199. KAMAR MERAH

542 8 0
                                    


Tak ada yang bisa Emily katakan saat ini, apalagi ketika ia melihat sebuah kamar yang bernuansa merah itu. Ah, jika di pikir-pikir ternyata sangat menggoda imannya sekali kali ini.

"Kau benar-benar menuruti keinginanku itu rupanya," gumam Emily yang nampak terpukau dengan sebuah desain dari kamar merah itu. Rupanya di sana memang di sengaja untuk di pasangkan sebuah lampu bewarna merah. Bahkan di samping mereka kali ini terdapat sebuah tempat tidur dengan bed cover berwarna hitam. Tak hanya itu, ia juga menemukan sofa khusus kamasutra yang berwarna merah.

Ah, sangat sesuai dengan apa yang di bayangkan oleh Emily sebelumnya.

"Tentu saja, hanya kamar seperti ini tentunya aku sangat bisa untuk mewujudkannya. Keinginanmu itu masih terlalu kecil untukku, sayang. Lain kali, mintalah sebuah keinginan yang lebih besar dari ini. Apalagi kau jarang sekali meminta sesuatu denganku. Sudah kukatakan, pergunakan dan manfaatkan dompetku ini dengan layak, aku adalah suamimu, kau bisa meminta apa pun denganku, jangan berpikir soal harga atau kelangkaan barang itu. Tenang saja, aku akan selalu mendapatkannya," jawab Liam panjang lebar dan tentu saja Emily nampak tersenyum saat mendengarnya. Ia tak terlalu banyak meminta memang, bahkan bisa di katakan bahwa ia mengakui bahwa mencari uang memanglah sesulit itu. Ia sudah pernah merasakannya dulu. Tapi sekarang tidak lagi, tentu saja karena Liam-lah yang melarangnya. Ia juga sudah memutuskan semuanya sejak saat itu.

"Ya, ya, ya, baiklah. Aku akan memanfaatkan dirimu sebagaimana mestinya," jawab Emily kemudian.

Terlihat Liam yang nampaknya tersenyum penuh arti seraya berjalan mendekati Emily saat ini, ia juga memeluk Emiy dari arah belakang.

"Apa lagi yang kita tunggu saat ini? Bagaimana jika kita berdua langsung mencoba tempat ini saja? Aku yakin bahwa kita akan betah ketika melakukannya di dalam sini. Kau harus tahu bahwa ini merupakan sebuah kamar rahasia yang berada di sebelah kamar tidur kita. Jadi, kau pasti tahu mengapa aku memberikan satu kamar kosong sebagai batasan untuk membuat kamar Jacob, bukan? Ini adalah jawabannya. Jadi, pertama adalah ruang kerjaku yang utama, lalu di sebelahnya terdapat kamar kita, lalu kamar merah ini, dan setelah itu adalah kamar milik Jacob," jelas Liam kepada sang istri kali ini.

Emily menatapnya sejenak, "Kenapa kamar merah ini berada dekat dengan sekali dengan kamar milik Jacob?"

"Aku memang sengaja melakukannya karena agar kita mengetahui dengan mudah dan mendengar dengan jelas tangisan Jacob saat kita sedang bermain di dalam sini," jawab Liam kemudian. Emily lantas tersenyum geli saat mendengar alasan yang sangat masuk akal itu. Rupanya di sisi lain, Liam sangatlah bertanggung jawab terhadap sang anak, di samping semua hasrat miliknya itu tentu saja.

Tanpa menunggu basa basi apa pun lagi, Emily telah mendapatkan sebuah ciuman panas yang saat ini datang dari Liam. Bahkan pria itu telah menggendong tubuh Emily untuk ia letakkan di atas tempat tidur yang sangat empuk itu. Terlihat pula di sana bahwa Liam tengah mencoba untuk melepaskan piyama yang saat ini tengah Emily gunakan itu secara perlahan, ia sangat tahu bahwa Emily menyukai kegiatan tersebut yang di lakukan secara perlahan. Tentu saja saat ini ia tengah melakukannya.

"Sudah lama sekali aku berpuasa untuk ini, sayang," gumam Liam yang saat ini telah berhasil melihat kedua benda kenyal yang tentu saja menjadi bagian favorit nya sampai kapan pun itu.

"Kau akan mendapatkannya malam ini juga," jawab Emily kemudian dan ia pun kembali mendapatkan kecupan panas dan lembut di arah bagian leher jenjangnya itu hingga turun menuju ke arah perutnya. Ah, Liam juga berharap bahwa Emily akan memiliki seorang anak lagi setelah ini. Ia berharap banyak untuk semua itu.

Liam memberhentikan kegiatannya sejenak dan kembali menindih tubuh Emily saat ini sambil menatapnya lekat. Sebenarnya ia sudah tak tahan lagi, namun bagaimana pun juga ia akan melakukannya secara perlahan, sesuai dengan apa yang disukai oleh Emily sampai saat ini.

"Bagaimana jika kita mencoba beberapa posisi yang cukup ekstrim? Aku begitu tak sabar sekali untuk melihat lekukan indah tubuhmu ini dari segala arah. Apa lagi saat kau sedang menjadi seorang autopilot di atas tubuhku," bisik Liam sambil mengecup pelan leher jenjang nan mulus miliknya itu kembali.

Tentu saja Emily sangat menyukai permainan yang akan berlangsung malam ini. Ah, rasanya benar sekali dengan apa yang telah di katakan oleh Liam sebelumnya, mereka sudah lama sekali berpuasa mengenai kegiatan panas ini. Apa lagi dengan Liam. Biasanya ia langsung melakukannya saja tanpa henti. Tapi karena kehadiran Jacob dan juga pemulihan dirinya setelah melahirkan lantas membuat Liam benar-benar menjaga dan menahan semua hasrat miliknya itu. Ia tentu saja akan melupakannya di sini, malam ini.

Namun, baru saja menggoda bagian sensitif milik Emily, tiba-tiba saja terdengar suara tangis dari Jacob dan membuat keduanya memberhentikan permainan panas itu seketika. Mau tak mau mereka harus kembali menahannya untuk malam ini, apa lagi dengan Liam.

Emily nampak tersenyum sambil menatap ke arah Liam yang saat ini masih setia untuk menindih tubuhnya itu, "Sepertinya Jacob memang tak memberikan izin untuk kedua orang tua nya malam ini. Minggirlah terlebih dahulu, Tuan. Aku harus menghampiri anakku di kamar sebelah."

Mau tak mau Liam pun pasrah dan menurutinya. Ia lalu bangkit berdiri dan membantu Emily untuk bangkit berdiri juga, "Jacob sepertinya memang belum menginginkan sosok seorang adik lagi dalam waktu dekat ini."

Tiba-tiba saja Emily mengecup bibir pria itu sejenak, dan membuat Liam membulatkan kedua matanya seketika. Wow, momen yang begitu langka sekali tentu saja.

"Aku akan pergi untuk melihat keadaan Jacob terlebih dahulu," ucap Emily setelah ia mengecup bibir milik Liam yang begitu membuatnya sangat gemas sekali.

Terlihat saat ini bahwa Liam nampak tersenyum penuh arti dan tentu saja raut kesenangannya itu tak bisa ditutup kembali, "Sayang, aku ikut denganmu. Kita bisa kembali menjaga Jacob bersama-sama untuk malam ini atau biarkan aku saja yang melakukannya."

Emily tak meresponnya. Ia tengah pergi ke kamar Jacob dan segera menghidupkan lampu kamar milik anak mereka itu untuk saat ini. Bahkan di sana terlihat Jacob yang masih saja menangis seorang diri.

"Sayang, cup, cup, cup, Ayah dan juga Ibumu ada di sini. Apakah kau haus? Atau merasa panas?" tanya Emily seraya menggendong Jacob saat ini. Terlihat bocah laki-laki itu yang tengah menatap ke arah Emily dan beberapa saat setelahnya tangisannya itu pun mereda.

Emily juga memberikan ASI kepada Jacob seperti biasanya dan kembali membuat Liam menahan semuanya. Ah, andai saja waktu bisa di putar kembali, maka ia sangat ingin sekali menjadi sosok seorang bayi dan selalu menikmati ASI dengan Emily, seperti apa yang telah di lakukan oleh Jacob kali ini. Atau, ia mungkin akan menggendong Emily menuju ke dalam kamar rahasia yang telah ia buat itu dan setelahnya tanpa berbasa basi lagi ia pun segera bermain bersama Emily.

"Aku pikir, kejadian beberapa menit yang lalu itu terlalu banyak adegan berbasa basi yang telah kami lakukan," gumam Liam setelahnya. Ah, menyesal sekali.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang