166. SEBUAH JAWABAN AKHIR

92 7 0
                                    

Emily yang merasa bahwa obrolan ini semakin sulit untuk di mengerti pun seketika memberanikan diri untuk menatap ke arah Ayahnya, "Maksud Ayah?"

Michael menatap putri bungsunya itu dan menghela napas panjang, "Rose sudah menceritakan semuanya kepada Ayah. Bahkan apa yang kau rasakan selama ini rupanya tak Ayah ketahui. Bahkan, kami sebagai orang tua merasa bersalah sekali atas semua itu. Jadi.."

Emily masih mencoba untuk menunggu ucapan dari Michael yang saat ini. Jantungnya begitu berdegup kencang sekali rupanya.

"Ayah merestui hubungan kalian berdua. Apa lagi dengan semua hal yang terjadi saat itu. Ayah tak mengetahuinya sama sekali," lanjut Michael kemudian dan tentu saja Emily yang mendengarnya lantas terdiam seketika. Jantungnya berdetak kencang sekali bahkan kali ini ia benar-benar tak mempercayai apa yang telah Ayahnya katakan itu.

"A-apakah ini adalah sebuah mimpi?" gumam Emily seorang diri.

"Tentu saja tidak. Ini adalah sebuah kenyataan. Kau bahkan bisa merasakan cubitanku ini, bukan?" terlihat Rose yang saat ini telah berada di sebelah Emily dan mencubit wanita itu seketika.

Emily meringis dan setelah itu terlihat mereka semua yang tertawa bersamaan.

Baiklah, Emily sudah meyakinkan dirinya kali ini bahwa apa yang ada dan telah ia dengar kali ini rupanya benar-benar kenyataan. Bukanlah sebuah mimpi belaka atau khayalan darinya.

"Tak sabar rasanya untuk menunggu kalian segera memiliki anak-anak yang lucu," goda Nicole kepada Emily saat ini. Namun terlihat Rose yang terbatuk-batuk saat mendengar godaan dari sang Ibu.

"Ibumu benar, karena awalnya Ayah tak percaya dengan beberapa sumber yang mengatakan hal itu," gumam Michael seorang diri, entah mengapa ia teringat dengan salah satu rekannya yang bertemu di restoran beberapa hari lalu.

"Ayah, sepertinya apa yang telah kau dengar selama ini memang.. kenyataan," ujar Liam seketika. Terlihat suasana yang hening tiba-tiba dan membuat Michael tertawa saat mendengarnya.

"Baiklah, aku tahu bahwa ini semua memang mengejutkan, hanya saja jika Emily memang mengandung maka ia pasti akan-"

"Ayah, apa yang di katakan oleh Liam tadi memanglah benar. Aku sedang hamil, ia adalah calon cucumu," potong Emily seketika dan tentu saja kedua orang tua itu seketika saling bertatapan satu sama lain karena merasa begitu terkejut sekali.

***

Untuk pertama kalinya, mereka semua memutuskan untuk menginap di rumah yang begitu megah milik Liam. Tentu saja ia cukup mengetahui rumah itu karena Liam sempat mengajaknya untuk pergi ke sana. Mungkin sudah lama sekali jika di ingat-ingat.

"Ah, rasanya momen seperti ini begitu langka sekali. Bagaimana jika kita mengadakan suatu pesta kecil-kecilan untuk merayakan berita penting ini," ujar Nicole kemudian dan tentu saja Rose yang begitu menyukai sebuah pesta itu lantas tersenyum senang.

"Ini adalah suatu hal yang langka sekali. Kita memang harus merayakan semua ini. Walaupun cukup sedikit waktu yang kita miliki, tapi tak masalah," gumam Rose kemudian karena untuk saat ini waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Belum lagi mereka semua yang harus menyiapkan segalanya.

"Mungkin kita bisa membelinya saja dan setelah itu menyantap nya bersama di sini," ujar Liam yang saat ini tengah mendekati Emily dan membisikkan sesuatu kepada wanita itu.

"Apakah kau yakin?" tanya Emily yang terkejut namun tetap dalam keadaan setengah berbisik.

Liam mengangguk, "Aku rasa ini memang saatnya, karena semuanya harus dibuka saat ini juga."

"Terlalu cepat menurutku, kita harus memiliki persetujuan khusus darinya, mungkin kita tunggu beberapa hari lagi," bisik Emily kemudian dan terlihat Liam yang mengangguk paham.

Ia lalu kembali kepada mereka semua yang saat ini tengah berkumpul di ruang tengah dan terlihat sibuk dengan pembicaraan mengenai calon cucu pertama mereka.

"Baiklah, ayo kita memesan sesuatu," ujar Liam kemudian. Semuanya akan ia tanggung kali ini, bahkan tak hanya kali ini saja, ia selalu menanggung semuanya.

Rose terlihat menatap ke arah lainnya kali ini, tentu saja seperti tengah mencari seseorang yang sejak tadi memang tak berkumpul bersama dengan mereka semua.

"Kalian pilihlah dulu, aku ingin buang air kecil, bisakah Emily mengantarkanku? Aku tak tahu di mana letak toiletnya karena rumah ini terlalu besar," ujar Rose kemudian yang bangkit berdiri, ia juga terlihat tengah memberikan sebuah kode tertentu kepada Emily dan beruntung sekali jika wanita itu memahaminya secara langsung.

"Tentu, ayo," jawab Emily yang terlihat bangkit berdiri dan berjalan mengantarkan saudaranya itu menuju ke arah belakang. Cukup jauh berjalan lantas membuat Rose menarik tangan Emily seketika dan membuat wanita itu cukup terkejut.

"Kau ini. Ada apa memangnya?" tanya Emily kemudian dan terlihat Rose yang menghela napas panjang.

"Aku mengkhawatirkan Glen. Kita sejak tadi sudah tak bersama dengannya, bukan? Terakhir kali ia ikut bersama kita saat hendak ke rumah ini," jawab Rose kemudian dan benar saja rupanya dugaan Emily.

"Hm, sebenarnya tadi Liam hendak mengundang Glen untuk ikut serta malam ini, hanya saja aku menolaknya karena aku yakin jika kau tak ingin untuk membahas hal ini dalam waktu dekat, bukan?" gumam Emily kemudian dan tentu saja Rose mengangguk mantap saat mendengarnya.

"Kau benar sekali. Terima kasih, Emily. Aku memang hendak memberitahukan mereka berdua mengenai hubunganku ini dengan Glen hanya saja tidak dalam waktu dekat ini, perjalanan kita berdua tak akan semulus kau dan Liam," ujar Rose kemudian yang mendesah tak karuan. Satu masalah sudah terselesaikan namun terdapat satu masalah lainnya yang tumbuh.

"Percayalah, semuanya akan berjalan baik-baik saja. Kau telah banyak membantuku dan juga Liam selama ini, begitu pula dengan Glen yang sejak kecil menjadi sahabat Liam. Tentu saja kami tak akan melepaskan kalian begitu saja, kau telah mencoba untuk membuat Ayah seperti itu, bahkan dengan meyakinkannya saja tak cukup, tapi kau bisa melakukannya dengan sangat mudah. Tenangkan dirimu, biarkan aku dan Liam yang membantu kalian kali ini," ujar Emily kemudian dan entah mengapa saat mendengar hal tersebut lantas membuat Rose segera memeluk saudara kandungannya itu dengan erat.

"Entahlah, aku tak tahu harus bagaimana untuk mengucapkan terima kasih kepadamu dan juga Liam. Bahkan apa yang aku lakukan ini belum seberapa untukmu, Emily," bisik Rose kepadanya dan bersamaan dengan itu terlihat kehadiran Liam yang cukup terkejut karena melihat keduanya tengah berpelukan.

"Ehem, sedang apa kalian di sini? Mengapa berpelukan?" bisik Liam yang berjalan mendekati keduanya, seketika mereka melepaskan pelukan itu dan tertawa pelan.

"Tak ada, baiklah, aku akan kembali berkumpul bersama mereka. Terima kasih, Emily," jawab Rose kemudian dan setelah itu pergi berlalu dari sana.

Liam menaikkan kedua alisnya sambil menatap ke arah Emily, "Jadi? Apakah ia tengah membicarakan apa yang sebelumnya sempat kita bicarakan itu?"

"Tepat sekali," jawab Emily kemudian seraya tersenyum.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang