164. PERSIAPAN SEPENUH HATI

86 3 0
                                    

Emily menatap ke arah pantulan cermin yang saat ini terlihat menunjukkan wajah cantiknya itu. Ia bahkan sama sekali merasa tak percaya diri sekali untuk menemui orang tuanya besok. Waktu cepat sekali berlalu, padahal ia berpikir bahwa pertemuan dengan Ayahnya itu masih cukup lama.

"Ternyata dua hari begitu cepat sekali berlalu," gumam Emily seorang diri, bersamaan dengan itu, terlihat Liam yang memasuki kamar tersebut dan menatap ke arah Emily yang saat ini tengah duduk di hadapan meja rias tersebut.

"Kenapa kau belum tertidur juga? Ini sudah larut. Besok kita harus bertemu dengan orang tuamu," tanya Liam kemudian yang saat ini tengah berdiri di belakang Emily dengan seulas senyuman manisnya itu. Ah, ia bahkan sama sekali merasa nyaman saat menatap seulas senyuman itu.

"Apakah kau tengah memikirkan pertemuan besok?" tanya Liam kembali karena Emily bahkan sama sekali tak memberikan respon apa pun kepadanya.

"Kau benar. Entah mengapa aku merasa tak percaya diri dan juga tak yakin untuk pertemuan besok. Kau tahu, Ayah sejak dulu selalu mengagungkan Rose kepada semua orang. Bahkan untuk mendapatkan apa pun, Rose yang lebih dulu mendapatkannya, apa lagi untuk hal ini," gumam Emily kemudian. Entah mengapa ucapan tersebut lantas membuat Liam segera memeluknya saat ini.

"Kau bahkan baru mengatakannya pagi tadi bahwa mendiang Ayahku tetaplah Ayahku, kapan itu dan bagaimana pun keadaannya, beliau tetap menjadi Ayahku. Benar, bukan?" bisik Liam setelahnya dan entah mengapa Emily merasa tertampar sekali saat mendengar sindiran halus itu.

Ia lalu menghela napas panjang dan mencoba untuk tersenyum ke arah Liam saat ini, "Kau benar, maafkan aku."

"Terkadang kita selalu memikirkan hal-hal yang bahkan tak seharusnya terjadi secara berlebihan. Ingat, aku ada di sini, apa pun keadaannya, kau tetap akan aman. Tak usah memikirkan hal-hal lainnya. Fokuskan dirimu dengan kehamilanmu ini. Sisanya akan menjadi urusanku, oke?" ujar Liam setelahnya dan terlihat Emily yang memperlihatkan seulas senyuman simpulnya.

Walaupun di dalam hatinya masih tak terlalu yakin jika kedua orang tuanya ini akan menerima hubungan mereka.

Ia tahu betul bagaimana sifat orang tuanya itu, terutama Ayahnya yang cukup terlihat tak terlalu memerhatikan Emily sejak kecil.

***

Pagi ini Emily terbangun lebih awal dari biasanya. Walaupun ia sudah mencoba untuk terbangun lebih awal dari biasanya, Liam tetap saja terlihat sudah siap dengan dirinya itu. Ia sangat yakin sekali jika saat ini Liam tengah menyiapkan menu sarapan pagi untuk mereka semua.

"Baiklah, hanya bertemu dengan Ayah saja. Jika ia dan juga Ibu menentang hubunganku ini dengan Liam maka tak masalah, aku akan mencari jalan keluar yang lainnya lagi untuk itu. Mungkin aku dan Liam akan tetap seperti ini sampai seterusnya, tanpa ikatan suci atau pun restu dari orang tuaku sendiri," gumam Emily seorang diri. Ia lalu menatap ke arah depannya dan mencoba untuk mengusap wajahnya gusar. Rasanya benar-benar berdegup sekali.

Tinggal beberapa jam lagi maka mereka akan di pertemukan kembali, entah di mana Emily masih belum mengetahuinya karena sejauh ini ia belum mendapatkan informasi lebih lanjut.

Mungkin ia akan bertanya dengan Rose saja setelah sarapan pagi nanti. Wanita itu pasti selalu mendapatkan berita sejak di awal-awal dari pada dirinya.

Ia sangat yakin akan hal itu.

Tok! Tok!

Emily yang hendak bangkit berdiri untuk mandi pun seketika memberhentikan langkahnya. Ia menatap ke arah Liam yang saat ini tengah tersenyum ke arahnya sambil membawa segelas susu yang telah ia janjikan malam itu.

"Kau harus mencobanya. Sesuai dengan keinginanmu saat kita berada di taman itu, bukan? Kau menginginkan minuman dengan rasa strawberry. Ini dia," ujar Liam yang seraya memberikannya segelas susu hangat itu kepada Emily.

Ah, bahkan ia sendiri melupakan perkataannya kemarin saat mereka berada di taman itu, "Terima kasih, Liam. Kau seharusnya tak perlu repot-repot sekali untuk mengganti rasa susu yang setiap hari aku minum ini."

"Sudah aku katakan, apa pun akan kuberikan dan kupenuhi untuk keluargaku, selagi aku masih mampu sekali untuk memenuhinya, lantas kenapa tidak?" ujar Liam seketika dan tentu saja Emily tersenyum. Ia memilih untuk meneguk habis susu itu. Bahkan sama sekali tak terasa hangat karena pikirannya sedang bercabang entah ke mana perginya sampai sejauh ini. Apa lagi, ia sama sekali tak menikmati segelas susu yang dibuat dengan penuh cinta oleh Liam kepada Emily.

"Bagaimana? Kau bahkan meminumnya cepat sekali. Apakah selezat itu?" tanya Liam yang menatapnya tak sabaran sekali.

Emily terlihat nampak cukup terkejut karena sejak tadi pikirannya selalu melayang ke mana pun, ia bahkan telah mengira jika Liam sudah pergi berlalu dari dalam kamar tersebut. Namun rupanya belum.

"Lezat sekali. Aku menyukai semua rasa yang kau berikan kepadaku. Baiklah, aku akan pergi untuk mandi dan setelah itu pergi sarapan bersama denganmu," ujar Emily kemudian yang meletakkan gelas itu dan pergi berlalu dari sana.

Liam yang mengambil gelas bekas itu lantas terdiam sejenak karena memikirkan apa yang telah di katakan oleh Emily sebelum ia pergi berlalu dari hadapannya itu, "Hm, ia menyukai semua rasa yang telah aku berikan kepadanya selama ini rupanya. Apakah rasa yang ia maksud adalah rasa... sudahlah."

Entah mengapa pikiran Liam menjadi nakal dan liar sekali di pagi hari ini.

Tapi wajar saja, pagi hari merupakan hari yang normal bagi kebanyakan pria untuk mendapatkan sebuah morning glory.

Sesuatu yang telah tegak di bawah sana tentu saja.

***

Sarapan kali ini berlangsung seperti biasanya, hanya saja tanpa kehadiran Rose dan juga Glen saat ini. Biasanya, mereka berdua akan ikut meramaikan rumah megah Liam sejak pagi hari menjelang dan biasanya juga mereka akan ikut sarapan bersama di sini.

"Apakah Rose tak datang pagi ini? Atau ia akan pergi langsung ke rumah orang tuamu?" tanya Liam kepada Emily, padahal wanita itu baru saja hendak menanyakannya kepada Liam saat ini.

"Aku tak tahu, padahal aku baru saja hendak menanyakan hal ini denganmu," ujar Emily kemudian dan tentu saja terlihat Liam yang terdiam sejenak saat mendengarnya. Ia lalu mengambil ponselnya itu dan terlihat tengah mengirimkan sebuah pesan kepada entah siapa itu.

"Apakah kau sudah menanyakannya dengan Rose?" tanya Emily yang mencoba untuk menebaknya saat ini. Terlihat Liam yang tersenyum saja saat meresponnya. Emily pun tak menghiraukan hal itu sejenak. Ia akan memfokuskan dirinya dengan beberapa pertanyaan yang pastinya akan ditanyakan langsung oleh Ayahnya kepada mereka berdua.

Setidaknya ia harus memiliki jawaban tersendiri untuk melindungi dirinya dan juga hubungan di antara mereka berdua.

"Apakah saladnya tak lezat?" tanya Liam tiba-tiba karena sejak tadi terlihat Emily yang hanya memutar-mutar sendok miliknya itu tanpa menyantap makanan yang menjadi menu utama sarapan paginya saat ini.

"Tidak, aku hanya sedikit mengantuk saja saat ini," jawab Emily kemudian dan setelah itu ia pun mulai menyantap sayuran tersebut walaupun rasanya sama sekali tak menginginkannya. Jujur saja selama kehamilannya ini berlangsung, Emily begitu membenci sayuran. Aneh sekali, padahal ketika ia sedang tak hamil sebelumnya, Emily merupakan tipikal wanita yang sangat menyukai sayuran.

"Jangan katakan bahwa kau tak menyukai sayuran, sayang," ujar Liam yang sejak tadi menebak diri Emily.

Emily menatapnya, "Aku menyukainya, siapa yang mengatakan hal itu? Kau tahu, bahkan sebelum aku hamil, aku sangat menyukai sayuran apa pun untuk di makan."

Liam mengangguk saat mendengarnya. Setelah itu, ia pun memberikan semangkuk besar sayuran kepada Emily untuk saat ini. Pria itu tersenyum dan menatap ke arah Emily dengan pandangan yang begitu semringah sekali, "Senang sekali mendengarnya. Kalau begitu silahkan makan sayuran ini sampai habis. Kau tahu, sayuran sangat baik sekali untuk Ibu hamil. Lagi pula mangkuk ini juga tak terlalu banyak berisi sayuran. Jadi, kau bisa menyantapnya juga saat berada di tengah perjalanan nanti."

Emily mencoba untuk menahan semua rasa gemasnya kepada Liam untuk saat ini. Entah apakah ia mampu menyantap habis semuanya?

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang