66. MENGHUJAMNYA KEMBALI

1K 22 0
                                    

"J-jadi, itu artinya.. kalian tak saling mencintai? Lalu, selama ini bagaimana dengan pernikahan kalian?" tanya Emily seketika.

"Tentu saja semuanya palsu, Emily sayang. Kau tahu, aku dan juga Liam memang tak saling mencintai. Kami bahkan menikah kontrak selama satu tahun dan mulai dua hari lagi semuanya telah usai. Selain itu-"

Ucapan Rose terhenti seketika karena deringan sebuah ponsel. Ia lalu mengambil ponselnya dan memutar kedua matanya. Rasanya terlihat begitu malas sekali tentu saja.

"Ah, aku harus pergi sekarang. Mungkin aku akan kembali pulang cukup terlambat. Kalian bisa makan malam tanpa kehadiranku. Sampai jumpa," ujar Rose sambil menerima panggilan tersebut. Ia lalu berjalan pergi menuju ke atau luar dan pergi ke suatu tempat. Ya, sebuah arisan yang sangat menyebalkan itu. Bahkan, ia belum pernah memenangkannya. Bayangkan saja, jika ia memenangkannya saat ini, maka pernikahan di antara Emily dan juga Liam harus segera diadakan besok. Begitu keinginannya sejak awal.

Untuk saat ini, Liam tengah menatapnya sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang sangat mencurigakan sekali tentu saja.

"Kenapa kalian tak menikah secara sah?" tanya Emily seketika.

"Tidak. Kami hanya menikah di atas surat buatanku. Tak ada yang mengetahuinya, selain kita berdua. Maka dari itu, pernikahan kita saat sebelumnya hanya di hadiri beberapa orang bayaran ku dan juga keluarga kalian," jelas Liam kemudian dengan santainya sekali.

Emily masih menatapnya. Ia sama sekali tak menjawabnya saat ini. Terdapat sebuah pemikiran lain yang ada di dalam benaknya itu.

"Apakah menurutmu semua ini adalah hal yang membanggakan? Kau bahkan sudah mempermainkan sebuah pernikahan. Setelah itu, kau akan menikahiku, begitu? Apa kata orang-orang diluar sana jika mengetahuinya? Bagaimana jika kau meninggalkanku demi wanita yang lainnya lagi di luar sana ketika kita sudah menikah nantinya?" tanya Emily seketika dan tentu saja pertanyaan itu berada di luar nalar Liam saat ini.

"Emily, tidak seperti itu. Kau bahkan-"

"Katakan saja semua alasan manismu itu. Apakah kau akan tetap melakukan permainan ini dengan banyak wanita di luar sana?" tanya Emily seketika.

Liam mengusap wajahnya gusar, "Emily, kau harus mendengarkan semuanya terlebih dahulu karena ada beberapa hal yang masih belum kau ketahui. Rose juga belum selesai menjelaskan semuanya tadi. Baiklah, aku tahu jika selama ini aku salah. Aku tak mencoba untuk mendekati mu terlebih dahulu sebelum menyetujui perjodohan yang sangat miskomunikasi itu. Tapi-"

"Aku akan kembali pulang. Terima kasih atas semua cerita kalian," potong Emily kemudian dan setelah itu pergi berlalu begitu saja.

Liam tentu tak akan membiarkannya begitu saja. Bagaimana pun juga ia memiliki sifat egois dan ditaktor. Pria itu seketika bangkit berdiri dan berjalan cepat menyusuli Emily.

Tak sulit dan setelah itu ia pun telah menarik tangan wanita tersebut dan setelahnya membopong tubuh Emily menuju ke arah lantai atas. Ya, ia akan melakukannya sekarang. Di dalam kamar Emily.

Emily terus saja memberontak namun ia terdiam seketika saat mereka telah sampai di sebuah kamar yang kali ini ia tempati ketika menginap di sana.

"Apa yang akan kau lakukan?" teriak Emily kemudian setelah ia berada di atas tempat tidur itu.

Liam tak meresponnya, ia lalu mencium bibir itu dengan sangat ganas dan juga cepat. Bahkan, Emily membulatkan kedua matanya karena ia merasa terkejut sekali.

Tangan pria itu tak tinggal diam, ia juga terlihat tengah melucuti semua pakaian Emily. Rangsangan demi rangsangan pun telah ia dapatkan dan tentu saja tubuh Emily seketika menyatu kepada tubuh Liam saat ini.

Ia juga merasakan sentuhan pada kedua benda kenyal itu dan membuatnya seketika mendesah hebat. Ah, sialan!

Ia bahkan sudah menghilangkan rasa amarah kepada Liam saat ini. Hanya karena berhubungan intim yang terkesan dadakan itu berhasil membuat Emily terlena.

"Aku mencintaimu, Emily. Jangan berpikir jika aku mempermainkanmu. Di dalam pernikahan kontrak itu terdapat sebuah hal lain yang harus kulakukan dengan Rose, terutama untuk membalaskan dendam kita kepada Tomy, tapi aku sudah lebih dulu menyelesaikannya. Dan Rose baru menceritakan semua rencana sesungguhnya kepadaku. Paling terpenting adalah ini semua untukmu," bisik Liam dan kembali menghujamkan miliknya di dalam tubuh Emily.

Emily memejamkan kedua matanya. Ukuran Liam sangat memenuhi dirinya kali ini. Bahkan, ia merasa jika sangat ingin untuk berada pada posisi Liam. Ya, ia ingin sekali mengontrol semuanya.

Emily, sadarlah!

Tapi, ia tak munafik, semua ini sangat nikmat.

"Emily.." gerakan itu semakin cepat dan tentu saja Emily hampir mencapai puncaknya.

"Liam.. Ahhhh..."

Pria itu terus menghujamnya di dalam milik Emily. Emily terus saja merasa bahwa permainan pria ini selalu berhasil membuatnya melayang. Ohhhh, apakah ia bisa marah dab kesal dengan pria ini dengan jangka waktu yang panjang?

"L-liam.."

Pia itu menatap ke arah wajah Emily dan mengelus pelan pipi wanita itu, ia bahkan begitu menyukai wajah Emily yang tengah menikmati sentuhannya itu.

"Aku yakin jika kau sangat menyukai sentuhanku ini," bisik Liam namun Emily masih tak menjawabnya. Selain karena merasa gengsi, tentu saja ia masih belum bisa untuk berbicara karena tengah menikmati sensasi sentuhan panas itu untuk malam ini.

Yang lebih parahnya, Liam bahkan lupa menutup pintu kamar hotelnya itu dengan penuh. Kali ini membuat permainan mereka semakin menguji adrenalin.

"Sayang.. aku mencintaimu, apa pun yang terjadi--kau tetap menjadi milikku," ujar Liam kemudian dan terlihat Emily yang hampir sampai pada puncaknya kali ini.

Setelah pergulatan singkat itu selesai, Liam memilih untuk mengeluarkan nya di dalam tubuh Emily. Wanita itu merasakannya lagi. Ya, sensasi hangat tentu saja.

Emily pun membuka kedua matanya. Ia menatap Liam yang tengah menatapnya juga.

"Satu hal yang perlu kau ketahui lagi adalah aku dan Rose tak pernah melakukan kegiatan seperti ini dengannya, sama sekali," ujar Liam dan tentu saja membuat Emily membulatkan kedua matanya.

Jadi, semua cerita keduanya soal hubungan seks adalah hal yang tak nyata?

Entahlah, seketika itu juga ia merasa senang, tapi ia juga merasa bingung karena Liam.

"Aku menginginkan makanan penutup," ujar Liam yang telah menarik miliknya itu dari dalam sana.

Emily terdiam sejenak dan seketika ia kembali memejamkan kedua matanya ketika Liam tengah berpindah posisi dan menjilati mahkota miliknya yang berada di bawah sana.

Sial, ia memulainya lagi dan tentu saja jika semua sudah seperti ini maka mereka tak akan menyelesaikan nya satu ronde saja.

Lalu, apa yang harus Emily lakukan sekarang? Dan bagaimana dengan orang tua mereka ketika mengetahui soal ini? Lalu bagaimana dengan sisa rahasia yang masih belum Emily ketahui hingga saat ini?

Ah, peduli setan!

Ia harus menikmati hubungan ini sebelum memulai untuk memikirkan semuanya kembali.

Sial, benar-benar nikmat!

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang