155. MELIHAT REKAMAN CCTV

118 5 0
                                    

Emily yang hendak melakukan ritual terhadap wajahnya di malam hari pun seketika terdiam sejenak saat ia merasa ada sesuatu yang belum ia laksanakan sejak tadi. Pandangannya pun mengarah kepada sebuah benda pipih yang berada di sebelahnya itu.

"Aku bahkan belum mengecek ponselku sejak tadi," gumam Emily kemudian. Mungkin setelah melakukan ritual malamnya itu sejenak, ia akan melanjutkan kegiatannya dengan bermain bersama ponsel pintarnya itu.

Tok! Tok!

Emily tersenyum sejenak saat ia mendengar suara ketukan pintu, "Masuk saja, tak usah mengetuknya lagi. Ini semua adalah milikmu, aku hanya-"

"Menumpang? Kau selalu mengatakan hal itu setiap waktu. Hentikan, sayang. Pada intinya, apa yang aku miliki sampai saat ini adalah milikmu juga. Tak ada yang menumpang di antara kita," ujar Liam kemudian dan setelah itu berjalan masuk ke dalam sana.

Ia memandangj Emily dari arah cermin besar yang saat ini berada di hadapan mereka itu, "Mimpi apa aku saat masih duduk di bangku sekolah dasar? Jika tahu bahwa jodohku secantik malaikat, maka seharusnya aku sudah mencarimu sejak dulu dan mengajakmu bermain dengan sesuatu."

Emily seketika membulatkan kedua matanya saat ia merasa bahwa tangan miliknya telah di hantarkan menuju ke sumber pusaka panjang nan besar milik Liam saat ini. Seketika itu juga Emily menatap ke arahnya, "Ish, kau ini. Dasar nakal!"

"Hanya denganmu saja, tak ada yang melarangnya, bukan?" gumam Liam kemudian dan setelah itu ia pun mencium gemas wanitanya sebelum pergi berlalu sejenak dari dalam kamar itu.

"Aku akan segera kembali. Jangan pergi ke mana pun, segera beristirahatlah di atas tempat tidur. Atau kau bisa menonton televisi sejenak sambil menunggu segelas susu yang akan aku bawakan sebentar lagi, okay?" ujar Liam kemudian dan tentu saja Emily tersenyum sambil mengangguk saat mendengarnya. Setelah itu, Liam pun telah pergi berlalu dan masuk ke dalam lift.

Setelah melakukan ritual malamnya terhadap semua skincare yang ia miliki, Emily lalu melirik ke arah ponselnya kembali. Ah, rasanya memang berbeda sekali saat ia sama sekali belum menyentuh benda pipih itu.

"Baiklah, sekarang adalah giliranmu, ayo kita beristirahat sambil menunggu Liam yang akan membawakan segelas susu seperti biasanya di malam hari," gumam Emily kemudian. Setelah berbekal ponsel pintarnya itu, ia pun segera merebahkan tubuhnya dan mulai membaca satu per satu notifikasi yang ia terima saat ini.

Terlihat bahwa di sana Rose telah mengirimkannya sebuah pesan singkat yang rupanya telah ia terima sejak empat jam yang lalu. Ah, cukup lama sekali rupanya, "Maafkan aku, Rose. Tapi, obrolan dengan Liam sangatlah asyik tadinya sehingga aku tak sempat pergi ke dalam kamar lebih awal seperti biasanya. Tapi tak masalah, mari kita lihat dan balas pesanmu ini."

Emily terlihat mengernyit saat ia membaca pesan singkat itu dan tentu saja rasanya begitu aneh seketika.

"Emily, saat ini aku melihat sebuah mobil yang mirip sekali dengan mobil milik Ayah, apa yang ia lakukan di depan rumah Liam? Bahkan nampak dan rupanya sama persis. Hanya saja, aku heran sekali karena tak banyak orang yang mengetahui alamat rumah milik Liam yang satu ini. Tapi, Glen mengatakan kepadaku bahwa itu hanyalah sosok pengemudi asing yang tengah mencari alamat dan kebetulan sekali mobilnya persis dengan milik Ayah. Bagaimana menurutmu?"

Emily tentu saja terdiam seketika. Mobil milik Ayahnya berada di depan rumah ini? Malam-malam sekali?

"Tapi, apa yang di ucapkan oleh Rose sangatlah benar, hanya segelintir orang saja yang mengetahui alamat rumah ini," gumam Emily kemudian.

"Sayang, ini dia segelas susu cokelat untukmu," ujar Liam tiba-tiba dan tentu saja membuat dirinya begitu terkejut sekali.

Emily tersenyum dan setelah itu meletakkan ponselnya begitu saja di sampingnya. Ia lalu menerima segelas susu pemberian dari Liam saat ini, "Terima kasih. Kau terlalu repot-repot membuatkan semua ini untukku."

"Sudah sepantasnya, sayang. Kau dan anak kita harus mendapatkan yang terbaik dari Ayahnya ini," jawab Liam kemudian. Namun, saat menyesap segelas susu cokelat itu untuk yang kedua kalinya, entah mengapa Emily merasa mulas pada perutnya.

"Ehm, tunggu sebentar, aku cukup mulas," ujar Emily kemudian dan setelah meletakkan segelas susu cokelat itu, ia pun melesat pergi menuju ke arah toilet.

"Sayang, tapi-"

"Tak masalah, hanya merasa mulas biasa seperti di pagi hari, santai saja, Liam," potong Emily cepat dan setelah itu ia pun masuk ke dalam sana.

Liam terlihat menghela napas panjang. Setelah itu ia pun menatap ke arah ponsel yang beberapa saat selalu saja berkedip dengan notifikasi yang tersedia di sana.

"Sepertinya sibuk sekali ponselnya ini," gumam Liam kemudian dan setelah itu ia pun mengambil benda pipih tersebut dan membaca pesannya di sana.

Liam mengernyit saat ia membaca sebuah nama dari Rose dan terlihat tengah meresapi isi pesan yang tertera di sana.

"Seseorang berada di depan rumahku? Tunggu sebentar," gumam Liam kemudian, bersamaan dengan kehadiran Emily yang baru saja menyelesaikan ritual nya di dalam sana.

"Sayang, tunggu sebentar, aku ingin melihat sesuatu terlebih dahulu," ujar Liam yang terlihat tersenyum dan tentu saja Emily hanya mengangguk saja saat mendengarnya. Ia bahkan masih belum tersadar sama sekali jika Liam telah membaca isi pesan yang telah di kirimkan oleh Rose untuknya itu.

Untuk saat ini Liam telah berada di lantai bawah dan tengah mengecek sesuatu di sebuah ruangan yang berada di sana. Ia tengah memeriksa hasil rekaman CCTV yang saat ini menjadi bayang-bayang terkait rasa penasarannya itu.

"Seseorang dengan mobil yang sama persis dengan Ayah mereka? Tidak sebuah kebetulan, hanya saja aneh sekali rasanya karena Michael tak mengetahui alamatku yang satu ini," gumam Liam seorang diri. Ia pun tengah memutar bagian CCTV yang saat ini tengah menjadi fokusnya itu.

Pandangannya tertuju ke arah seberang rumah megahnya itu yang saat ini terlihat sebuah mobil berwarna hitam dengan plat nomor kendaraan yang sangat tak asing sekali baginya. Hanya saja, Liam tak ingin memutuskan begitu saja apa yang saat ini telah ia lihat. Rasanya ia harus melihat semuanya sampai mobil itu melakukan pergerakan.

"Ah, kenapa aku tak mengetahui keberadaan mobil ini malam tadi? Padahal aku sempat pergi ke halaman rumah untuk mengambil sesuatu di dalam mobil setelah makan malam itu usai," gumam Liam seorang diri. Ia lalu terlihat mengamati dengan detail mobil yang masih menetap di seberang sana. Tak ada pergerakan apa pun yang saat ini di perlihatkan olehnya. Aneh sekali.

"Dugaan Rose memang benar karena mobil itu sama sekali hanya miliknya. Mungkin, hanya beberapa orang saja yang memiliki kendaraan itu, apalagi dengan plat nomornya. Tapi, untuk apa ia datang ke sini? Malam-malam seperti ini?" gumam Liam seorang diri.

Nampaknya ia harus mencari tahu sesuatu untuk saat ini.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang