141. SENTUHAN PANAS DI DALAM PINTU KACA

671 12 0
                                    

Sesuai dengan apa yang telah di katakan oleh Gab kepada Rose dan juga Emily sebelumnya, saat ini terlihat semua pria yang tengah sibuk memilih menu makanan dan juga minuman yang akan mereka semua nikmati malam ini. Bahkan, Lucy pun ikut serta juga di dalamnya. Ia merupakan sosok pribadi yang begitu gampang berbaur dengan semua orang tentu saja, bahkan terutama dengan semua sahabat anak semata wayangnya itu.

"Bagaimana dengan segelas tequila yang sangat kita gemari sejak dulu itu? Aku begitu merindukan rasanya tiba-tiba," gumam Gab tiba-tiba dan terlihat David yang menatapnya sejenak.

"Sepertinya kita harus menanyakan terlebih dahulu kepada mereka semua. Tak ada yang terlalu menyukai tequila selain dirimu," jawab David kemudian dan tentu saja Gab terkekeh mendengarnya. Ia ingin menikmati apa saja karena rasanya ia begitu merindukan keadaan dirinya yang tengah bersenang-senang dengan dunia malam. Namun, setelah dirinya menjadi seorang dokter, ia justru semakin di sibukkan oleh semua aktivitas dirinya di rumah sakit dan tak bisa bersenang-senang sedikit pun. Apa lagi ia harus tetap menjaga staminanya agar tetap terjaga setiap saat.

"Kalian bisa memilih apa pun yang kalian inginkan. Bebas, urusan biaya dan sebagainya serahkan saja kepadaku," jawab Liam kemudian dan tentu saja semuanya terlihat tersenyum semringah. Ah, ini dia yang di tunggu sejak tadi. Seorang bos besar pun akhirnya membuka suara mengenai hal ini.

"Kita memang menunggu suara itu sampai terdengar. Baiklah, jika bos besar sudah mengatakan ini maka kita harus segera memesannya sekarang juga," ujar Rey kemudian dan tentu saja mereka semua mengangguk senang.

Ah, lihatlah, sebuah pemandangan yang begitu membuat Liam merasa bangga sekali tentu saja. Sebuah kebanggaan terbesar bagi seorang pria jika mampu membelikan apa pun untuk semua orang tanpa perlu memikirkan sebuah harga pada satu barang. Beruntung sekali rupanya dirinya jika di pikir-pikir secara matang.

Liam lalu menatap ke arah Emily sejenak dan tersenyum penuh arti, "Untukmu, ayo, ikut aku sebentar. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu."

Terlihat mereka semua yang saling berbisik dan terkekeh, namun hal tersebut justru tak membuat Emily dan juga Liam merasa tersindir sama sekali. Mereka justru pergi berlalu menuju ke halaman belakang di mana Liam yang mengajaknya saat ini.

"Ada apa?" tanya Emily kemudian dan tentu saja seketika Liam menutup pintu berlapis kaca yang begitu buram jika nampak dari arah mereka saat ini. Jadi, di luar sana tak akan bisa melihat keadaan di dalam. Cukup unik memang.

"Tidak ada," jawab Liam seraya memeluk wanita yang saat ini masih begitu terkejut sekali dengan sebuah pelukan yang ia terima dari Liam. Ah, benar-benar nyaman sekali. Bahkan ia bisa merasakannya jika calon buah hati mereka saat ini juga sama sekali tak menolaknya. Bahkan tiap sentuhan yang di berikan oleh Liam tentu saja begitu ia sukai.

Emily tersenyum dan setelah itu mengelus pelan kedua tangan Liam yang saat ini tengah memeluk bagian perutnya itu, "Aku mengira jika kau ingin menunjukkan sesuatu yang sangat penting, sampai-sampai kita harus menjauh dari mereka semua dan berada di salam sini. Bahkan menutup pintu sekali pun."

"Sebenarnya ada yang ingin bertemu denganmu. Kau pasti sudah bisa menebaknya," bisik Liam dan seketika itu juga Emily membulatkan kedua matanya karena ia bisa merasakan jika terdapat sebuah benda keras dan tegak yang saat ini tengah menggoda bagian bokong indahnya itu. Seketika itu juga ia pun tersenyum dan berbalik secara perlahan.

"Apakah itu adalah kau?" goda Emily saat ini yang berpura-pura tak tahu.

"Tentu iya. Tapi, ia juga ingin bertemu denganmu. Bahkan sangat merindukan tiap sentuhan kecilmu itu, sayang," bisik Liam kemudian. Bahkan saat ini ia telah nampak bersih dan wangi, tak seperti hari kemarin yang sama sekali tak sempat untuk bebenah diri akibat sibuk mencemaskan keberadaan Emily yang rupanya berada di rumah Keluarga Ville. Ah, andai saja saat itu Ibunya menghubungi dirinya, maka Liam pasti tak perlu mengerahkan semua asisten pribadinya itu, bahkan ia hampir saja meminta bantuan agen rahasia Amerika untuk melacak keberadaam Emily yang begitu misterius itu. Untung saja tidak jadi.

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang