33. TAK MENYANGKA SEKALI

6.9K 335 8
                                    

Emily menghela napas panjang. Ah, rupanya pertemuan di antara dirinya dan juga Rafael di batalkan begitu saja dikarenakan Rafael yang tengah sibuk sscara tiba-tiba.

"Ah, bagaimana jika aku menghubungi-"

Bersamaan dengan itu, ponsel milik Emily pun berdering, ia tersenyum lebar dan seketika menerima panggilan tersebut.

"Halo, Sandra. Aku bahkan baru saja hendak menghubungimu."

"Ah, tepat sekali rupanya. Semoga diriku panjang umur dan sehat selalu. Ngomong-ngomong, aku baru saja mengecek ponselku sejak semalam. Bagaimana kabarmu?"

Setelah berbincang dan berbasa-basi cukup lama, di tambah lagi mereka tak berjumpa sejak musim panas tiba. Emily pun langsung akan mengajaknya untuk bertemu di suatu tempat agar mereka berdua bisa leluasa untuk mengobrol terhadap satu sama lain.

"Sandra, bagaimana jika kita bertemu hari ini? Rasanya ada banyak sekali yang ingin aku ceritakan kepadamu."

"Tentu. Ide yang bagus. Kau tahu, aku juga hendak mengajakmu untuk bertemu hari ini. Rasanya musim panas kali ini begitu membosankan."

Emily tersenyum mendengarnya. Sepertinya Sandra sedang tak memiliki kesibukan yang lainnya untuk hari ini, "Baiklah, di mana dan pukul berapa pertemuan kita untuk hari ini?"

"Biarkan kau yang memilih semuanya, cantik. Lagi pula seleramu dan seleraku setara."

"Baiklah, biar aku telusuri dulu tempat yang aman dan nyaman untuk kita berdua. Aku akan mengabarinya lewat pesan kepadamu setelah ini."

"Tentu. Hari ini adalah sesuatu yang spesial untuk kita berdua. Aku harap kita bisa mengobrol panjang lebar lagi. Semoga saja jalanan tidak tersendat."

"Kau benar, baiklah, aku tutup dulu panggilan ini. Setelah itu aku akan memberikan kabar mengenai pertemuan kita hari ini."

"Baiklah, see you there, Emily. Tak sabar sekali rasanya.*

Emily tersenyum dan setelah itu memutuskan panggilan secara sepihak. Terlihat seulas senyumannya kali ini yang begitu mengembang.

"Rasanya cukup sulit untuk memilih tempat yang cocok. Tapi, aku akan mencoba untuk mengeceknya di bagian pusat kota saja agar lebih mudah dan aman nantinya," gunam Emily dan setelah itu ia pun mulai menelusuri tempat yang akan ia cari.

Cukup lama untuk mencarinya, seketika itu juga ia tersenyum dan segera memberitahukannya kepada Sandra di seberang sana. Ah, ia pasti mencintai keju dan cokelat juga, sama seperti dirinya sampai sejauh ini.

Setelah mendapatkan pesan balasan berupa persetujuan dari Sandra, hal tersebut membuat Emily tersenyum senang. Ia pun mempersiapkan dirinya dengan sentuhan lipstik kembali karena di rasanya agak sedikir pudar. Untung saja ia telah berdandan sejak tadi karena hendak bertemu dengan Rafael, walaupun pada akhirnya pertemuan mereka telah di batalkan secara tiba-tiba, baiklah tak masalah.

"Untung saja aku dan juga Sandra telah siap. Baiklah, ayo-"

Saat hendak bangkit berdiri, tiba-tiba saja Emily terkejut karena melihat kehadiran Rose di hadapannya untuk saat ini. Ah, kenapa begitu dadakan sekali? Kenapa Rose datang saat dirinya hendak pergi keluar rumah?

Setelah sindiran itu, rasanya Emily begitu tak terlalu menginginkan kehadiran Rose. Selain karena takut dan juga gelisah, ia juga tak ingin untuk berlama-lama dengan wanita yang satu ini karena rasanya semakin bersalah saja jika mengobrol dengannya. Belum lagi dengan semua 'sindiran' yang di berikan oleh Rose untuknya. Entahlah, ia hanya merasa saja jika semua perkataan itu memang sengaja di tujukan untuknya. Namun, sebisa mungkin Emily akan berlagak biasa saja.

"Hai, Rose. Kau baru pulang rupanya," sapa Emily kemudian yang melihat Rose duduk di hadapannya untuk saat ini dengan wajah yang cukup masam. Ada apa memangnya? Tapi rasanya ia tak enak hati sekali untuk bertanya langsung dengan Rose. Jadi, Emily memilih untuk membiarkan Rose menceritakannya saja sendiri.

"Ya, tapi hari ini begitu membuatku bad mood untuk melakukan sesuatu sampai seterusnya. Kau tahu, aku dan Liam mengalami pertengkaran yang cukup hebat karena sesuatu hal," jawab Rose dan seketika itu juga membuat Emily menahan salivanya dalam-dalam. Apakah semuanya sudah diketahui oleh Rose jika seperti itu ceritanya?

Emily hanya tersenyum saja saat meresponnya sambil mengatakan beberapa hal untuk membuat Rose kembali bersabar. Baiklah, bagaimana pun juga ia adalah saudara kandung Emily dan Liam adalah suami sahnya. Bersabarlah, Emily.

"Kau tahu, mungkin lebih baik aku memberikanmu sesuatu," ujar Rose tiba-tiba sambil menatapnya penuh arti dan jujur saja Emily merasa jika suasana di antara keduanya semakin menegang saja.

Emily tentu saja tengah memasang wajah penasaran dan juga ramahnya itu walaupun ia merasa jika sangat malas sekali untuk melakukannya, "Sungguh, apa itu? Aku penasaran sekali."

Rose terlihat melirik ke arah Emily yang saat ini tengah termenung sejenak dengan pikirannya sendiri, "Hmm bagaimana... jika kau mengambil Liam saja dariku? Tak masalah, itu menjadi memudahkanku untuk bermain-main dengan pria lain di luar sana dan berbohong banyak hal darinya."

Emily seketika menatapnya. Tubuhnya menegang mendengar hal tersebut. Apakah itu artinya jika Rose telah mengetahui semuanya? Sungguh? Maka dari itu ia sempat beradu argumen dengan suaminya sebelum kembali ke rumah tadi. Karena rasanya mustahil sekali saat Rose mengatakan hal ini lagi untuk yang kedua kalinya jika tak mengetahui sesuatu hal secara diam diam.

Tidak tidak. Semoga saja wanita ini masih tak mengetahui apa pun sampai saat ini.

"Hei, aku hanya bercanda, ayolah, kau terlihat tegang sekali," jawab Rose seketika dan setelah itu ia tertawa. Namun tidak untuk Emily. Ya, Tuhan, rasanya ingin pergi dari rumah ini sekarang.

Emily menghela napas cukup lega kali ini walaupun ia masih tetap was-was sekali dengan Rose.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kamar, rasanya mengantuk sekali, dan apakah kau ingin pergi hari ini?" gumam Rose seraya terkekeh. Ia pun pergi berlalu tanpa menutup pintu kamar wanita itu kembali.

"Y-ya, aku akan pergi sekarang untuk bertemu dengan teman-temanku kali ini," jawab Emily kemudian dan setelah itu pergi berlalu dari rumah tersebut.

Terlihat Rose yang menatapnya dengan pandangan bingung, "Ada apa dengannya? Ia terlihat terburu-buru sekali rupanya.

Selama di perjalanan, Emily terlihat memikirkan semuanya. Ah, rasanya sungguh memusingkan sekali jika sudah seperti ini.

"Padahal, aku selalu membaca cerita perselingkuhan atau pun membaca novel seperti itu. Tapi, kenapa harus aku yang merasakannya di dunia nyata?" gumam Emily seorang diri saat ia berada di dalam taksi untuk menuju ke tempat tujuan.

Tak perlu waktu lama, ia pun telah sampai di tempat tujuan mereka. Bagaimana pun juga ia harus menjernihkan pikirannya sejenak agar tak membuat obrolan di antara keduanya semakin ambigu.

Emily tengah menunggu kehadiran Sandra sambil membaca semua menu yang di sajikan di sana. Terlihat pula ia yang begitu tak sabar kali ini.

"Emily, apakah kau sudah tiba sejak tadi?"

Panggilan itu seketika membuat Emily tersenyum dan menatap ke arah sumber suara. Akhirnya Sandra tiba juga.

Namun, senyuman Emily seketika memudar saat ia melihat sosok yang bahkan sama sekali tak ia duga sebelumnya.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang