55. MAKAN SIANG DAN PERJODOHAN LAGI

468 18 0
                                    

Makan siang kali ini begitu membuat Emily merasa gemas sekali. Rupanya Michael hendak mencoba untuk menjodohkannya kembali kali ini. Jika tahu begitu maka Emily tak akan hadir untuk makan siang kali ini.

Adam Jones, pria yang berasal dari Australia itu lantas terus saja mengoceh dengan Michael. Terlihat pula Liam yang sesekali mengikuti pembicaraan mereka dan masuk ke dalamnya.

Untuk kali ini Liam memilih duduk di hadapan Emily dan terkadang sesekali menatap ke arah wanita itu untuk melihat ekspresi malas dari Emily.

"Ah, setelah makan siang ini, ada baiknya jika kalian pergi ke mana pun itu untuk berbincang-bincang. Aku yakin jika kalian akan merasa lebih akrab jika melakukannya," ujar Michael dan tentu saja hal tersebut lantas membuat Emily memutar kedua matanya.

"Tentu, ide yang bagus," ujar Adam dan tentu saja mau tak mau Emily harus mengikutinya. Namun, rasanya ia begitu penasaran dengan Liam untuk saat ini.

Lihatlah, pria itu bahkan tengah menahan senyumannya. Hei, apakah ada yang lucu sejak tadi?

"Baiklah," jawab Emily kemudian. Mungkin, ia ingin melihat ekspresi Liam untuk selanjutnya di saat dirinya menyetujui tawaran yang telah di berikan oleh Michael kepada Emily dan juga Adam.

"Apakah ia akan merasa cemburu kali ini?" gumam Emily kemudian namun tentu saja terlihat Liam yang tersenyum ke arahnya tanpa memberikan tatapan yang tak suka.

Aneh sekali tentu saja.

***

Untuk kali ini, Adam dan juga Emily telah berada di sebuah taman di dekat rumah keluarga Orlando. Tentu saja mereka tengah mengobrol satu sama lain terhadap keduanya.

"Jadi, kau sudah cukup lama menetap di New York," gumam Emily kemudian yang baru saja mendengar beberapa kisah dari Adam. Pria itu memang terlihat sangat ramah dan baik sekali bagi Emily.

"Kau benar. Tapi, tentu saja hanya untuk bekerja. Awalnya aku mengira jika kehidupanku akan terus menerus berada di Australia, tapi ternyata semuanya berbeda. Empat tahun bekerja di New York lantas membuatku semakin tak percaya dengan apa yang telah aku lakukan sampai titik ini," ujar Adam kemudian. Mereka lalu memutuskan untuk duduk di sebuah kursi taman di mana tempat itu merupakan tempat pertemuannya dengan Rafael saat dulu. Bisa di katakan saat mereka hendak berolahraga bersama. Itu dulu, sudah lama sekali.

"Lalu, bagaimana bisa kau bertemu dengan Ayahku?" tanya Emily dan tentu saja Adam terlihat terkekeh.

"Rekan bisnis. Tapi, sebenarnya aku bekerja dengan salah satu rekan bisnis Ayahmu. Aku menjadi akuntan di perusahaannya, setelah itu beberapa kali mengikuti rapat dan bertemu dengan Ayahmu. Dan.. seperti sekarang ini tentunya," ujar Adam yang tengah menjelaskannya. Tentu saja Emily cukup memahami alurnya sejenak.

"Well, jadi seperti itu," gumam Emily dan saat ini tak terdengar obrolan kembali yang mereka lakukan. Bahkan semuanya tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Emily, apakah aku boleh bertanya satu hal denganmu?" tanya Adam seketika dan tentu saja hal itu membuat Emily mengangguk. Ya, tentu saja.

"Tentu, apa itu?" tanya Emily kemudian dan terlihat Adam yang menghela napas panjang.

"Apakah orang tuamu selalu menjodohkan semua anak-anaknya seperti ini? Maksudku, aku hanya ingin bertanya saja, tidak ada alasan jahat atau yang lainnya. Tapi, jika kau tak ingin menjawabnya maka tak masalah. Kita bisa melupakan pertanyaan konyol dariku ini," gumam Adam yang terdengar setengah berbisik itu.

Emily tersenyum saat mendengarnya, "Tak masalah, aku akan menjawabnya sekarang. Ya, ia memang sangat sering menjodohkan anak-anaknya, terutama dengan diriku sampai sejauh ini."

Adam terlihat menatap ke arah sekitaran mereka untuk saat ini. Setelah di rasa aman, ia pun menatap ke arah Emily kembali, "Emily, sejujurnya aku sudah mencoba untuk mengatakan ini dengan Ayahmu. Tapi, sepertinya ia tak ingin tahu menahu. Sehingga setiap kali aku hendak menveritakannya, beliau pasti menahan ku atau pun menbagaikan perkataanku soal ini. Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan kepadamu. Mungkin, kau bisa menganggapku sebagai seorang pria yang brengsek setelah mendengar ini."

Emily yang mendengarnya lantas menatap ke arah Adam sejenak. Rasanya pria ini tengah gugup. Entahlah, hanya mencoba untuk menebaknya saja, "Apa itu?"

"Sebenarnya aku sudah memiliki seorang kekasih, tapi sepertinya Ayahmu tak ingin mengetahui apa pun soal ini," ungkap Adam dan tentu saja Emily cukup terkejut saat mendengarnya. Tapi, jika mendengar dari semua pembicaraan mereka sejak tadi, ia berpikir jika sosok Adam memang sangatlah digemari oleh banyak orang di luar sana. Pantas saja ia telah memiliki seorang kekasih."

"Tak masalah, aku bisa merasakannya, apa lagi dulu aku juga sempat-"

"Ia tak menyukaimu, Emily," potong Liam yang datang secara tiba-tiba entah dari mana pria yang satu ini tiba di antara mereka.

Adam yang menatap Liam kali ini justru tengah memberikan tatapan yang berbeda, seperti sebuah kode yang ia kirimkan untuk Liam, mungkin.

"Tak apa, lagi pula ia juga telah memiliki seorang kekasih. Jadi, menurutku jika Adam tak menyukaiku maka tentu saja tak ada yang aneh. Hal itu wajar," jawab Emily kemudian. Ah, akhirnya ia bisa terbebas lagi dari semua jeratan perjodohan yang di lakukan oleh Ayahnya itu kepadanya sampai di detik ini juga.

Liam menatap ke arah Emily sejenak sebelum ia memberikan tatapan penuh arti itu kepada Adam yang saat ini juga tengah menatapnya. Mengerti dengan apa yang telah di maksud oleh Adam lantas membuat Liam mengangguk.

"Baiklah, Emily. Ini semua salah paham, mungkin apa yang kau pikirkan sangatlah berbeda dengan apa yang di pikirkan oleh Adam," ujar Liam kemudian dan terlihat Adam yang membiarkan pria yang satu ini untuk menjelaskan semuanya secara perlahan.

Semakin tak mengerti lantas membuat Emily terdiam sejenak dan menatap ke arah mereka secara bergantian, "Tunggu, memangnya apa?"

"Biarkan kau saja yang menjelaskannya lagi, Liam," ujar Adam kemudian dan tentu saja hal tersebut membuat Liam mengangguk sejenak.

"Baiklah jadi, maksuf dari Adam sejak tadi adalah.. ia tak menyukaimu bukan karena kau jelek atau sebagainya. Tapi, ia memang tak menyukai wanita. Kau pasti paham apa yang telah kumaksudkan ini," ujar Liam secara perlahan dan tentu saja hal tersebut membuat Emily melongo.

Ah, ia baru sadar dengan semuanya kali ini setelah Liam yang menjelaskannya.

"Apakah kasusnya sama seperti Gerald? Kau mengingatnya, bukan?" tanya Emily dan terlihat Liam yang mengangguk sambil menahan senyumannya.

"Benar sekali. Seperti itu. Jadi, Adam adalah salah satu teman kuliahku saat dulu. Tapi, kami berpisah setelah lulus dan rupanya di pertemukan kembali saat makan siang tadi," ujar Liam dan membuat Adam tertawa mendengarnya.

Emily cukup syok dengan apa yang telah terjadi pada dirinya sampai sejauh ini. Kenapa beberapa pria yang telah di jodohkan olehnya selalu saja bernasib sama pada akhirannya? Apakah memang sebuah kebetulan saja atau karena takdirnya yang tak bisa di jodohkan dengan pria lain?

"Siapa Gerald?" tanya Adam seketika dan tentu saja Liam mengambil alih untuk menjelaskan sedikit mengenai sosok Gerald yang sempat mereka berdua temui saat itu. Mungkin sudah cukup lama.

"Oh, ya? Kenapa semua pria yang di pilihkan untukmu selalu berakhiran sama?" tanya Adam yang terkejut.

"Mungkin karena Ayah menyukai pria tampan, ia juga melakukan itu dengan saudaraku saat dulu," gumam Emily kemudian dan tentu saja hal tersebut membuat Adam tertawa.

Setelah membicarakan banyak hal mengenai semua itu. Tentu saja membuat Adam pamit undur diri dari hadapan mereka. Ia juga akan bertanggung jawab atas semuanya dan akan membatalkan semua perjodohan yang tengah berlangsung itu.

Setelah kepergian Adam dari taman itu, terlihat Liam yang menatapnya penuh arti, "Apakah itu artinya kau tengah memujiku sebagai sosok pria yang tampan?"

Emily menatapnya dan menjulurkan lidahnya itu sebelum pergi berlalu dari sana.

Terlihat Liam yang menaikkan sebelah alisnya, "Untung saja Adam yang kukenal, jika pria lain yang mencoba untuk di jodohkan oleh Emily, tentu saja aku akan segera bertindak secepatnya. Emily, tunggu aku."

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang