149. KEHAMILAN YANG BEGITU PEDAS

306 9 0
                                    

Setelah makan malam usai, sesuai dengan kesepakatan pihak dokter dan juga Liam, akhirnya Emily telah diperbolehkan untuk kembali pulang.

Namun tentu saja ini bukanlah hari yang paling bahagia untuk Emily. Mungkin jika di suruh memilih maka lebih baik ia menginap selama beberapa waktu kedepan di rumah sakit itu dan tak bertemu dengan Liam untuk sementara waktu. Tapi, kali ini nyatanya tentu saja berbeda.

Selama berada di tengah perjalanan, suasana di antara Liam dan juga Emily pun sama sekali tak bisa di tebak. Bahkan Liam tak berbicara sedikit pun dengan wanita itu. Terlihat seperti seorang supir dengan majikannya saat ini.

"Apa yang harus aku katakan setelah ini?" gumam Emily yang sejak tadi mencoba untuk berpikir jernih dan tak merasa kikuk dengan dirinya sendiri.

"Apakah kau tak ingin menyantap sesuatu untuk malam ini?" tanya Emily seketika namun ia tak mendapatkan balasan apa pun dari Liam. Ah, begitu gemas sekali dengan keadaan yang seperti sekarang ini.

Mobil pun telah terhenti di rumah yang terlihat begitu mewah itu. Nampaknya Emily masih belum siap untuk keluar dari dalam sana.

"Turunlah," ujar Liam kemudian dan nampaknya tak ada kata lain selain apa yang telah ia ucapkan tadi kepada Emily.

Wanita itu menghela napas panjang dan setelah itu menurutinya. Ia juga hendak pergi untuk beristirahat saja hari ini.

Tak ada seorang pun di dalam sana. Emily yakin jika mereka semua telah pergi berlalu ke tempat masing-masing saat dirinya masih tak sadarkan diri. Ah, bisa-bisanya ia merindukan keramaian di rumah itu.

"Temui aku di kamarku. Lantai dua dengan warna pintu cokelat," ujar Liam kemudian dan setelah itu pergi berlalu lebih dulu menggunakan lift yang sering mereka gunakan itu.

Emily menghela napas panjang. Ia juga melihat Lucy yang saat ini tersenyum ke arahnya, "Liam begitu mencintaimu, kau ingat itu, Emily."

Emily tersenyum seraya mengangguk dan setelah itu bergegas pergi menuju ke dalam lift yang saat ini telah terlihat kosong.

Emily hanya berpasrah saja, mungkin Liam tak ingin mengakuinya atau ia merasa marah karena Emily sama sekali menutupi soal kebahagiaan ini kepada Liam sejak beberapa saat yang lalu. Ah, sudahlah.

Ia melihat sebuah kamar dengan pintu yang berwarna sama dengan apa yang dikatakan oleh Liam sebelumnya. Tanpa perlu berpikir panjang lagi, Emily pun segera mengetuk pintu itu terlebih dahulu dan terlihat Liam yang saat ini tengah duduk di tepi tempat tidur itu.

Rupanya pintu itu tak terkunci. Baiklah, Emily memutuskan untuk masuk seketika ke dalam sana tanpa berpikir panjang lagi. Ia juga ingin beristirahat dan tak membuang waktunya saat ini.

"Ada apa?" tanya Emily kemudian dan terlihat Liam yang masih menatapnya dengan pandangan penuh selidik. Ia juga telah menyuruh Emily untuk duduk di sampingnya saat ini.

Emily hanya bisa berdiam diri sambil menikmati desain kamar tidur milik pria ini. Ah, bahkan terlihat begitu muda dan dewasa sekali. Mungkin, warnanya juga cocok dengan sifatnya yang sulit untuk di tebak itu.

Seketika itu juga Liam bangkit berdiri dan memilih untuk berdiri di hadapannya saat ini, "Lihat aku."

Emily yang sempat ragu pun akhirnya menuruti perintahnya. Baiklah, ini saatnya untuk mendengarkan semua...

"Emily kenapa kau memilih untuk menahan semuanya? Apakah kau tak tahu bahwa aku ini merasa begitu senang sekali saat mendengar berita itu?" tanya Liam yang rupanya begitu semringah sekali untuk saat ini. Berbeda jauh dengan dirinya yang sejak tadi berdiam diri dan memerintahkan Emily dengan suara dingin dan tegasnya itu.

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang