122. TAMU YANG TAK TERDUGA SAMA SEKALI

144 11 0
                                    

"Baiklah, terima kasih," ucap Liam kemudian setelah itu beranjak dari posisinya saat ini. Ia akan segera pergi menuju ke dalam ruangannya.

Saat memasuki sebuah lift yang akan membawanya menuju ke lantai atas di mana ruangannya itu berada, tiba-tiba saja Liam merasa bahwa ponselnya kembali bergetar. Ia lalu memutuskan untuk mengambilnya, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka saat ini.

Sambil berjalan, Liam masih melihat notifikasi dari ponselnya itu. Rupanya Emily telah mengirimkan sebuah pesan yang berupa gambar kepadanya. Seulas senyumannya itu pun kembali terlihat bersamaan dengan panggilan yang ia dengar saat ini.

"Liam! Astaga, kenapa kau lama sekali? Aku sudah menunggumu sejak tadi. Tapi, sekretaris cantikmu itu mengatakan bahwa kau sedang dalam perjalanan, apakah rumahmu letaknya cukup jauh dari kantormu ini?" tanya seorang wanita berambut pirang yang saat ini telah duduk di salah satu sofa yang berada di dalam ruangannya itu.

Liam bahkan tak sempat membalas pesan yang telah dikirimkan Emily kepadanya itu untuk saat ini. Terlihat seulas senyuman Liam yang telah terbit sambil menatap wajah yang saat ini telah berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Melinda?" pekik Liam seketika dan tentu saja wanita berambut pirang itu berlarian ke arahnya dan merasa senang sekali karena melihat sosok Liam yang saat ini telah berada di hadapannya itu.

"Kau tahu, kurasa saat ini kau semakin tinggi saja," ujar Melinda yang saat ini tengah memeluknya itu. Tentu saja Liam terlihat membalasnya sejenak walaupun rasanya begitu aneh sekali jika ia memeluk sosok wanita yang bahkan itu bukanlah Emily.

"Kau juga semakin tinggi saja. Bagaimana dengan kabarmu sampai sejauh ini? Kita bahkan sama sekali tak pernah bertemu setelah.."

Melinda tersenyum saat melihat Liam yang rupanya tengah mencoba untuk mengingat semua hal yang telah mereka jalankan itu, "Setelah kita lulus dari sekolah dasar, saat itu kita masih bertemu tapi cukup jarang. Hanya kau dan juga Glen yang masih sering bertemu saat itu."

"Apakah kalian sedang membicarakanku saat ini?"

Saat mereka sedang asyik untuk bernostalgia saat ini, terlihat sosok Glen yang baru saja tiba di dalam ruangan Liam untuk saat ini. Tentu saja kembali membuat Melinda berteriak kegirangan dan segera memeluk pria itu yang tentu saja saat ini tengah tersenyum semringah.

"Ah, kau rupanya. Bahkan kau dan juga Liam sangatlah tampan sekali. Kalian berdua begitu tinggi," ujar Melinda setelah pelukan di antara Glen dan juga dirinya terlepas. Tentu saja Glen cukup merasa risih saat ia mendapatkan sebuah pelukan yang bahkan bukan berasal dari Rose. Entahlah apakah ini cukup berlebihan hanya saja dirinya tak bisa berbohong mengenai hal itu.

"Well, bagaimana jika kita makan siang bersama? Kali ini aku yang akan menraktir kalian berdua. Anggap saja sebagai sebuah pertemuan spesial dari tamu yang tentu saja tak kalah spesial. Ayo ayo, tidak ada penolakan sama sekali karena aku tak suka penolakan," ujar Melinda kemudian dan setelah itu pergi beranjak dari tempatnya sambil mengambil tas jinjing miliknya itu.

Terlihat Glen yang menatapnya sejenak, "Kapan ia datang? Mengapa kau tak memberitahukannya terlebih dahulu?"

"Aku bahkan tak tahu jika ia datang ke kantorku ini. Bahkan aku tak pernah memberikan alamat kantorku ini kepada siapa pun," ujar Liam pelan.

"Ia cukup mengejar semuanya rupanya. Baiklah, hanya makan siang saja dan setelah itu kita harus pergi, apalagi aku harus ke Minnesota, bukan? Sesuai dengan perintahmu itu," ujar Glen kemudian dan tentu saja Liam mengangguk setuju.

Kali ini Glen begitu bijak dan cerdas sekali dalam memikirkan alur untuk mereka berdua.

***

Glen terlihat menatap ke arah sekeliling mereka saat ini. Ia membiarkan Liam dan juga Melinda yang berjalan lebih dulu di hadapannya selama mereka menggunakan eskalator yang berada di dalam mall itu.

"Benar begitu, Glen?" tanya Melinda kemudian dan tentu saja terlihat Glen yang mengerjap saat mendengarnya. Ah, ia bahkan sama sekali tak bisa berfokus dengan apa yang tengah mereka bicarakan untuk saat ini.

Glen hanya tersenyum saja saat meresponnya, "Tapi, kenapa kita harus memilih restoran di sini? Padahal kau bisa bertanya salah satu restoran yang begitu lezat denganku. Aku sudah banyak menghapal tempat dan apa pun selama di New York."

Mendengar hal tersebut lantas membuat Melinda menatapnya sejenak, "Ish, aku suka mall, itu akan memudahkanku untuk membeli beberapa pakaian setelah kita menyelesaikan makan siang ini. Jadi, kalian berdua harus mengantarkanku, oke?"

Liam menghela napas sejenak. Entah mengapa sepertinya ada satu hal yang masih belum ia kerjakan sampai saat ini.

"Tapi, kenapa tidak kau saja yang pergi untuk berbelanja sendiri? Kami bahkan masih memiliki pekerjaan yang lainnya," gumam Glen kemudian setelah mereka sampai di beberapa restoran yang berada di sana. Terlihat Melinda yang tengah memilih beberapa tempat yang menurutnya begitu cocok dengan selera mereka saat ini.

"Aku sudah jauh-jauh datang ke tempat ini, jadi seharusnya kalian menemaniku. Hitung-hitung untuk melepas rasa rindu kalian kepadaku ini," jawab Melinda kemudian. Ia bahkan masih menempel dengan Liam sejak tadi, padahal Glen sudah mencoba untuk melepaskan wanita itu, tapi cukup sulit rasanya.

"Aku dan juga Liam bahkan sama sekali tak merindukanmu," jawab Glen setelahnya dan tentu saja Melinda menatapnya seketika. Ia masih cukup kesal dengan Glen sejak kecil dan bahkan rupanya sampai saat ini ia masih merasakan hal itu.

"Baiklah, ayo cepat, kau ingin menyantap apa?" tanya Glen kemudian.

Seketika itu juga Liam teringat akan hal yang menjadi beban pikirannya saat ini. Ya, rupanya ia belum membalas pesan dari Emily yang telah ia terima sejak tadi. Ini semua karena ia melihat Melinda di dalam ruangannya itu.

"Ayo, Liam," terlihat Melinda yang menarik tangan Liam saat pria itu hendak mengambil ponsel miliknya untuk membalas pesan yang telah ia terima dari Emily tadinya. Ah, baiklah, mungkin ia akan membalasnya setelah mereka sampai di restoran pilihan Melinda saat ini.

"Kita akan menyantap makan siang di restoran Meksiko, aku merindukan masakan Meksiko," ujar Melinda kemudian.

Pandangan Glen masih terlihat meneliti keadaan di sekitar mereka. Tentu saja karena Glen cukup was-was sekali jika Rose dan juga Emily akan melihat kehadiran mereka berdua. Apalagi mall itu adalah tempat yang sama dengan lokasi tujuan Emily dan juga Rose saat ini.

"Bagaimana jika kita pindah restoran saja?" tanya Glen kemudian karena ia merasa bahwa restoran itu tak boleh mereka datangi saat ini.

Melinda menatapnya sejenak, "Memangnya kenapa? Kau selalu saja seperti ini sejak dulu."

Di sisi lain, terlihat Rose yang tengah menatap ke arah luar restoran yang masih mereka tempati saat ini. Ya, restoran Meksiko itu tentu saja.

"Tunggu, sepertinya itu adalah mereka berdua. Tapi, siapa wanita itu?" gumam Rose secara perlahan, namun tentu saja Emily masih bisa mendengar perkataan Rose.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang