188. JURU KUNCI

108 7 0
                                    

Emily menatap ke arah depannya untuk saat ini. Pemandangan yang akan selalu ia dapatkan di pagi harinya tentu saja, bahkan sampai seterusnya.

"Selamat pagi, sayang," sapa Liam yang bahkan terlihat begitu senang sekali. Bahkan ia masih terlihat memejamkan kedua matanya hingga saat ini.

"Selamat pagi, sayang. Aku bahkan mengira bahwa kau tengah tertidur," ujar Emily kemudian dan tentu saja Liam membuka kedua matanya seketika.

"Aku sudah terbangun sejak tadi. Permainan panas semalam membuatku terlalu nyenyak sekali," jawab Liam dan tentu saja Emily yang mendengar hal itu lantas terkekeh.

"Perutku cukup mulas, sepertinya hanya mulas biasa," gumam Emily kemudian, ia lalu memilih untuk bangkit duduk secara perlahan dan membuat Liam segera membantunya dengan sigap.

"Gab masih berada di hotel ini, apakah kau ingin jika aku memanggilnya sekarang?" tanya Liam dan nampaknya Emily menggeleng dan tentu saja ia menolaknya.

"Tenanglah, ini hanyalah sakit perut biasa. Tak usah memanggil Gab," ujar Emily kemudian dan tentu saja Liam tak menghiraukan hal itu.

"Untuk apa aku menjadi suamimu jika tak melakukan pertolongan pertama? Kau minum air putih ini terlebih dahulu dan tunggu sebentar, aku akan menghubungi Gab untuk segera datang ke kamar kita. Tak lama, hanya sebentar saja," ujar Liam kemudian dan nampaknya Emily hanya bisa mengangguk pasrah. Ah, tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain pasrah dan menyetujuinya.

"Baiklah," gumam Emily kemudian dan tentu saja ia menuruti perkataan Liam kali ini.

***

Gab yang rupanya sudah terbangun sejak satu jam yang lalu itu merasa bahwa dirinya memang begitu penting kali ini.

"Untung saja aku mengambil cutiku, jadi di sini peranku begitu penting untuk Emily. Jadi, kau harus membayar uang cutiku," gumam Gab yang tengah mencoba untuk menggodanya, tentu saja Liam terlihat serius sekali saat menanggapi hal itu.

"Katakan saja berapa aku harus membayar uang cutimu itu, lalu katakan juga ada apa dengam Emily?" terlihat Liam yang tak sabaran sekali rupanya.

Gab terkekeh dan terlihat tengah berbisik dengan Emily kali ini, "Lihatlah, suamimu itu benar-benar sangat serius sekali dalam menanggapi sesuatu hal. Padahal, aku hanya bercanda saja tadi."

"Ia memang seperti itu," jawab Emily berbisik.

"Jangan berbisik, aku bisa mendengarnya," tukas Liam kepada mereka berdua dan nampaknya Gab terlihat tengah menahan tawanya itu kali ini.

"Baiklah, semuanya sudah selesai. Tak ada yang perlu di khawatirkan karena semua itu adalah murni panggilan dari janin. Jangan lupa untuk menyantap sarapan pagimu tanpa telat, perbanyak asupan yang bergizi sesuai dengan anjuran dokter seperti biasanya. Kau memiliki tugas penting dalam hal ini, Liam," ujar Gab kemudian dan nampaknya Liam hanya mengangguk saja saat mendengarnya.

"Aku sudah menyiapkan semua itu dan sebentar lagi sarapan khusus untuk Emily akan segera tiba. Tapi, apakah ada yang lainnya? Emily merasakan mulas saat pagi tadi dan aku hanya takut jika-"

"Tak ada yang harus di khawatirkan, Liam. Tenanglah," potong Gab yang merasa begitu gemas sekali.

"Baiklah, maaf. Ini adalah hal yang sangat penting sekali untukku. Apalagi kau sangat tahu bahwa aku begitu panik terhadap sesuatu hal yang sangat penting bagiku," ujar Liam dan terlihat Gab yang menatapnya sejenak.

"Ya, dan kau juga sangat tak enak untuk menolak sesuatu hal yang bahkan sama sekali tak kau sukai, aneh sekali," gumam Gab kemudian seraya pamit undur diri dengan Emily dan pergi berlalu dari dalam kamar mereka itu.

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang