153. SEBUAH PERTEMUAN PEMBAWA KABAR

133 8 0
                                    

Rose terlihat mengintip dari celah pintu yang terbuka sebagian. Terlihat di sana Emily yang rupanya tengah menatap ke arah pintu juga. Tatapan mereka pun bertemu pada akhirnya.

"Masuklah, kenapa kau hanya berdiam diri di sana?" tanya Emily yang terkekeh tentu saja Rose seketika masuk ke dalam sana. Tak lupa juga untuk menutup pintu kamar itu.

"Aku hanya ingin memastikan saja jika Liam tak ada di sini. Rasanya akan sangat sungkan sekali jika rupanya kalian sedang berduaan saja di sini," jawab Rose kemudian dan tentu saja Emily terkekeh.

"Liam sedang pergi bersama dengan Glen, aku harap ia tak bertemu dengan Ayah hari ini, bagaimana menurutmu?" tanya Emily kemudian dan tentu saja Rose mengangguk.

"Tenang saja, Glen tak pernah berbohong. Mereka hanya pergi sebentar untuk membelikanmu sesuatu, mungkin makanan atau pun nutrisi untuk Ibu hamil. Ia juga sempat memberikan kabar kepadaku bahwa sebentar lagi mereka akan segera tiba di rumah kembali.

"Syukurlah kalau begitu. Untung saja Liam mempercayainya. Jika tidak maka bisa di pastikan Ayah akan mendengarkan semuanya," tukas Emily yang masih belum bisa untuk memikirkan semuanya.

"Ia memang selalu mempercayai mu, tapi, kenapa kau tak mengiyakan semua rencananya itu? Toh juga ia selalu berhasil menjalaknkan semua rencananya. Apalagi, kau sedang hami, setelah aku dan juga Glen memikirkan hal ini, mungkin memang ada baiknya kau harus menyetujui hal ini," gumam Rose kemudian dan tentu saja Emily memutar kedua matanya saat mendengarkan hal itu.

"Aku bahkan sangat ingin sekali untuk segera memberitahukan hal ini kepada mereka berdua hanya saja kau pasti tahu bahwa Ayah memiliki penyakit jantung yang terkadang kambuh seketika saat mendengar kabar yang begitu membuatnya terkejut," jawab Emily kemudian. Mendengar hal itu tentu saja membuat Rose kembali menghela napas panjang.

"Kita akan membicarakannya secara perlahan, aku yakin bahwa Ayah akan memahaminya. Ini sebuah kesalahpahaman dan juga kesalahan murni dari Ayah, Liam juga sama. Ia tak bisa bergerak cepat saat itu," gumam Rose kemudian. Nampaknya Emily hanya tersenyum saja saat mendengarnya. Mungkin ia akan memikirkan kembali hal ini dengan berbagai cara yang ia miliki itu.

"Terima kasih atas masukannya. Mungkin aku akan memikirkannya lebih lanjut, Rose," ujar Emily kemudian dan setelah itu ia pun memutuskan untuk bangkit berdiri. Mungkin dengan pergi untuk mandi mampu untuk menjernihkan pikirannya saat ini dan menyegarkan dirinya.

Rose menatapnya sejenak dan setelah itu bangkit untuk berdiri, "Aku akan menunggumu di luar kamar. Mungkin kita bisa langsung makan siang bersama setelah kau menyelesaikan kegiatanmu dan menunggu mereka berdua."

"Tentu," jawab Emily yang tersenyum sambil memandang kepergiab Rose saat ini. Namun seulas senyuman itu tiba-tiba saja menjadi pudar dan membuat Emily menghela napas panjang.

***

Di sinilah Michael, berada di sebuah restoran pinggiran yang selalu ia datangi saat dulu. Mungkin bisa di katakan ini adalah tempat makan yang selalu ia singgahi bersama dengan teman-temannya yang entah di mana itu.

Sebenarnya ia telah memiliki janji siang ini dengan Liam, hanya saja pria itu tiba-tiba membatalkannya secara mendadak dan membuat Michael tak ada pilihan lain selain tetap berada di sana untuk sementara waktu. Ia tengah menikmati desiran angin yang tengah menerpa kota itu saat ini. Memang, letaknya cukup jauh dari hiruk pikuk padatnya Kota New York.

"Aku bahkan sudah tak mengetahui di mana keberadaan mereka semua. Apakah mereka telah di karuniai seorang cucu? Apakah rumah mereka sudah ramai oleh suara tangisan bayi atau pun teriakan dari anak-anak?" gumam Michael seorang diri, sambil menyesap minuman miliknya yang sudah sejak tadi ia pesan itu.

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang