125. PISAU DAN SAUS KEJU

182 10 0
                                    

"Jika aku tak menolaknya secara terus-menerus dan memberikan banyak alasan kepadanya, maka kau pasti akan tetap berada di mall itu dan berkeliling untuk menemaninya," gumam Glen setelahnya.

Liam cukup berterima kasih dengannya kali ini. Sebenarnya ia juga ingin menolak ajakan untuk menemani Melinda berbelanja setelah makan siang itu, hanya saja ia tak enak untuk menolaknya. Memang sulit memiliki sifat yang selalu merasa tak enak seperti itu.

Beruntung sekali bahwa mereka berdua telah mengganti pakaian masing-masing sesuai dengan perintah dari Rose sebelumnya. Semua ini karena Emily yang selalu saja menanyakan mengenai apa yang ia lihat saat makan siang tadi.

"Sepertinya kau harus meminta maaf dengan Emily, bahkan ia selalu saja menyuruhmu untuk pulang dan selalu menanyakanmu," ujar Glen kemudian.

Liam menghela napas panjang saat mendengarnya, "Mungkin aku akan memberikan sebuah kode kepada sekretarisku jika Melinda akan datang lagi ke sana. Jangan sampai ia bertemu dengan Rose atau pun Emily."

"Aku bahkan berharap jika ia bertemu dengan Rose di kantormu dan setelah itu menghajarnya dengan brutal. Kau tahu sendiri bagaimana Rose jika melihat sifat sejenis Melinda, bukan?" gumam Glen seraya terkekeh. Ah, apalagi jika Rose berada di atas ranjang bersama dengannya. Wanita itu tentu saja begitu brutal dan hebat sekali. Ia puas dan tentu saja merasa senang.

"Sudahlah, lupakan Melinda dan kita harus masuk ke dalam sekarang," gumam Liam kemudian dan setelah itu terlihat kehadiran Rose yang baru saja hendak pergi keluar. Namun, karena melihat dua pria ini yang hendak masuk ke dalam, seketika itu juga ia mengurungkan niat awalnya itu.

"Wah, wah, wah, dari mana saja kalian, hm?" tanya Rose kemudian dan tentu saja Glen tersenyum manis kepada Rose untuk saat ini.

"Kami baru saja kembali dari kantor," jawab Liam kemudian.

Terlihat Rose yang menatap ke arah mereka berdua secara bergantian dan setelah itu menilai pakaian dari keduanya yang rupanya memang benar-benar tergantikan saat ini, "Jadi, di mana wanita yang kalian ajak untuk makan siang tadi? Apakah ia sudah memberikan kesenangan tersendiri untuk kalian sampai-sampai meninggalnya kami berdua di mall?"

"Rose, aku-"

"Sssttt, jangan mengatakan apa pun denganku dan juga Emily, terutama Emily. Ingat itu," desis Rose kemudian dan setelah itu masuk ke dalam rumah Liam kembali.

Liam menatap ke arah Glen sejenak dan merasa bingung, "Apakah karena Emily adalah orang yang pertama kali melihat kita siang itu?"

Glen mengangguk cepat, "Ya, seperti itu. Lebih baik kita masuk dan bersikap santai. Jangan membuat Emily menjadi terpikirkan oleh masalah yang salah paham ini."

Glen masuk ke dalam sana dan tentu saja Liam cukup merasa janggal kali ini. Tapi, sebisa mungkin ia pun menepisnya dan berharap Emily tak akan marah kepada mereka berdua.

***

Makan malam kali ini berlangsung seperti biasa. Rupanya Emily yang merasa cukup lelah itu pun memilih untuk tertidur setelah mereka kembali dari mall untuk makan siang.

Menu makan malam mereka kali ini adalah barbeque dan juga saus keju yang sengaja Liam persiapkan untuk mereka semua.

"Tumben sekali kita sedang melakukan barbeque di halaman belakang rumahmu ini," goda Rose kemudian dan tentu saja ia telah mengetahui jawabannya di awal. Ya, untuk mengecoh semua keadaan tentu saja.

Terlihat Liam yang saat ini tengah menatap ke arah Emily yang rupanya begitu senang sekali dengan kegiatan dadakan mereka malam ini.

"Apakah aku bisa membantumu, sayang?" tanya Liam yang saat ini tengah mendekati Emily. Wanita itu terlihat menggeleng dan tersenyum sambil mengambil sebilah pisau yang berada di dekatnya.

Beruntung sekali bahwa Rose yang melihatnya itu pun seketika mengambil sebilah pisau itu dengan cepat dan membuat Emily merasa terkejut sekali saat melihatnya.

"Ah, kau membuatku terkejut sekali, Rose, berikan pisau itu, aku akan memotong sosis dan juga daging ini," ujar Emily kemudian dan setelah itu terlihat Rose yang menggeleng.

"Tidak boleh, kau tak boleh memegang pisau ini, berikan kepadaku, biarkan aku saja yang memotongnya," jawab Rose kemudian seraya mengambil alih pekerjaan yang hendak di kerjakan oleh Emily itu.

Emily menghela napas panjang, tak ada yang bisa ia lakukan lagi saat ini karena semuanya telah di ambil alih oleh Glen dan juga Liam saat ini.

"Jadi, apa yang bisa aku lakukan sekarang? Kau tahu, aku sangat ingin memotong semua itu," ujar Emily kepada Rose dan tentu saja wanita itu menatapnya sambil memicingkan kedua matanya untuk saat ini.

"Tidak boleh, Emily, kau sedang hamil dan pisau sangat rentan untukmu. Begitu kata salah satu temanku yang berasal dari Indonesia," bisik Rose kemudian dan tentu saja setelah mendengar hal tersebut lantas membuat Emily terkekeh. Ah, baiklah, jadi karena itu Rose mengambil alih pekerjaannya seketika.

Melihat Rose dan juga Emily yang tengah berbisik itu lantas membuat Liam berpikir ke arah lainnya. Ya, ia mengira jika Rose melakukan semua pekerjaan yang hendak dilakukan oleh Emily tadi hanya karena ingin jika wanita tersebut tak terlalu lelah. Seperti itu.

"Ia pasti juga sedang membuat Emily merasa betah dan melupakan kejadian siang tadi," gumam Liam dengan perlahan.

Setelah mereka semua menyelesaikan tugas masing-masing, makanan yang telah di buat bersama pun akhirnya selesai. Ya, dua piring besar barbeque yang telah matang dan menggugah selera itu tentu saja hendak siap di santap oleh mereka semua sebagai menu makan malam kali ini.

Terlihat beberapa macam daging dan juga sayuran yang menjadi menu utama kali ini. Berbeda dari daging utuh atau sayuran yang harus dimarinasi terlebih dulu sebelum barbeque, Glen menyarankan untuk tidak memarinasi sosis. Untung saja mereka semua setuju akan hal tersebut.

Menurutnya, sosis sudah memiliki rasa yang cukup sehingga tidak perlu ditambah dengan bumbu marinasi.

Namun, sosis untuk barbeque masih bisa diberikan olesan sebelum dimasak hingga matang. Tapi, mereka semua memilih jika bumbu barbeque kali ini dipisahkan saja dan dicampurkan setelah semuanya matang.

Terlihat Liam yang mulai memberikan saus keju di atas sosis yang telah matang dan begitu menggugah selera itu. Tentu saja ia terlihat tersenyum sambil memberikan satu tusukan sosis yang berisikan saus keju itu kepada Emily untuk yang pertama kalinya.

"Ehm, terima kasih, kau sangat tahu sekali bahwa-"

"Tidak. Kau tak boleh menyantap keju, Emily. Berikan kepadaku, kau santap saja semuanya tanpa bumbu. Itu lebih baik," tukas Rose kembali yang mengingatkan.

Emily menatapnya seketika dan terlihat bertanya-tanya kembali. Apakah saus keju juga berkaitan dengan kehamilan? Ia bahkan sama sekali tak mengetahuinya, tapi Emily tentu saja mengangguk dan memberikannya kepada Rose.

Liam terlihat mengernyit saat mendengar semua ucapan Rose tadinya. Rasanya memang ada yang janggal dengan Emily dan juga Rose sampai saat ini.

Tapi, apa itu?

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang