192. PEMBERIAN SEBUAH NAMA

181 9 0
                                    


Untuk saat ini Emily nampak begitu senang sekali dengan kehadiran yang membuat kamar VVIP tersebut menjadi ramai. Bahkan Ibunya dan juga Ibu dari Liam tengah bergantian untuk menggendong cucu pertama mereka itu sampai saat ini.

"Ah, ia sangat tampan sekali, bahkan mengambil hidung dari Ibumu. Tapi ketampanannya seperti Ayahnya," ujar Nicole kemudian dan tentu saja Lucy terkekeh saat mendengarnya.

"Apakah kalian sudah selesai? Kini giliranku untuk menggendongnya," ujar Rose yang merasa sangat tak sabaran sekali. Bahkan sejak pagi tadi ia telah memesan kloter kepada Emily, namun sayangnya kedua Nenek ini begitu antusias sekali dengan cucu mereka sehingga mau tak mau Rose pun harus mengalah dengan keduanya.

"Baiklah, hanya sebentar saja karena setelah ini adalah giliran kakeknya," ujar Michael yang juga merasa tak sabaran sekali untuk menggendong cucu pertama mereka kali ini.

Rose yang telah menggendongnya itu pun merasa gemas sekali, tiba-tiba saja ia berjalan menghampiri Emily sambil memperlihatkan kembali anak pertamanya itu, "Lihatlah, ia tampan sekali. Apakah kalian sudah memberikan nama untuk keponakanku yang tampan ini?"

"Sebenarnya aku dan Liam sudah mempersiapkan nama dari jauh-jauh hari, hanya saja Liam belum menyetujuinya. Tapi, aku sudah memiliki nama panggilan untuknya dan sisanya akan di pikirkan oleh Liam," jawab Emily kemudian dan tentu saja ia merasa bahwa Rose harus ikut andil untuk saat ini.

"Hm, memangnya kau ingin memberikan nama untuknya siapa?" tanya Rose kemudian.

"Jacob. Nama yang indah untuknya, bukan? Aku sangat suka dengan nama itu," jawab Emily yang saat ini masih tetap berbaring di atas ranjang empuknya itu.

Rose terdiam sejenak sambil tetap menggendong keponakannya itu saat ini, "Nama yang bagus tapi jangan karena masa lalumu kau memberikan nama Jacob kepada anak kalian kali ini."

"Hey, aku bahkan tak memiliki masa lalu dengan nama seperti itu. Tenang saja, ini adalah murni dari hasil pemikiranku sendiri sampai saat ini," jawab Emily kemudian, bersamaan dengan kehadiran Liam yang baru saja tiba dari luar sana. Ia mengatakan hendak membeli sesuatu untuk Emily dan juga mereka semua.

"Apakah ia menangis lagi?" tanya Liam yang saat ini mengalihkan pandangannya itu ke arah sang jagoannya.

"Jacob? Ia tak menangis sejak tadi karena ada Nenek, Kakek, dan juga Bibinya di sini," jawab Emily kemudian dan seketika itu juga Liam menatap ke arah Emily dengan pandangan yang sangat semangat.

"Jacob? Nama yang bagus. Aku juga sempat memikirkan nama itu, dan kali ini aku telah resmi memberikan nama untuknya," ujar Liam kepada Emily.

"Katakan, siapa nama yang cocok untuk anak pertama kita ini?" tanya Emily yang merasa tak sabaran sekali, begitu pula dengan Rose yang kali ini juga ikut mendengarkannya sambil tetap menggendong keponakan pertamanya itu.

"Jacob Dereen Ville," jawab Liam kemudian sambil menatap ke arah Jacob yang tengah tertidur saat ini.

Ah, nama yang indah untuk seorang bayi tampan dan berasal dari kalangan atas itu tentu saja.

***

Setelah dua hari berada di rumah sakit itu, kabar baiknya adalah Emily bisa kembali pulang di hari ketiganya yang berarti ia bisa kembali pulang ke rumah besok siang. Ah, rasanya tak sabar sekali untuk segera menjadi sosok Ibu yang sesungguhnya. Walaupun awalnya ia cukup mengkhawatirkan dirinya sendiri, namun semakin ke sini maka ia semakin yakin dengan kemampuannya itu.

"Tapi Ibu yakin bahwa kau akan menjadi sosok anak yang baik hati dan cerdas," gumam Emily sambil menyentuh tangan Jacob yang saat ini tengah tertidur.

Semua orang tengah menyantap makan siang mereka di luar sana dan kali ini Emily hanya bersama dengan Liam yang selalu setia untuk menjaganya. Bahkan pria yang satu ini rela untuk meninggalkan makan siangnya sejenak.

"Pergilah untuk makan siang, aku bisa menjaga Jacob seorang diri di sini," ujar Emily dan tetap saja Liam menggeleng.

"Aku akan tetap di sini, sayang. Jangan khawatir. Aku belum merasa lapar," jawab Liam kemudian.

"Kau bahkan selalu mengingatkanku untuk makan siang tapi kau sendiri yang tak menaati perkataanmu sendiri," gumam Emily yang merasa gemas.

"Tenang saja, sayang. Aku akan menyantap makan siangku sebentar lagi bersama dengan Glen. Ia sudah berjanji untuk datang membawakan sesuatu untukku, dan mungkin aku juga akan menyantap makan siangku di sini saja," jawab Liam kemudian dan mau tak mau Emily hanya mengangguk saja saat mendengarnya.

Liam menatap wajah cantik itu kali ini. Tanpa polesan make up saja ia terlihat sangat cantik sekali, "Kau cantik sekali."

Emily terkesiap saat mendengarnya. Jujur saja ia juga senang, hanya saja ia cukup terkejut sekali, "Jangan katakan bahwa kau sedang menginginkan sesuatu untuk saat ini."

"Tidak, astaga. Kau selalu menilaiku seperti itu," gumam Liam kemudian yang nampak terkejut sekali.

"Lalu?"

"Entahlah, aku sudah berkali-kali merasa bersyukur karena kehadiranmu. Apalagi saat pertama kali melihatmu di ruang meeting saat itu. Kau sampai saat ini tetap tak berubah, bahkan kecantikanmu itu semakin bertambah saja," jawab Liam kemudian dan entah mengapa Emily nampak tersipu malu saat mendengarnya. Liam memang begitu pandai dalam bersilat lidah mengenai hal ini kepada dirinya. Tapi semoga saja memang tetap kepada dirinya dan tak ada orang lain lagi.

"Sudahlah, kau selalu saja menggodaku. Lebih baik kau menyantap makan siangmu sekarang," ujar Emily kemudian bersamaan dengan kehadiran Glen yang saat ini masuk ke dalam ruang rawat itu.

"Maaf telah membuatmu menunggu lama dan bagaimana dengan keponakanku?" tanya Glen yang saat ini menghampiri mereka berdua.

Terlihat Jacob yang tengah tertidur sambil memegang tangan Emily dengan erat, "Ia tengah tertidur, seperti biasanya."

"Lebih baik kau temani Liam menyantap makan siangnya itu. Ia sudah melewati dua jam waktunya untuk makan siang," jawab Emily kemudian dan tentu saja Liam merasa gemas dengan istrinya ini.

"Tentu, aku sudah membeli sushi sesuai dengan keinginan suamimu ini. Ia bahkan tengah menginginkan sushi sekali sampai saat ini, aku hanya khawatir jika ia juga tengah mengidam dan sebentar lagi kehamilannya itu akan terlihat," jawab Glen kemudian dan tentu saja mereka semua tertawa pelan.

"Tapi bagaimana jika aku hamil tiba-tiba? Apakah kau akan tetap bersamaku?" tanya Liam yang tentu saja seharusnya tak perlu di jawab lagi.

"Hanya hamil dan melahirkan saja, bukan? Tak masalah, aku dan Jacob akan tetap bersama denganmu," jawab Emily seraya terkekeh.

Terlihat Glen yang menatap keduanya dengan pandangan senang. Ah, semoga saja dirinya dan juga Rose akan segera menyusul dalam waktu dekat ini.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang