38. SESUATU YANG BERGETAR

6.2K 323 11
                                    

Emily masih tak habis pikir dengan isi dari totebag yang tadinya di berikan oleh Liam untuknya itu. Ia masih terdiam kaku saat melihat isinya, di tambah lagi napasnya yang tertahan sejenak.

"Apakah kau yakin? Tapi, setelah ini kita akan pergi untuk menemui Ayah dan juga Ibu di rumah kembali," ujar Emily seketika dengan pandangan yang masih terkejut sekali. Ah, bagaimana jika mereka mengetahui hal ini? Ia bahkan tak habis pikir sama sekali dengan semua keinginan Liam untuk saat ini.

"Ya, aku sangat yakin sekali. Tak usah banyak berpikir keras mengenai hal ini, kau hanya tinggal memakainya sekarang karena aku yang menyuruhmu," jawab Liam kemudian, dan tentunya dengan seulas senyuman jahilnya itu. Bisa di lihat bukan bahwa pembalasan atas kejahilan yang sudah dilakukan oleh Emily sebelumnya sangatlah berdampak besar bagi diri Emily sendiri karena sekalinya Liam membalaskan semuanya, tentu saja tak akan setenga-setengah saat melakukannya. Apa lagi jika berkaitan dengan hal-hal yang seperti ini.

Emily menatapnya seketika. Ia tak yakin dengan semua ini, mungkin ia akan mencoba untuk bernegosiasi sedikit dengan Liam mengenai hal ini, "Apakah aku boleh menggunakannya di rumah saja?"

"Tidak, cantik, ini adalah perintah, pakai sekarang atau kau akan mendapatkan tambahan yang lainnya lagi," jawab Liam kemudian sambil memamerkan seulas senyuman jahilnya itu kembali.

Emily memutar kedua matanya. Mau tak mau ia pun memakai celana dalam itu. Ya, isinya yaitu sebuah celana dalam elektrik, mungkin seperti itu namanya. Tentu saja terdapat sebuah remote yang akan mengontrol pemakainya nanti karena itu memang di khususkan untuk merangsang daerah kewanitaan. Jika remote kecil itu dipencet maka akan menghasilkan getaran nantinya pada bagian celana dalam yang tengah di gunakan oleh Emily. Ia pernah menggunakan celana dalam itu karena Rose memberikan kepadanya.

Tapi tunggu dulu..

Emily tak bisa menemukan keberadaan remote kecil itu. Di mana dia?

Liam masih menatap Emily yang kali ini tengah menggunakan celana dalam itu di posisinya tersebut. Ah, ia bahkan tak sabaran sekali untuk segera menelusuri kembali tubuh indah milik Emily yang notabene adalah miliknya juga. Apa pun yang dilakukan oleh Emily, tentu saja berhasil membuatnya selalu turn on. Emily memang luar biasa sekali.

"Baiklah, kita pulang sekarang," ujar Emily saat ia telah menyelesaikan semuanya. Ia bahkan masih sedikit was-was karena belum menemukan keberadaan remote tersebut. Semoga semuanya baik-baik saja sampai ia menyelesaikan kegiatan untuk memakai celana dalam ini.

"Tentu saja tidak. Kita harus membeli beberapa makanan terlebih dahulu sebelum kembali pulang. Ayah menyukai oats, bukan?" gumam Liam dan setelah itu tersenyum penuh arti. Ia lalu mulai menyetirkan mobilnya itu menuju ke salah satu supermarket di sana. Ini dia yang akan di nanti-nanti sejak tadi.

Emily tak habis pikir dengan pria itu. Bisa-bisanya sekali ia akan mengajaknya untuk pergi ke supermarket terlebih dahulu.

Ini gila sekali. Di tambah ia masih belum menemukan remote kecil itu.

"Aku akan tetap di dalam mobil saja jika telah sampai di tempat tujuan nantinya," ujar Emily kemudian namun tentu saja Liam tak memberikannya izin terkait hal tersebut.

"Kau tak menyukai udara panas, aku yakin basement di supermarket itu begitu panas sekali, lagi pula kita tak boleh berdiam diri di dalam mobil terlalu lama ketika mesinnya dalam keadaan mati, bukan?" gumam Liam dan tentu saja Emily tak bisa menjawabnya lagi.

"T-tapi kau bisa menghubungiku jika sudah menyelesaikan semua kegiatan belanjaanmu itu, aku akan membantumu untuk membawakannya sekaligus-"

"Kau tak perlu melakukannya, bahkan jika kau tak ikut berbelanja kali ini maka kesempatan untuk berbelanja sesuai dengan keinginanmu akan hangus. Kau bisa membeli apa pun yang kau inginkan setelah sampai di sana," jawab Liam. Pria itu bahkan selalu mendapatkan jawaban dari semua hal yang diungkapkan oleh Emily.

Baiklah, semoga semesta berpihak kepadanya kali ini.

***

Emily masih merasa aman kali ini, bahkan semakin lama mereka berkeliling ke segala penjuru supermarket itu, semakin ia melupakan celana dalam elektrik yang saat ini ia gunakan itu.

"Ah, kurasa keripik ini merupakan rasa terbaru mereka," gumam Emily yang terlihat fokus dengan semua rasa yang tersedia. Bahkan terdapat banyak orang di sekitar mereka saat ini.

Liam melihatnya sejenak sambil mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya itu. Ya, sebuah benda kecil yang sejak tadi di cari oleh Emily. Tentu saja remote itu telah berada di tangan Liam sejak sebelumnya.

"Ambilah, bahkan jika kau menginginkan semua yang ada di sini maka katakan saja," ujar Liam kemudian.

"Kau ini ada-ada saja. Simpan semua uangmu untuk berlibur, itu lebih baik," jawab Emily dan setelah itu mulai mengambil beberapa snack yang ia lihat.

Tak lama setelahnya, ia pun mulai berjalan pergi menjauhi Liam untuk mencari yang lainnya. Mungkin kali ini ia akan mencari sesuatu yang manis. Atau pedas, ah, ia bahkan tak boleh terlalu banyak menyantap makanan ringan karena Emily tengah menjalankan sebuah program diet untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, walaupun cukup sulit karena Emily begitu menyukai semua jenis makanan.

Liam tersenyum dan setelahnya berjalan ke arah yang berlawanan dengan Emily. Ia mulai memencet tombol on dan tentu saja kedua benda itu mulai terlihat aktif. Setelahnya, ia mulai melancarkan semua aksi jahilnya. Liam memilih untuk melihat beberapa minuman alkohol di salah satu rak minuman kali ini. Jaraknya juga cukup jauh dengan Emily.

Wanita itu membulatkan kedua matanya seketika. Ia mulai mencengkeram bagian trolinya itu.

"Ahhh.. A-apa ini?" gumam Emily yang seketika mulai teringat dengan semuanya. Ia tengah menggunakan celana dalam pemberian Liam sebelumnya. Pantas saja seperti ini.

Seketika itu juga Emily tak merasakannya kembali. Ia lalu berjalan cepat dengan trolinya itu sambil mencari kehadiran Liam di sana. Tentu saja, hasilnya nihil karena pria tersebut tak ada di posisinya semula.

"Sial, ke mana perginya Liam?" gerutu Emily dan ia memang harus cepat menemui pria itu.

Sampai pada akhirnya ia berada di salah satu rak minuman alkohol. Tentu saja ia bertemu dengan Liam saat ini.

"Liam, kau-"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya itu, seketika itu juga Liam kembali melancarkan aksinya.

Ya, celana dalam yang masih di gunakan oleh Emily tentu saja terasa bergetar kembali. Bahkan lebih hebat dari sebelumnya.

Hal itu seketika membuat Emily berjongkok dan menahan semuanya. Itu tak menyakitkan sama sekali baginya tapi rasanya sungguh luar biasa nikmat. Tak mungkin jika ia akan mendesah hebat dan membuka lebar kedua kakinya di tempat umum itu, bukan?

"Liam, hentikan," gerutu Emily seketika. Pria itu terlihat tersenyum jahil sambil menonaktifkan remote itu.

Namun, beberapa detik setelahnya ia kembali mengaktifkannya dan membuat Emily menutup mulutnya rapat-rapat. Ia pun berbalik dan menatap ke arah bagian rak minuman saat ini untuk berpura-pura sedang memilih produk tersebut.

"Liam, hentikan semuanya atau aku akan.. hmmmm," Emily tak bisa menahannya lagi. Ia ingin sekali untuk berteriak dan melepaskan semuanya.

"Akan apa, sayang?" goda Liam kemudian.

Emily menatapnya tajam, lebih baik ia menggunakan jurusnya itu kali ini, "Atau aku akan memberhentikan semua jatahmu."

Liam membulatkan kedua matanya. Tentu saja ini tak bisa dibiarkan, "Ehm, sayang, jangan seperti itu. Baiklah, bawa remote ini dan maafkan aku."

Emily menatapnya sinis sambil mengambil remote itu dari tangan Liam. Ia tersenyum sinis setelahnya karena berhasil mengetahui kelemahan Liam.

"Jadi, apakah aku akan tetap mendapatkannya?" tanya Liam seketika.

"Hm, mungkin iya dan mungkin tidak," jawab Emily dan seketika itu juga Liam segera merangkul pinggangnya itu dengan gemas.

Diam-diam, seseorang tengah melihat kemesraan mereka saat ini. Bahkan ia terlihat cukup penasaran dan juga mulai merasa ada yang aneh dengan hubungan di antara keduanya.

"Ini bukanlah sebatas hubungan antara adik dan kakak ipar saja, sangat mustahil sekali jika kita melihatnya sekarang," gumamnya seorang diri dan setelah itu pergi berlalu dari posisinya tersebut.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang