195. IBU DAN AYAH YANG HEBAT

210 9 1
                                    

"Nah begini caranya," ujar Lucy secara lembut saat ia mengajari Emily mengenai perawatan bayi siang ini. Wanita itu mengangguk paham dan untuk saat ini ia telah mendapatkan ilmu baru dari Lucy.

"Ibu yakin bahwa kau adalah sosok seorang Ibu yang hebat untuk Jacob," ujar Lucy seraya menimang Jacob dan pergi keluar kamarnya.

Emily yang mendengar hal tersebut lantas tersenyum bangga. Rupanya Lucy mempercayai hal yang sangat penting ini.

"Ah, sayang, kemarilah, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu," panggil Liam kepadanya yang baru saja memasuki kamar mereka kali ini.

Emily yang menatapnya lantas berjalan mengikuti Liam yang kali ini telah menghilang dari balik pintu kamar mereka itu. Sepertinya ia memang terlihat sibuk sekali sejak kemarin, tapi entahlah apa yang telah ia kerjakan seorang diri itu karena Liam sendiri tak memberikan izin untuk Emily, begitu katanya kemarin. Bahkan, Emily juga tak bisa melihat apa yang tengah dikerjakan oleh Liam sejak kemarin karena ia juga tengah sibuk untuk mengurusi Jacob.

Langkah kaki Emily terhenti di sebuah kamar yang tentu saja tak begitu asing untuknya, apalagi jaraknya hanya berselang dua kamar saja dari kamar tidur mereka saat ini. Terlihat pintu kamar tersebut yang sedikit terbuka dan membuat Emily masuk ke dalam sana tanpa ambil pusing lagi.

Kedua mata Emily membulat lebar saat ia melihat sebuah kamar yang telah di renovasi sebegitu rapi dan menawannya oleh Liam seorang diri. Dinding bewarna biru dan juga beberapa mainan yang berada di kamar tersebut. Di tambah lagi dengan sebuah ranjang tidur bayi dan juga sebuah lemari di pojok kamar itu. Bahkan di dalam kamar itu masih tersisa banyak ruang untuk Jacob.

"Wow, apakah kau yang membuat semua ini sampai berubah total? Bahkan hanya satu hari saja?" tanya Emily yang tentu saja nampak terkejut sekali.

Liam yang menatapnya tentu saja mengangguk. Pria itu seketika berjalan mendekati Emily dan memeluknya dari arah belakang, "Tentu saja. Ini baru beberapa persen untuk Jacob, ada yang harus di tambahkan lagi di sini. Tapi aku berharap tak akan ada kesibukan di kantor sampai beberapa hari ke depan."

Emily nampak tersenyum, "Kenapa kau tak mengatakannya kepadaku? Aku pasti bisa menolongmu. Bahkan, aku dan kau bisa menyelesaikan dekorasi kamar ini secepatnya jika mau."

"Kau sudah cukup lelah untuk mengurusi Jacob. Jadi, untuk dekorasi kamar atau pun menyiapkan hal-hal yang kalian perlukan maka semua itu akan menjadi tugasku," jawab Liam kemudian dan tentu saja Emily kembali menatap ke segala penjuru ruangan itu.

"Kenapa kau memilih warna biru untuk kamar ini?" tanya Emily.

"Tak ada alasan, hanya saja biru warna yang begitu cerah untuk sosok bayi tampan seperti Jacob," jawabnya kemudian.

"Bagaimana jika ia ingin untuk mengubah warna kamarnya ini nanti? Jacob akan tumbuh menjadi sosok laki-laki nantinya," gumam Emily seorang diri.

"Mudah saja, di dalam rumah ini ada banyak kamar dan ia bisa memilih kamar mana yang ia inginkan. Bahkan jika perlu maka aku akan membelikannya sebuah rumah lagi, khusus untuk Jacob. Atau mungkin aku membelinya dalam waktu dekat ini saja, bagaimana?" gumam Liam yang nampaknya begitu bingung dengan banyaknya uang yang ia miliki sampai saat ini.

Emily yakin bahwa Liam mampu untuk membeli semua mulut tetangga yang selalu bergosip tak sedap mengenai keluarganya itu. Tapi ia sangat yakin bahwa keadaan di perumahan mereka tentu saja sangat aman dari semua serangan tersebut.

***

Malam harinya, Jacob telah tertidur lebih awal, seperti biasanya tentu saja. Kali ini Emily memutuskan untuk mencuci semua botol bekas milik Jacob yang sejak sore sebelummya masih saja tak tersentuh olehnya. Emily hanya memiliki waktu luang jika Jacob memang telah tertidur.

Sebenarnya ia bisa saja memiliki seorang baby sitter namun entahlah, hatinya berkata lain mengenai opsi pilihan tersebut. Ia lebih suka jika Jacob berada di dalam pelukannya sendiri tanpa sentuhan dari seorang baby sitter atau sejenisnya.

"Sayang, apa yang sedang kau lakukan? Pantas saja sejak tadi aku mencarimu di dalam kamar tapi tak ada siapa pun di sana," ujar Liam yang berjalan masuk ke arah dapur itu. Ia menatap terkejut dengan pekerjaan yang saat ini tengah di selesaikan oleh Emily. Seketika itu juga Liam segera mengambil alih pekerjaan tersebut dengan paksaan yang tentu saja tak bisa di tolak lagi.

"Padahal aku sudah mengatakannya kepadamu bahwa aku akan turun ke bawah untuk mencuci semua perlengkapan milik Jacob," ujar Emily yang mencoba untuk meluruskan semuanya.

"Kau hanya perlu mengatakannya saja kepadaku. Setelah itu aku bisa turun dan mencuci semua ini. Pergilah ke kamar untuk beristirahat dan jangan kembali lagi ke sini. Kau harus beristirahat banyak, sayang," jawab Liam kemudian tanpa menoleh ke arah Emily kembali karena tengah sibuk dengan pekerjaan barunya itu kali ini.

Tak ada lagi yang bisa Emily katakan selain tersenyum dan berjalan pergi menuju ke kamar mereka, namun sebelum itu ia akan pergi untuk melihat keadaan Jacob yang malam ini telah berada di dalam kamar barunya itu.

Liam mengatakan bahwa akan lebih bagus lagi jika Jacob memang dibiasakan untuk tidur seorang diri di dalam kamar yang berbeda, lagi pula mereka juga telah memasang kamera CCTV di beberapa sudut kamar Jacob dan alasan Jacob memilih kamar yang berada di pojok dari deretan tersebut adalah karena kamar itu tak memiliki kedap terhadap suara. Sehingga jika Jacob menangis maka mereka berdua bisa mengetahuinya dengan cepat.

Emily nampak tersenyum saat ia melihat Jacob yang terlelap malam ini. Wanita itu kembali memadamkan lampu kamar tersebut seperti semula, "Selamat malam, Jacob."

Setelah memerika kamar Jacob beserta yang bersangkutan di dalam kamar barunya itu, barulah Emily bisa kembali beristirahat di dalam kamar mereka saat ini. Mungkin ada baiknya ia menonton televisi beberapa saat sambil bermain dengan ponselnya itu. Ah, semenjak beberapa hari belakangan ini ia semakin sulit dan jarang sekali untuk memainkan ponselnya itu seperti dulu. Bahkan untuk menyentuhnya saja ia tak sempat. Perhatiannya itu ia limpahkan secara keseluruhan untuk Jacob.

Tak berselang lama, nampaknya Liam telah menyelesaikan pekerjaan barunya itu secepat kilat. Bahkan seulas senyuman penuh arti pun telah ia dapatkan untuk saat ini.

"Sayangggggg, aku merindukanmu sekali," ujar Liam sambil melemparkan tubuhnya sendiri ke atas tempat tidur nan empuk itu. Tanpa suruhan lagi ia pun memeluk Emily dengan erat.

Pandangannya kembali menatap ke arah Emily sejenak, "Bagaimana kalau kita bermanja-manja malam ini? Apalagi Jacob sudah berpisah kamar dengan kita mulai hari ibi dan seterusnya."

Emily menatapnya seketika, "Ah, jadi seperti itu, pantas saja kau begitu bersemangat sekali untuk membuatkan Jacob sebuah kamar yang lainnya sejak kemarin. Apakah kau sama sekali tak memperdulikan perasaan Jacob di seberang sana? Ia bahkan hanya seorang diri saja malam ini."

Liam nampak melongo ketika mendengarnya, "Tapi Jacob masih lebih baik dari pada aku ketika seusianya. Aku tak pernah melihat Ayahku yang sibuk bekerja saat itu, aku masih mengingatnya dan hanya wajah Ibu saja yang selalu aku lihat setiap harinya."

"Jangan samakan zamanmu itu dengan zaman milik Jacob, semuanya tentu saja berbeda sekali," jawab Emily kemudian dan tentu saja Liam segera mencium bibir ranum itu dengan sangat gemas sekali.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang