekali melihatnya seperti ini kepadamu."

"Terima kasih, Bu. Liam telah dibesarkan oleh seorang Ibu yang sangat hebat. Aku bahkan merasa sangat salut denganmu. Liam juga selalu menceritakan semua hal mengenai Ibu dan juga masa kecilnya itu kepadaku," ujar Emily kemudian dan entah mengapa terdapat satu hal yang diingat oleh Lucy saat ini. Semuanya berkaitan dengan pernikahannya dengan mendiang suaminya itu.

"Liam adalah anak semata wayang yang sangat rapuh, aslinya seperti itu. Apalagi ditambah saat itu ia telah menjadi seorang anak yatim. Semuanya hancur berantakan begitu saja. Liam yang awalnya menjadi sosok yang periang, namun seketika setelah kematian Ayahnya itu, ia menjadi sosok anak yang murung dan terkadang selalu menyendiri di dalam kamarnya. Ia juga tak ingin menikah karena beberapa masalah yang terjadi di dalam keluarga kami. Ibu yakin bahwa Liam telah menceritakan bagian ini kepadamu karena ia begitu terbuka dengan orang yang sangat ia sayangi," ujar Lucy kemudian yang tengah menahan kesedihannya itu saat ini.

Emily bisa merasakan semuanya. Tak ada jawaban dari apa yang telah dikatakan oleh Lucy kepadanya kali ini, karena di samping ia merasa sedih, namun ia juga takut untuk membalas semua ucapan itu, ia hanya takut jika nantinya semua kata-katanya itu akan menyakiti hati Lucy dan juga Liam.

Lucy lalu menatap ke arah Emily sambil tersenyum hangat kepadanya, "Tapi tenang saja, Liam tak akan seperti itu. Ia adalah sosok pria yang setia. Ibu sangat menjamin hal itu. Tapi, tetap bersabarlah karena terkadang suasana hatinya cepat berubah."

"Aku mempercayai Liam, Ibu. Tenang saja, semua suasana hatinya selama ini sangatlah aman terkendali. Bahkan di sini akulah yang tak menentu, suasana hatiku terkadang berubah menjadi baik, terkadang pula berubah menjadi buruk. Tapi beruntung sekali bahwa Liam adalah sosok pria yang begitu penyabar untuk menangkal sifatku ini, Bu," jawab Emily kemudian.

"Tak masalah, sayang. Itu adalah hal yang wajar bagi semua Ibu hamil di luaran sana. Liam memang harus seperti itu. Jika ia bermacam-macam denganmu, maka jangan sungkan untuk segera melapornya kepada Ibu," ujar Lucy kemudian dan tentu saja Emily tertawa saat mendengarnya, begitu pula dengan Lucy untuk saat ini.

Lucy lalu mulai menceritakan semua hal yang pernah ia rasakan dulunya saat tengah mengandung Liam. Tentu saja Emily begitu merasa tertarik dengan semua hal yang selalu diceritakan oleh Lucy kepadanya itu.

Di sisi lain, untuk saat ini terlihat Liam yang tengah bersembunyi di balik guci besar dan juga dinding yang berada di hadapannya itu. Mungkin sudah cukup lama ia berdiri di sana karena memang Liam ingin kembali pulang sebelum makan siang tiba. Ia juga telah menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin. Memang, ia harus pergi ke Minnesota, tapi ia memutuskan untuk mengerjakan pekerjaannya itu di New York bersama dengan Glen yang saat ini telah menjabat resmi sebagai seorang CEO di sana.

"Apakah aku harus merasa senang dan juga gemas di saat yang bersamaan denganmu, Emily? Kau bahkan tak pernah mengatakan semua itu kepadaku selama kehamilanmu ini. Aku yakin anak kitalah yang merubah sifat ramahmu kepadaku itu," ujar Liam kemudian. Ah, tapi ia merasa senang sekali karena terlihat bahwa Emily dan juga Lucy yang begitu akrab terhadap satu sama lain. Apalagi setelah kejadian hilangnya Emily seharian penuh beberapa waktu yang lalu. Tanpa ia duga rupanya Emily memilih rumah orang tuanya itu sebagai tempat persembunyiannya sementara waktu. Ia senang sekali tentu saja.

Tapi, tentunya ia juga merasa was-was atas kejadian itu.

***

Setelah Lucy kembali pulang ke Minnesota, kali ini kehadiran Rose yang tengah menunggu Glen lantas membuat suasana rumah itu menjadi ramai kembali. Emily yang hendak beristirahat itu pun seketika membatalkannya karena terdapat satu hal yang ingin diceritakan kepadanya untuk saat ini.

"Ia makin terlihat sibuk dan kita jarang sekali makan siang bersama selama satu minggu ini, apalagi saat akhir pekan ia juga masih sibuk mengerjakan semua tugasnya itu," ujar Rose kemudian dan tentu saja Emily tersenyum saat mendengarnya.

"Tenanglah, lagi pula ia selalu meluangkan waktu untukmu, bukan? Toh juga ia bekerja untukmu dan juga kehidupan kalian di kemudian hari. Kalian masih sama-sama berada di New York," ujar Emily kemudian dan tak ada pilihan lain selain mengangguk pasrah untuk Rose kali ini.

"Tapi, ada satu hal yang masih aku simpan sampai sejauh ini, Emily," ujar Rose kemudian dan terlihat Emily yang mengernyit saat mendengarnya.

"Apa itu? Apakah kau masih mencoba untuk menebak respon Ayah soal hubungan kalian ini? Tenang saja, Ayah pasti akan merestui kalian berdua," ujar Emily kemudian namun tentu saja Rose menggeleng keras saat mendengarnya.

"Bukan itu. Tapi, aku sempat melihat ponsel milik Glen beberapa hari yang lalu. Kau tahu, ia sepertinya selalu menghubungi Glen belakangan ini, atau mungkin dulunya juga seperti itu tapi aku tak mengetahuinya," gumam Rose kemudian dan tentu saja Emily yang mendengarnya lantas mengernyit.

"Siapa dia? Tapi, kau harus bersabar karena akan ada banyak orang yang menjadi rekan bisnisnya itu. Glen pasti memiliki banyak kontak di ponselnya karena hal itu," ujar Emily kemudian yang masih mencoba untuk berpikiran positif.

"Jika seperti itu ceritanya maka aku juga tak akan mempermasalahkannya. Hanya saja aku sempat membaca beberapa menit isi pesan itu, aku yakin ia adalah seorang wanita," ujar Rose kemudian dan tentu saja Emily mengernyit dan cukup terkejut akan hal itu.

"Seorang wanita?" gumam Emily kemudian dan terlihat Rose yang mulai membicarakan isi pesan singkat yang sempat ia baca itu.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang