89. LIAM YANG MISTERIUS

273 12 0
                                    

Baiklah, Liam mengatakan bahwa biarkan saja?

Biarkan saja katanya.

"Tapi, kenapa?" tanya Emily kemudian dan tentu saja Liam tersenyum kembali saat mendengarnya.

"Aku tahu bagaimana perasaan Glen saat ini. Ia begitu tertarik dengan Rose, bukan saat mereka bertemu dari kencan buta itu, tapi sejak ia bekerja denganku. Mungkin saat itu ia masih memendam perasaannya karena Glen mengira bahwa aku dan Rose memang benar-benar menjadi pasangan suami istri," gumam Liam kemudian.

"Tunggu, lalu kenapa ia mengikuti kencan buta itu? Bukankah kau mengatakan bahwa semua asisten pribadimu itu tak boleh mengikuti kegiatan konyol yang membuat pekerjaan mereka menjadi terganggu? Lalu, dari mana kau mengetahui bahwa Glen telah menyimpan perasaannya sejak dulu dengan Rose? Apakah kau adalah seorang cenayang billionaire?" tanya Emily dan seketika itu juga Liam mendaratkan sebuah kecupan hangat terlebih dahulu sebelum mulai untuk membahas jawaban yang akan ia berikan.

Emily tentu saja mencubit bagian lengan Liam dan berhasil membuat pria itu tertawa seketika, "Aku memang pernah mengatakan hal itu kepadamu, tapi tidak untuk Glen. Jadi, saat itu, ketika ia sedang sibuk menjalankan tugasnya untuk menemuimu dan yang lainnya, aku mendaftarkannya ke dalam kencan buta. Seperti itu. Aku bahkan tak menyangka bahwa Rose yang ia dapatkan di dalamnya. Awalnya Glen menolak, tapi setelah aku mendaftarkannya saat itu, tak ada pilihan lain selain menyetujuinya. Setelah itu aku tak tahu pasti bagaimana mereka bertemu. Apakah Glen bisa memilih wanita impiannya atau justru pihak kencan itu yang memilihkan pasangan untuk Glen, aku tak terlalu memahani sistem kencan buta itu. Lalu, untuk hal terakhir dari pertanyaanmu itu, tentu saja aku mengetahuinya, kami sama-sama pria dan aku bisa merasakannya. Kau tahu, sebenarnya aku ini begitu peka dengan keadaan. Bahkan sangat peka dengan apa yang tengah terjadi di sekitarku."

Emily mengangguk paham, "Hm, lalu kenapa kau melepaskan begitu saja? Seharusnya kau juga bertanggung jawab atas hubungan mereka. Mungkin kau bisa merujuk salah satu di antara mereka berdua, atau kau harus berfokus dengan Glen terlebih dahulu. Katakan saja bahwa Rose sama sekali tak memikirkan mengenai apa yang ia pikirkan selama ini."

"Glen tak bisa seperti itu. Cukup sulit untuk hal ini. Jadi, aku putuskan untuk membiarkan saja mereka menyelesaikan permasalahan itu sendiri," jawab Liam dengan santainya. Ia lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya sejenak dan setelah itu memejamkan kedua matanya untuk sementara waktu.

"Kau bisa mengangkat Glen menjadi asisten managermu di kantor atau yang lainnya. Pria itu begitu mencintai Rose, aku juga bisa melihatnya. Hanya saja ia tak terlalu percaya diri dengan dirinya sendiri, apalagi dengan status di antara mereka berdua," gumam Emily kemudian.

Liam membuka kedua matanya sejenak, "Glen tak mudah di belokkan. Jadi, biarkan saja mereka menyelesaikan masalah ini, sayang. Jika memang sama sekali tak ada jalan pintasnya maka aku akan..."

Emily menoleh sejenak, "Setelah itu baru kau akan membantu mereka berdua? Begitu, bukan?"

"Tetap membiarkan mereka tentu saja," sambung Liam dan tentu saja jawaban itu membuat Emily merasa gemas sekali dengan pria yang satu ini.

"Liam, kau tak pernah serius dalam menanggapinya," ujar Emily kemudian.

"Aku selalu serius denganmu, sayang," jawab Liam kemudian.

Ah, untung saja Emily begitu mencintainya. Walaupun sifatnya seperti itu. Tak masalah, masih bisa mendapatkan toleransi tentu saja.

***

Makan malam pun akhirnya tiba. Emily terlihat begitu antusias sekali dengan menu makanan yang telah Liam pesan untuk mereka bertiga. Ya, Rose juga akan ikut serta dalam acara makan malam untuk hari ini.

Bahkan tumben sekali Rose berada seharian di rumah ini. Biasanya ia akan pergi berbelanja atau pun yang lainnya sampai seharian penuh. Biasanya seperti itu, atau ia tak akan kembali pulang dalam waktu beberapa hari kedepan. Tapi tidak untuk hari ini.

Emily dan juga Liam saling memandang satu sama lain. Seperti memberikan sebuah kode bahwa Rose memang sedang dalam keadaan tidak berselera dalam melakukan hal apa pun hari ini.

"Apakah, kau tak mengajak Rose untuk pergi berbelanja besok? Aku dengar LV telah mengeluarkan produk terbaru mereka, dan katanya begitu langka sekali, hanya terdapat 5 di dunia," tanya Liam seketika yang saat ini tengah mencoba untuk memecahkan keheningan yang ada di antara mereka bertiga. Terlihat Emily yang menoleh ke arah Rose yang saat ini masih mencoba terfokus dengan makanannya itu, walaupun ia tahu bahwa Rose sama sekali tak menyantap makan malamnya hari ini. Ia hanya mengaduk-aduknya saja sampai menjadi tak berbentuk lagi. Ya, seperti itu kira-kira.

Masih tak terdapat respon dari Rose tentu saja. Wanita itu masih terfokus dengan pikiran nya sendiri sampai sejauh ini.

"Rose, bagaimana jika kita pergi jalan-jalan besok pagi?" tanya Emily seketika dan tentu saja Rose menatap nya sejenak. Ia lalu menggeleng dan tersenyum simpul saat mendengar tawaran tersebut.

Baiklah, Emily dan juga Liam tak bisa melakukan apa pun lagi setelah itu. Mereka melanjutkan kegiatan makan malam tersebut dalam keadaan diam tentu saja. Walaupun begitu risih dan juga kikuk, namun justru membuat Liam tak bisa menahan tawanya. Entahlah, pria itu terlihat aneh sekali malam ini.

"Diamlah," gerutu Emily pelan seraya menatap ke arah Liam sejenak yang terlihat menahan napasnya itu. Rasanya ia ingin tertawa tanpa sebab. Aneh sekali memang.

Seketika itu juga Rose bangkit berdiri dan setelah itu pergi berlalu tanpa menyantap makan malam miliknya. Tatapan Emily lalu mengarahnya kepada Liam yang terlihat tertawa setelahnya. Pria ini terlihat begitu aneh tentu saja.

"Ada apa? Kau ini aneh sekali, tiba-tiba tertawa, tiba-tiba marah," gumam Emily dan terlihat Liam yang mencoba untuk menenangkan dirinya sejenak.

"Entahlah, lucu saja melihat Rose dan juga kau yang berdiam diri begitu saja. Apalagi Rose yang terdiam begitu saja saat membicarakan barang branded, aneh sekali rasanya. Justru itu yang membuatku tertawa," jawab Liam kemudian. Beruntung sekali ia telah meredakan tawanya itu saat ini.

"Kau aneh sekali," gumam Emily kemudian dan setelah itu bangkit berdiri dan pergi menuju ke dalam kamarnya juga.

Hal tersebut justru membuat Liam mengernyit. Apakah ia sudah salah di sini?

"Padahal aku hanya menertawakan apa yang menurutku tak wajar di sini," gumam Liam dan setelah itu mengambil ponselnya sejenak dan mulai mencari sebuah nomor di sana.

Ia pun segera menghubungi nomor yang telah tertera tersebut dan tak lama setelahnya terdapat sebuah sahutan di seberang sana. Liam tersenyum saat mendengarnya.

"Aku ingin jika kau datang ke rumahku besok pagi," ujar Liam kemudian seraya tersenyum

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang