30. ANCAMAN

6.1K 339 1
                                    

Saat Rose telah pergi berlalu dari dalam kamarnya itu, terlihat Emily yang menghela napas panjang. Ah, apakah ia harus memberhentikan semua ini sebelum terlambat? Rasanya sangat membingungkan sekali. Tapi, ia sudah terlanjur jatuh ke dalam semua ini, bisa dikatakan bahwa Emily mulai mencintai Liam, begitu pula sebaliknya, bahkan mereka juga saling menikmati permainan itu. Ah, sial. Bahkan semua ini rasanya membingungkan sekali.

"Aku semakin tak yakin jika Rose benar-benar tak mengetahui apa pun soal hubungan diriku dan juga Liam, suaminya itu. Di tambah lagi, Rose cukup berbahaya jika menyangkut masalah apa pun. Ia juga memiliki banyak tangan kanan di luar sana. Mustahil jika ia tak mengetahuinya, bukan? Apalagi dengan semua sindiran yang ia berikan tadi," gumam Emily seorang diri. Pikirannya semakin kacau saja akibat kehadiran Rose ke dalam kamarnya itu. Bahkan ia sama sekali tak menyangka jika Rose rupanya akan membicarakan semua itu kepadanya.

Drrt! Drrt!

Sedetik kemudian, terdengar panggilan dari arah ponselnya. Rupanya Rafael. Ah, kebetulan sekali Emily hendak menghubungi pria itu tadinya.

"Karena semua masalah ini, aku sampai lupa untuk menghubungi Rafael dan menanyakan semuanya," ujar Emily yang hendak menerima panggilan tersebut. Namun rupanya sesuatu memutuskan sambungan panggilan tersebut. Tentu saja membuat Emily menatap layar ponselnya kembali. Apakah Rafael sedang kesulitan dengan sinyal? Atau ia sudah sejak tadi menghubungi Emily tapi ia sendiri terlambat untuk menerimanya?

Terlihat Emily yang terdiam sejenak. Bagaimana pun juga ia harus meminta saran dengan orang lain di luar sana. Entah itu Rafael atau pun Sandra.

Emily seketika terdiam. Ah, kenapa ia tak mencoba untuk menghubungi Sandra saja? Apalagi mereka berdua sudah terlihat dekat dan akrab sekali selama dua tahun belakangan ini. Di tambah lagi mereka berdua adalah sesama wanita dan Emily yakin Sandra akan memahami semua permasalahan ini.

"Tapi, bagaimana jika ia menentang keras? Apalagi ia membenci orang ketiga di dalam suatu hubungan," gumam Emily kembali.

Akhh, kenapa rumit sekali?

Jujur saja, ia juga menyesal sekali karena jatuh ke dalam lubang seperti ini. Ia bahkan sama sekali tak menginginkan hal seperti ini terjadi di dalam kehidupannya.

Mungkin, ia akan mengurungkan niatnya itu untuk menghubungi Sandra. Rasanya terlalu cepat untuk menghubunginya jika membicarakan masalah yang ia alami ini.

"Baiklah, aku akan mencoba untuk menahannya dan-"

Drrt! Drrt!

Ponselnya kembali memberitahukan sebuah panggilan. Saat Emily menatap layar ponselnya itu, rupanya ia dikejutkan kembali oleh nama Rafael.

"Mungkin kau adalah orangnya," gumam Emily seraya menerima panggilan itu secepatnya agar Rafael tak memutuskan sambungan panggilan di antara keduanya itu kembali.

"Halo."

"Emily, syukurlah, akhirnya kita bisa berkomunikasi lagi. Maafkan aku soal kejadian waktu itu, kau tahu, pekerjaan itu seharusnya tak aku dapatkan selama masa cutiku berlangsung."

"Tak masalah, itu sudah berlalu. Lupakanlah, aku baru saja ingin menghubungimu karena beberapa waktu lalu kau sempat menghubungiku, bukan? Ada apa?"

"Ini yang ingin ku katakan sekarang. Semuanya berkaitan dengan pekerjaan yang aku dapatkan siang itu dan juga dirimu."

"Maksudmu?"

Seketika itu juga Emily mendengar deringan ponsel lainnya di seberang sana. Ia tersenyum, rupanya Rafael terlihat sibuk sekali malam ini. Bahkan ia masih sempat-sempatnya untuk membicarakan soal kejadian siang itu. Menurutnya tak masalah, lagi pula itu berkaitan dengan pekerjaannya. Siapa yang tahu, bukan?

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang