28. RUANG MAKAN YANG PANAS

7.1K 348 2
                                    

Setelah sampai di dalam kamar mereka, Rose masih saja mencium suaminya itu hingga saat ini. Namun, tentu saja pria itu tak menolaknya. Bukan bermaksud ingin menyakiti Emily dengan melakukannya di hadapan wanita itu, tapi lebih baik ia menuruti keinginan Rose untuk pergi menuju ke dalam kamar mereka itu.

"Aku menginginkan dirimu, aku yakin, kau juga menginginkanku, hm?" goda Rose kemudian sambil melingkari kedua tangannya di leher Liam saat ini. Terlihat pria itu yang hanya menatapnya saja tanpa ada sesuatu yang lainnya lagi. Bahkan, bisa di pastikan jika Liam sama sekali tak

Tentu saja pria itu sedang tak menginginkan apa pun dari Rose. Delapan bulan adalah waktu yang cukup lama untuk dirinya menjalankan puasa itu. Bahkan, ia juga telah mengetahui semua kegiatan tersembunyi yang dilakukan oleh Rose dan juga mantan kekasihnya itu selama ini sekaligus dengan banyak pria lainnya di luar sana.

"Aku yakin kau merasa lelah sekali, jadi lebih baik beristirahatlah. Lagi pula aku sedang tak menginginkannya saat ini," jawab Liam seraya tersenyum dan setelah itu pergi berlalu meninggalkan Rose.

Namun, wanita itu seketika menariknya. Ia menatap ke arah Liam dan kembali mencoba untuk menggodanya. Tapi, tetap saja semua usahanya kali ini sangatlah percuma.

Rose tak bisa melarangnya lagi. Ia lalu membiarkan pria itu dan memilih untuk duduk di tepi tempat tidur.

"Hm, ini aneh sekali, biasanya Liam akan memintanya dengan tiba-tiba, setelah itu aku akan menolaknya. Atau, apakah ia sedang membalaskan dendamnya kepadaku?" tanya Rose seketika.

Oh, tentu saja ia terlihat tersenyum penuh arti. Bahkan Rose tengah menatap dirinya di hadapan cermin besar seraya memikirkan sesuatu yang lainnya.

Mungkin ketika Liam kembali tertidur ke kamar mereka itu maka ia akan menggodanya kembali.

Lebih baik ia membersihkan tubuhnya dan setelah itu mulai untuk bersiap-siap dengan lingerie dan beberapa hal yang harus ia persiapkan saat ini. Itu pun jika ia tak tertidur seketika karena rasa kantuk yang cukup besar.

"Padahal, aku memang sengaja menggodanya karena menginginkannya, tapi tentu saja selain itu aku juga menginginkan uangnya, seperti biasanya," gumam Rose seorang diri seraya tersenyum penuh arti. Oh, ia bahkan begitu licik sekali jika menginginkan sesuatu dari Liam. Tapi, tak masalah, sejauh ini ia melakukannya tentu saja sangatlah lancar dan tak ada halangannya sekali pun.

Di sisi lain, terlihat Emily yang masih dengan ekspresi masamnya itu. Ia tak habis pikir dengan Liam yang seenaknya saja mempermainkan dirinya kali ini. Entahlah, ia begitu cemburu sekali saat melihat semua itu. Ohhh, jadi begitu rasanya? Lalu, bagaimana jika semua hal yang dikatakan oleh Liam hanyalah sebuah bualan belaka?

Ah, seharusnya ia memang tak perlu menikmati dan merasa terlena dengan semua sentuhan atau pun perhatian yang dilimpahkan oleh Liam untuknya selama ini. Sudah di pastikan bahwa Liam memang seorang pria yang suka sekali mempermainkan hati wanita di luar sana, termasuk dirinya sendiri.

"Dasar bodoh, kau, ya, kau begitu bodoh, Emily," gerutu Emily seketika.

Baiklah, mungkin ia tak akan mempercayainya lagi. Apa pun itu. Lebih baik ia mulai mencari cara lagi seperti semula untuk keluar dari semua lubang hitam itu.

"Sayang?"

Emily seketika melirik ke arah sumber suara itu dan tentu saja ia cukup terkejut karena rupanya Liam kembali dengan keadaan utuh dan rapi seperti semula. Terlihat pula seulas senyuman pria itu yang ditujukan untuk Emily. Namun, tentu saja wanita itu tak terlalu tertarik.

Tapi, apakah mereka belum melakukannya? Atau kabar baiknya, apakah Liam menolaknya?

Oh, apa yang telah Emily pikirkan? Seharusnya ia tak boleh seperti itu. Sadarlah, Emily. Kau dan juga Liam hanyalah sebatas perjanjian lisan saja. Tidak lebih dan tidak kurang.

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang